☘ - Nine

20.1K 966 20
                                    


      Pagi hari itu, Rena sudah datang tepat pada pukul 06.00 pagi. Suatu rekor dunia karena tumben sekali cewek itu tidak datang terlambat. Rena biasanya datang ke sekolah pada saat lima menit bel masuk akan berbunyi, tapi terkadang juga pernah saat guru mata pelajaran pertama sudah memasuki kelasnya. Dan tentu saja guru itu menghukum Rena dengan membuat Rena berdiri di depan kelas hingga menjelang bel istirahat berbunyi. Tapi itu tidak membuatnya merasa menyesal dan terus datang ke sekolah seenak jidatnya.

      Rena berjalan menyusuri koridor kelas yang pagi itu sudah dipenuhi oleh siswa-siswi yang berlalu lalang. Berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan oleh para murid itu yang Rena tangkap dengan penglihatannya. Dan rata-rata ekspresi yang ditunjukkan adalah para murid di koridor itu tengah tertawa. Entah apapun yang mereka tertawakan. Bisa Rena tebak kalau suasana hati mereka mungkin tengah bahagia. Tidak seperti dirinya yang berekspresi datar, menunjukkan kalau suasana hatinya tidak sedang baik-baik saja.

      Kemarin, saat Rena tiba di kediaman ayah angkatnya. Pak Andrean, sosok yang merupakan pemilik dari SMK Cakrawala dan merupakan ayah angkat Rena hanya membahas soal Raka yang dijebloskan ke dalam penjara remaja. Namun bukan itu yang membuat pikiran cewek itu melayang kemana-kemana, tapi karena perkataan Pak Andrean yang terus terbayang di dalam benaknya.

      [flashback on]

      Rena tiba di kediaman keluarga Lazuardi. Mobil hitam metalik itu berhenti tepat di depan rumah megah dan besar itu. Segera kedua pria berjas hitam itu menarik paksa Rena untuk masuk ke dalam rumah di mana seorang pria paruh baya tengah duduk sambil menunggu Rena datang.

      "Bos, kami sudah membawanya," kata salah satu pria berjas hitam yang menyeret Rena.

      Pria paruh baya itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Rena yang saat ini tengah memandangnya dengan datar.

      "Mau apa lagi Anda memanggil saya? Apakah masih belum cukup Anda mengganggu hidup saya?" tanya Rena masih dengan wajah datarnya.

      "Saya hanya ingin bertanya tentang Raka," jawab pak Andrean, ayah angkat sekaligus pemilik sekolah Rena. "Kamu sudah tahu bukan kalau Raka dijebloskan ke dalam penjara remaja karena dituduh melakukan pembunuhan terhadap seseorang?"

      "Ya, memang. Lalu?" tanya Rena lagi.

      "Bagaimana itu bisa terjadi? Kamu pasti tahu alasannya, bukan?"

      Rena mendengus geli seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Maaf pak Andrean yang terhormat, mengapa Anda bertanya seperti itu? Jelas saya tidak tahu apa alasannya."

      "Bohong kalau kamu tidak tahu. Pengawal saya bilang kalau Raka menginap di apartemen kamu kemarin. Dan dia tidak pulang-pulang ke rumahnya hingga sekarang dikabarkan kalau dia telah membunuh seseorang dan masuk penjara." Tiba-tiba pak Andrean memicingkan matanya ke arah Rena. "Saya curiga, jangan-jangan kamu yang telah menghasut Raka untuk melakukan hal sekeji itu? Iya bukan?"

      Jelas Rena tidak suka dengan perkataan pak Andrean yang seakan-akan telah menyalahkan dirinya karena permasalahan sepupunya. Rena menatap pak Andrean dengan tajam. Bahkan sekarang wajahnya yang tadinya datar kini berubah menjadi terlihat marah.

     "Dengar, ya, pak Andrean, jaga omongan Anda. Mana mungkin saya menghasut Raka untuk melakukan hal bodoh seperti itu. Seharusnya saya yang bertanya kepada Anda. Bagaimana cara Anda mendidik Raka hingga membuat sikap dan perilaku Raka seperti itu? Bukankah dulu Raka adalah anak yang baik-baik? Lalu kenapa sekarang sifat Raka berubah? Bukankah itu karena kurangnya pengawasan Anda dan orang tuanya terhadap Raka?" Rena menjeda sebentar ucapannya. "Asal pak Andrean tahu, Raka tidak akan seperti itu kalau keluarganya tidak terus-terusan mengekang dia di rumah ini."

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang