☘ - Thirty Two

16.9K 752 35
                                    

      Brakk!

      Varo mendobrak pintu ruangan yang sudah menjadi bekas gudang itu dengan kakinya. Dia masuk ke dalam dengan mata yang memancarkan kemarahan. Sementara kedua temannya, Aldi dan Thala mengikuti Varo yang masuk ke dalam ruangan itu yang letaknya di belakang sekolah.

      "DION! DI MANA LO! KELUAR, BANGSAT!" teriak Varo marah sambil menggeledah isi dari ruangan itu. Sambil sesekali meneriaki nama Dion.

      Aldi dan Thala menatap Varo dengan ngeri. Pasalnya ruangan itu adalah ruangan yang biasa ditempati oleh Dion dan kedua temannya. Dan saat ini Varo mencari Dion, karena cowok itu menyangka mungkin bisa saja jika Dion yang telah menculik Rena. Berdasarkan dari kejadian yang Dion terus-terusan berusaha untuk melukai Rena, tak menutup kemungkinan jika Dion lah pelaku penculikan itu.

      Makanya Varo berusaha untuk mencari Dion dan mempertanyakan di mana keberadaan Rena, sekaligus memberi pelajaran pada Dion. Aldi dan Thala sebetulnya sudah memperingati Varo, jika Varo bisa saja salah sangka. Tapi Varo menyangkalnya, dan justru pergi ke ruangan ini untuk menemui Dion. Sempat Aldi dan Thala mencegahnya, namun melihat Varo begitu murka, membuat nyali Aldi dan Thala seketika menciut. Varo kan tidak pernah semarah ini, jadi wajar saja jika cowok yang tidak pernah marah, akan jadi sangat menyeramkan jika dia lepas kendali.

      Varo terus menggeledah semua isi dari ruangan itu, bahkan dia juga melempari semua barang-barang di dalamnya. Membuat Aldi dan Thala yang berdiri di belakangnya, berusaha untuk menghindar. Karena ngeri jika salah satu barang yang dilempar Varo akan mengenai tubuh mereka.

      "DION BANGSAT! KELUAR LO SEKARANG JUGA!!" Varo masih teriak-teriak seperti orang kesetanan. Membuat Aldi tidak tahan untuk tidak berdecak.

      "Var, tenangin diri lo," ujar Aldi. "Percuma lo teriak-teriak gini sambil lempar barang. Nyatanya si Dion dan temannya nggak ada di sini."

      Meski Aldi sudah berucap seperti itu, Varo tidak juga menghentikan aktifitasnya. Aldi kini semakin kesal. Dengan langkah yang terseok sembari tangan kanannya memegang bagian perut di mana luka itu berada, Aldi menghampiri Varo.

      "Eh? Al, lo mau ngapain?" tanya Thala yang melihat Aldi semakin mendekati Varo.

      Namun Aldi tak menjawab, dia lalu dengan cepat menarik bahu Varo dan membalikkan tubuh Varo ke arahnya.

      "Var, stop! Percuma Var, lo nyari di sini nggak akan ada orangnya. Lagian juga, kenapa sih lo harus marah-marah kayak gini?" tanya Aldi menatap Varo yang tengah memandang ke arah lain, dengan kedua tangan yang saling terkepal kuat.

      "Var, lo itu orangnya bijak. Dari dulu lo bahkan nggak pernah ngadepin masalah dengan marah-marah. Kenapa sekarang karena Rena diculik terus lo kayak orang kesetanan gini? Emangnya dengan marah-marah, masalah bisa diselesaikan? Enggak kan. Plis, Var, pake otak lo. Jangan terbawa emosi. Ya gue tau, gimana rasanya saat orang yang kita sayangi hilang entah ke mana tanpa jejak. Tapi ya, Var, seenggaknya kalo ada masalah kayak gini, lo nggak seharusnya emosi begitu. Apa lo bisa mikir dengan emosi kayak gitu? Apa dengan marah-marah Rena bakalan ketemu? Enggak, kan."

      Setelah mendengar penjelasan Aldi yang panjang itu, perlahan emosi di dalam diri Varo mulai mereda. Tangannya kini sudah melemas. Dan sekarang Varo terdiam dengan ucapan Aldi.

      Thala yang sedari tadi memperhatikan keduanya, mulai berjalan menghampiri kedua temannya. Dia lalu menepuk sebelah bahu Varo pelan.

      "Var, lo tau kan kita berdua pasti bantuin lo buat nyari Rena sampe ketemu. Lo nggak usah khawatir. Oke?" Thala tersenyum menatap Varo yang menundukkan kepalanya.

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang