Part 9 : Punishment Day

1.2K 121 0
                                    

Lima menit terbang diudara kini dua pengawas bertubuh dan sayap besar ini membawaku mendarat disebuah pintu di lantai teratas ruang direktur, yang mana bangunan ini seperti menara raksasa. Mereka membawaku masuk kedalam ruang direktur. Terlihat disana para Pembantu Direktur 1 hingga 10 duduk di mejanya masing-masing sambil menatap kearahku. Ada tatapan marah, tatapan iba, tatapan kecewa, tatapan kasihan, semua jenis tatapan itu mengarah langsung kearahku. 

Setelah menyuruhku berdiri ditengah ruangan itu para pengawas keluar dari ruangan dan dihadapanku sudah ada Ketua Direktur tengah duduk manis di kursinya sembari menatapku dengan tatapan datar. Kurasakan tiba-tiba suasana disini terasa seperti persidangan. Semua diam tak bergeming sembari menunggu apa yang akan dikatakan pria berperut tambun dengan rambut dan jenggot super gondrong berwarna putih mirip santa klaus ini.

"Jadi anda Gabriel Callahan dari ruang 18-30-0911 kelas kaum Archangel, benar?" melihatnya menatapku sambil membetulkan kacamatanya aku mulai meneguk ludah.

"Benar pak"

"Dia adalah mahasiswa kelas Archangel yang sering terlibat perkelahian dengan anak-anak ormawa olahraga dari kelas The Powers, terhitung sudah tiga kali termasuk hari ini." Pak Tiberias yang juga ada diruangan ini ikut menjelaskan pada Ketua Direktur.

"Hmmmm satu orang bertubuh biasa yang normal, melawan belasan anak-anak The Powers yang terkenal brutal dalam pertarungan. Jadi bagaimana anda menyerang mereka?" Mendengar Pak Tiberias, Ketua Direktur ini kembali menanyaiku.

"Saya tidak menyerang mereka pak, saya merasa ada sesuatu yang melindungi saya dan menghajar mereka. Sesuatu yang terlihat seperti bola cahaya yang mengerubungi saya. Demi Tuhan pak, bola cahaya itu yang menghajar mereka dan bukan saya."

mendengar ucapanku Ketua Direktur itu mulai mendekatiku dengan mata yang menyorot.

"Apa bola cahaya itu meninggalkan bekas terbakar dilantai, apa bekasnya berbentuk seperti lingkaran dengan beberapa huruf yang terlihat seperti bahasa iberani?" suaranya mulai terdengar dalam dan menakutkan.

Darimana Pak Ketua ini tahu bentuk dari bekas itu? Dengan ketus aku menjawab jujur agar terhindar dari masalah baru.

"Benar sekali pak."

Mendengar jawabanku seisi ruangan mulai ribut, para Pembantu Direktur mulai berbisik-bisik sambil memandang kearahku. Terus seperti itu selama lima menit hingga akhirnya Ketua Direktur bicara lagi.

"Baiklah, karena usia anda masih delapan belas tahun dan setelah saya selidiki kejadian ini berdasarkan berkas yang saya terima berarti saya putuskan anda tidak bersalah. Anda bisa kembali ke kampus sekarang."

"Terima kasih pak, saya mohon undur diri. Bapak-bapak ibu-ibu terima kasih banyak, maaf mengganggu." mendengar jawaban itu aku keluar dari ruangan dengan perasaan lega hingga Pak Tiberias mendekati Ketua Direktur.

"Apa bapak benar-benar yakin?"

"Ya saya yakin, tidak salah lagi. Gabriel inilah orangnya."

***

Fiuh, perasaanku kini lebih lega. Setelah menuruni gedung ini dan tiba dilantai dasar, aku langsung keluar dari gedung ini. Keadaan masih terlihat tenang diluar sini ketika Felicia menarik tanganku dan berlari mengajakku ke suatu tempat.

"Gabe, kau harus lihat ini."

"Lihat apa dan kita mau kemana?"

"Ke dekat kolam air pemberkatan, kau akan menyukai apa yang akan kau lihat, aku yakin itu"

Kolam air pemberkatan adalah sebuah kolam pancuran besar berisi air suci yang sudah didoakan. Biasanya dipakai untuk mereka yang ingin 'membersihkan' hati ataupun untuk mengambil airnya untuk keperluan rohani. Sadar kalau lokasinya berada didekat ruangan bimbingan konseling aku langsung berpikir kalau ini pasrti ada hubungannya dengan anak-anak The Powers.

Dugaanku benar saat kulihat kerumunan yang ramai didekat kolam itu. Kulihat ditengah kolam sana anak-anak The Powers yang biasanya sering membully tengah menerima hukuman dari para pengawas dan beberapa dosen BK, seisi kerumunan tertawa melihatnya termasuk pula Felicia.

"Hahahaha tidakkah kau pikir itu lucu?" Felicia terbahak-bahak melihatnya.

Sesaat aku merasa lega karena kekesalanku pada mereka telah terbayarkan oleh hukuman yang mereka terima. Namun akhirnya aku juga merasa bersalah karena sudah menyakiti mereka dan malah tidak menerima hukuman apa apa dari Pak ketua Direktur. Aku tidak peduli walaupun kerumunan ini masih ramai, sebaiknya aku menjauh saja dari sini.

***

Sejak jam tiga sore hingga sekarang pukul setengah enam sore aku masih duduk disini ditangga menuju gedung perkuliahan. Berharap bisa bertemu dengan anak-anak The Powers yang dihukum itu. Beberapa saat kulihat kerumunan disana mulai membubarkan diri satu per satu namun tidak kulihat tanda-tanda dari mereka. Sampai akhirnya tepat setelah suasana menjadi sepi kulihat disana mereka tengah melangkah kembali ke asrama dalam keadaan basah kuyup dan tertunduk malu. Aku berusaha menghampiri mereka.

"Hey kalian tidak apa-apa?" yang kutanya malah menjawab ketus.

"Mau apa kau mendekati kami, mau mengejek kami karena dihukum?"

"Tidak aku hanya ..." aku mulai gugup untuk mengatakannya.

"Aku hanya ingin minta maaf, gara-gara aku kalian dihukum. Aku tidak hanya berharap kalian mau memaafkanku, aku juga berharap kita bisa jadi teman. Tidak perlu ada lagi perselisihan, persahabatan bukan sesuatu yang buruk untuk kalian bukan? Selama ini kalian selalu menyakiti orang lain padahal sejujurnya banyak dari mereka yang ingin berteman dengan kalian termasuk pula aku, jadi kalau kalian sudah tidak mau lagi menyakiti siapapun, apa kalian akan mulai menganggapku sebagai seorang teman?"

Aku menawarkan jabatan tangan kepada mereka namun mereka hanya mendengus dan pergi meninggalkanku. Kurasa mereka hanya kesal atas hukuman yang tadi mereka terima. Sesaat terdiam mematung ditangga halaman gedung kuliah ini kuputuskan untuk pulang langsung ke asramaku ketika Jace, Sebastian, dan yang lainnya memanggilku dari belakang.

"Gabriel !!! darimana saja kau, kau melewatkan bagian seru."

Ketika mereka sudah dekat denganku giliran Grey yang bicara.

"Tadi apa yang kau bicarakan pada mereka?"

"Tidak ada, aku hanya ingin mencoba mengobrol dengan mereka tapi mereka malah meninggalkanku."

"Setelah semua yang mereka lakukan kau malah ingin berbaikan dengan mereka." Grey memotong ucapanku.

"Sudahlah Gabe, mereka anak-anak nakal yang tidak akan bisa diajak akur." Rachel ikut menimpali

"Ya, tapi setidaknya Gabe selamat walaupun sebenarnya aku tidak tahu hukuman yang didapat Gabe itu apa." Deryck mulai ikut bicara.

"Sudah hampir malam, sebaiknya kita lanjutkan sambil berjalan." Sebastian yang terkenal sopan mulai menyarankan. Akhirnya sepanjang perjalanan ke asrama masing-masing kami bercerita tentang hukuman yang mereka terima. Hanya aku satu-satunya yang tidak bicara, aku hanya berharap mereka tidak lagi mau membully siapapun dan mulai mau bersahabat denganku.

Nephilim UniversityUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum