☘ - Twenty Eight

17.2K 864 73
                                    


      Sudah sejak dua puluh menit yang lalu Rena terus berkutat di depan lemarinya. Padahal tinggal sepuluh menit lagi Varo akan menjemputnya untuk segera ke rumah cowok itu. Namun sampai sekarang Rena tidak dapat menemukan pakaian yang pas untuk dia kenakan di pesta bisnis papa Varo.

      Dilempari semua pakaiannya dari dalam lemari ke atas ranjang. Lalu dia menghampiri ranjang dan mulai memilah-milah pakaian yang bagus namun terkesan sopan.

      Rena berdecak karena dia tidak menemukan pakaian yang diinginkannya. Bukannya apa. Karena Rena memang paling banyak memiliki pakaian seksi yang memperlihatkan sebagian lekuk tubuhnya. Dan tentu saja dia tidak mungkin menggunakan pakaian itu. Yang ada orang tua Varo akan mengecap dirinya sebagai perempuan yang tidak baik-baik. Rena menggeleng. Dia tidak ingin dicap seperti itu. Apalagi itu merupakan calon mertuanya sendiri. Ups, memang kenapa Rena berharap? Tidak ada salahnya kan berharap seperti itu.

       Kembali lagi Rena memilah-milah pakaian yang pas untuk dia pakai. Bahkan sekarang lemarinya kosong karena sudah dia keluarkan semua isinya.

      Bunyi ponsel di atas nakas, membuat perhatian Rena teralihkan. Cewek itu beranjak dari ranjang untuk mengambil ponselnya. Dan menampilkan satu panggilan masuk dari Varo.

      "Halo?"

      "I-iya halo."

      "Gue udah di depan gerbang. Cepetan turun! Gue nggak mau nunggu lama-lama."

      Rena menggigit bibirnya. "Iya, Var. Tunggu sebentar. Gue bentar lagi selesai kok."

      "Ya udah cepet."

      "Iya." Rena mengapit ponsel itu di bahunya. Tangannya mulai memilih kembali pakaiannya.

      Lima menit kemudian Varo yang masih menunggu di mobil, tidak kunjung melihat batang hidung Rena. Untung teleponnya masih tersambung.

      "Ren, cepetan. Lo mau kita telat?"

      Terdengar suara grasak-grusuk dari sana. "Iya, Var. Tunggu sebentar."

      Varo berdecak. "Lo di lantai berapa? Dan berapa nomer apartemen lo?"

      "Eh? Lo mau ngapain nanya itu?"

       "Udah jawab aja."

      "Ngg ... lantai 78, nomer 301."

      "Oke."

      Pip.

      Telepon dimatikan. Tanpa membuang waktu Varo keluar dari mobil dan segera ke lift untuk menuju lantai yang diberitahu Rena. Sesampainya di apartemen nomer 301, Varo memencet bel di samping pintu. Pintu pun terbuka. Dan menampilkan Rena yang telah siap dengan penampilan ... yang bisa dibilang memukau. Terbukti karena kini Varo yang hanya memakai kemeja putih dipadu dengan jas hitam, beserta celana kain senada dengan jasnya, menatap Rena tanpa berkedip, yang memakai dress panjang berwarna biru muda. Dress itu tidak terlalu menampilkan lekuk tubuhnya. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan sebagian ikal di ujungnya, wajahnya hanya dipoles dengan make up tipis. Serta tas selempang kecil berwarna navy.

      "Var, ayo gue udah siap. Katanya nggak mau telat," ucap Rena yang membuat Varo langsung Mengerjapkan matanya. Tersadar dengan apa yang dilakukannya.

      "Eh, iya. Ayo." Secara refleks Varo mengamit tangan Rena. Lantas keduanya berjalan menuju lift untuk turun menuju mobil Varo.

~×~

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Where stories live. Discover now