Part 10 : Someone in My Dream

1.2K 123 0
                                    

Didepan gedung asrama, Petrus, Gilbert, Josiah dan Joshua tengah asyik mengobrol. Mereka sudah menungguku dari sore tadi sejak mereka mendengar kabar kalau beberapa The Powers dihukum dan aku disuruh menghadap ke Ruang Direktur. Melihat mereka disana aku berpamitan pada Jace, Philip dan yang lainnya, sementara mereka yang menungguku mulai mendekatiku. Mereka juga menyapa Jace dan rekan-rekannya.

"Darimana saja kau, kami khawatir." Gilbert mulai memegang kedua bahuku.

"Ya, kudengar kau disuruh menghadap ke Ruang Direktur. Kau dihukum apa oleh mereka?" Josiah ikut bertanya.

"Tidak ada, mereka hanya memberiku pertanyaan dan aku hanya menjawab dengan jujur dan mereka langsung melepaskanku."

"Setidaknya kau selamat hari ini, ayo kita minum cokelat panas didalam kamar." Petrus yang sejak tadi khawatir padaku bersyukur karena aku baik-baik saja. Kini kami melangkah kedalam kamar dan asyik bercerita sambil menikmati cokelat panas. Setelah tiba waktunya pukul sepuluh malam kami berdoa bersama dan mulai tidur.

Sama seperti mimpi yang kualami waktu itu, aku dan Sevilla tengah asyik bermesraan. Kami berjalan bergandengan tangan dan menikmati indahnya langit yang cerah sambil berbaring dipadang rumput yang banyak ditumbuhi bunga warna-warni seperti di cerita negeri dongeng. Walaupun berbeda tempat tapi masih sama seperti waktu itu, Sevilla mengatakan kalimat yang sama seperti waktu itu.

"Ingatlah selalu sayang, aku akan lakukan apa saja asal aku selalu berada didekatmu."

Saat kami masih asyik bercumbu, masih sama seperti mimpi waktu itu muncul sosok rahib yang sama. Berwajah tampan dan bermata putih. Sosok itu merampas Sevilla dariku, kulihat disana Sevilla tengah menjerit kesakitan saat sosok itu mencekiknya. Secepat kilat aku mencabut pedangku dan memburu rahib itu, namun beberapa orang dengan pakaian yang mirip seperti si rahib menusukku dengan tombak.

Bruk!

Sontak aku terbangun dan mendapati diriku terjatuh dari ranjang. Mimpi mengerikan ini muncul lagi, sesaat aku bertanya-tanya siapa orang berpakaian rahib di mimpiku itu dan apa kaitan dirinya dengan Sevilla.

***

Selama berhari-hari aku selalu dihantui oleh mimpi itu hingga suatu hari aku memberanikan diri untuk bertanya pada Grey yang sedang makan di kafe karena memang gadis ini sangat terobsesi dengan hal-hal bersifat okultisme.

"Menurutmu apa Sevilla pernah melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan rahib itu?"

"Entahlah, yang pasti tiap kali aku bermimpi tentangnya, rahib itu selalu muncul."

"Sudah kau tanya pada orang tuamu atau pada Madam Veronica sebelumnya?"

"Belum, karena pertama kali aku mengalami mimpi itu saat minggu pertama kuliah padahal Sevilla sudah wafat sekitar setahun lalu."

"Maaf jika kau tersinggung, tapi kira-kira Sevilla meninggal karena penyakit apa?" Grey berpikir kalau pernikahan dini antara aku dan Sevilla pasti sebagai permintaan terakhir Sevilla sebelum tutup usia karena penyakit keras, seperti yang biasa terjadi pada manusia di berita-berita.

"Dia tidak sakit keras, waktu itu kami kecelakaan disebuah persimpangan jalan, memang kenapa?"

"Berarti kalau dipikir-pikir memang ada kaitannya antara pria rahib itu dengan istrimu."

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Coba kau pikir sekali lagi, pertama kali kau bermimpi tentang Sevilla saat kau berkendara bersamanya, lalu kecelakaan itu terjadi di persimpangan jalan itu. Kejadiannya sendiri bahkan persis seperti kejadian nyata yang kau alami itu, bedanya didalam mimpi ini rahib itu baru saja muncul dalam mimpimu. Bisa saja sebenarnya rahib itu benar-benar muncul saat kecelakaan itu terjadi, dan kau saat itu tidak melihatnya. Sebab biasanya jika dalam mimpi kau mengalami kejadian nyata dan bertemu seseorang, berarti besar kemungkinan orang itu benar-benar muncul saat kejadian itu terjadi"

"Tapi kalau memang benar yang kau katakan, lalu apa yang diinginkan si rahib?"

"Mana kutahu, memang seperti apa ciri-ciri rahib itu?"

"Yang aku tahu dia berwajah tampan, rambutnya sebahu dan bermata putih. Tapi yang kuingat ialah dia juga punya sayap seperti kalian."

"Punya sayap, apa iya dia salah satu dosen disini atau mungkin alumni kampus ini?"

"Tidak tahu, kalau dosen sepertinya tidak mungkin sebab tidak ada dosen yang mirip seperti dia."

Aku terbengong sesaat sementara Grey masih asik dengan es krim di cangkirnya. Perlahan kutatap seorang 'geekers' yang sedang mengambil makanan, sejak dia mengambil makanan hingga dia selesai makan, tidak ada lagi yang mengganggunya. Satu setengah bulan berlalu dan sejak hukuman itu. Baru kusadari kalau seisi kampus mulai merasa damai dan tidak ada lagi laporan atas kasus pem-bullyan. Anak-anak geekers mulai banyak yang mau berteman denganku. Aku makin dikenal dikampus ini sebagai 'geekers' pertama yang berani memberontak terhadap segala bentuk penindasan. Memang sejak kecil aku sangat membenci yang namanya penindasan dan diskriminasi sehingga jika ada hal semacam itu terjadi disini mungkin akulah yang pertama bertindak. Teman-temanku juga semakin banyak, termasuk pula dari kalangan The Powers walaupun sebagian besar dari mereka yang berteman denganku adalah gadis-gadis cheerleader.

Selesai makan aku dan Grey sedang bersama menuju asrama tempat Jace tinggal bermaksud untuk mengajaknya ke perpustakaan. Beberapa saat melangkah kulihat keatas langit, ada semacam 'black hole' diatas langit sana yang mengeluarkan petir kecil beberapa kali. Seisi asrama dan gedung kuliah berhamburan keluar untuk melihat black hole itu, termasuk pula Grey yang memandang takjub. Tiupan angin semakin deras dan beberapa pengawas dan dosen ikut melihat keatas sana.

"Oh tidak, jangan mereka." seorang pengawas didekat kami bergumam ketakutan.

"Mereka? siapa itu mereka?" Grey berujar diiringi sebuah petir yang menyambar tepat ditengah lapangan tempat kami semua mendongak keatas langit dimana black hole itu berada. Seisi lapangan terkejut hingga akhirnya muncul tujuh orang berpakaian rahib hitam. Semua pengawas disana ketakutan saat salah satu pria rahib itu membuka tudung kepalanya.

"Itu dia si rahib yang muncul di mimpiku." Grey tersentak mendengar ucapanku tadi.

Nephilim UniversityWhere stories live. Discover now