☘ - Twenty Six

17.6K 812 38
                                    


      Saat ini, baik Varo ataupun Rena tidak bisa melakukan apapun lagi. Bahkan ketika Thala dan Aldi menyeretnya menuju kelas, Varo hanya bisa menurut. Begitu pula dengan Rena yang kedua tangannya di pegang erat oleh Tata dan Velisia.

     Varo dan Rena dibawa ke kelas Varo yang utungnya saat ini sedang tidak ada orang di dalamnya. Sehingga mudah bagi Aldi, Thala, Velisia dan Tata untuk menginterogasi sepasang remaja yang memiliki sifat bertolak belakang itu.

      Bukan tanpa alasan mereka berempat memperlakukan Varo dan Rena seperti itu. Varo tau apa penyebabnya. Hal itu juga karena ulah Rena. Jika bukan, mana mungkin saat ini Varo terus menggerutu akibat kejadian tadi di taman belakang sekolah. Di mana ketika Varo tengah berusaha untuk mengambil ponselnya kembali karena dibawa lari oleh Rena.

      Flashback on.

      "Rena! Balikin hape gue!"

      "Nggak akan!"

      "Balikin, gila! Itu barang pribadi. Lo seharusnya nggak nyentuh itu!"

      "Bodo amat! Emang gue peduli?! Kaga! Hahahaha ...."

      Sudah lima menit lebih mereka berdua terus kejar-kejaran seperti film india di taman belakang itu. Dan selama itu pula, Varo masih berusaha untuk mengambil ponselnya dari tangan Rena. Tapi ternyata, meskipun cewek itu memakai rok, Rena tidak sekalipun terlihat kesusahan saat berlari. Bahkan Varo yang memiliki kaki yang panjang agak sulit untuk menggapai cewek itu.

      Sepertinya Rena jika ikut lomba lari maraton mungkin cewek itu akan menang juara satu. Pikir Varo.

      Bahkan untuk mengambil napas saja, Rena tidak melakukannya. Gerakan cewek itu begitu gesit, dia menyalip ke sana ke mari dan membuat Varo kesusahan. Tadi hampir saja Varo melempar batu agar cewek itu pingsan dan dia bisa mendapatkan ponselnya kembali. Tapi Varo juga masih bisa berfikir jernih. Tidak mungkin kan Varo melakukan itu. Jika akibatnya melebihi Rena yang pingsan di tempat bagaimana? Oh tidak, Varo tidak ingin direpotkan lagi. Sudah cukup cewek itu terus-menerus menggangu kehidupannya. Dan Varo tidak mau jika ada tambahan lagi.

      "Ayo tangkep gue kalo bisa. Masa sama gue aja lo kalah, hahaha ...." Rena kembali tertawa yang membuat Varo mendengus sebal, tapi tetap cowok itu berlari mengejar Rena.

      "Apaan nih?" tiba-tiba Rena menghentikan laju larinya. Merasakan jika kantung roknya bergetar. Rena merogoh dan mengeluarkan ponselnya sendiri dari saku roknya dan melihat ada notif panggilan telepon dari nomer yang tak dikenalnya. Rena mengernyit sambil menatap ponselnya. Bahkan dia lupa dengan ponsel Varo yang saat ini berada di genggaman tangan kirinya.

      Varo yang melihat Rena berhenti tidak tinggal diam. Cowok itu mengambil kesempatan untuk menangkap Rena. Dan melihat Rena masih terdiam di tempatnya, Varo perlahan berjalan mendekat, hingga ketika sudah berada tepat di belakangnya langsung saja Varo mendekap tubuh Rena supaya cewek itu tidak lari lagi.

      Rena yang terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu, memekik kaget lalu meronta meminta untuk dilepaskan. Tapi bukan Varo namanya jika dia membiarkan Rena lari lagi. Cowok itu berusaha menggapai ponsel miliknya yang terus dihindari oleh Rena agar Varo tidak dapat mengambilnya.

      "Balikin hape gue, Rena!" ujar Varo dengan sebelah tangan menggapai-gapai ponselnya dan tangan yang satu lagi melingkar sepenuhnya pada pinggang Rena.

      "Nggak mau!" balas Rena dengan terus berusaha melepaskan lengan Varo yang mendekapnya dari belakang. "gue nggak mau balikin hape lo, sebelum—hahaha ...." Rena tiba-tiba tertawa ketika jari besar Varo menggelitiki perut serta pinggangnya.

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Where stories live. Discover now