☘ - Thirty Three

17.3K 731 54
                                    


      "Gimana Var, udah ada petunjuk?"

       Pertanyaan dari seseorang membuat ketiga cowok yang saat ini tengah duduk di meja kantin menoleh ke asal suara. Mendapati Tata dan Velisia sedang berjalan ke arah mereka. Lalu ikut bergabung duduk di meja bersama mereka.

      Varo yang ditanya hanya menggeleng. Melihat itu Tata hanya mampu menghela napasnya.

      "Lo udah lapor polisi kan?" tanya Tata lagi.

      "Udah dari kemaren kali, Ta," jawab Aldi. "Dan sampe sekarang pun pihak polisi belum ada yang hubungin kita."

      "Gimana nih Vel, gue kangen sama Rena," lirih Tata pelan.

      "Emang lo doang. Gue juga kangen sama dia," balas Velisia. Tangan cewek itu terulur dan merangkul bahu Tata yang duduk di sampingnya dan membawanya mendekat.

      Aldi dan Thala yang melihat itu hanya mampu menundukkan wajah mereka. Sementara Varo hanya memandang ke depan, dengan tangannya mengaduk-aduk bakso tanpa minat.

      Dari kejauhan, Dina menatap Varo yang terlihat sekali ada guratan kesedihan. Gadis itu memandang sendu ke arah Varo.

      Setelah lama berpikir, sepertinya Dina harus memberitahukan keberadaan Rena saat ini pada Varo. Dia tidak bisa jika harus melihat Varo dengan wajah seperti itu setiap hari. Yah, meski dulu Dina merasa patah hati karena cowok yang disukainya ternyata berpacaran dengan cewek lain. Tapi Dina juga merasa bahagia saat melihat Varo yang ternyata bisa tertawa lepas ketika bersama dengan Rena.

      Lagipun, perbuatan omnya memang harus di laporkan. Karena itu termasuk perbuatan jahat. Dan sampai sekarang Dina belum mengetahui apa alasan omnya itu berbuat demikian.

      Dina menghembuskan napasnya perlahan. Gadis itu mengepal kedua tangannya erat, sebelum akhirnya maju perlahan ke arah Varo dan teman-temannya dengan jantung yang berpacu cepat.

      "Kak Varo?" panggil Dina pelan ketika dirinya sudah berdiri tepat di samping Varo.

      Varo dan kedua temannya termasuk Tata dan Velisia, menoleh ke arahnya.

      "Dina? Ada apa, ya?" tanya Varo yang menatap Dina bingung.

      Sejenak Dina memerhatikan wajah Varo yang terlihat ada guratan kelelahan, dan juga kantung matanya yang menghitam. Hati Dina rasanya sakit sekali, hanya dengan menatap wajah Varo yang seperti itu.

      "Kak, saya dengar kalo kak Rena diculik. Apa benar?" tanya Dina.

      Kedua alis Varo menaut. "Ah, iya. Dari mana kamu tau?"

       Dina menghela napasnya perlahan. "Kak, sa-saya tau di mana Kak Rena diculik."

       Kalimat selanjutnya yang dilontarkan oleh Dina membuat semua orang yang ada di meja itu terperangah mendengarnya. Begitu juga dengan Varo yang langsung bangkit dari duduknya dan mencengkram kedua bahu Dina erat.

      "Beneran kamu tau?" tanya Varo menatap Dina tidak percaya.

      "I-iya, Kak.

      Thala, Aldi, Tata, dan Velisia langsung bangkit dan mengerubungi Dina yang berada di tengah-tengah mereka. Oke, sekarang Dina merasa kecil, sebab orang-orang yang mengerubunginya saat ini memiliki postur tubuh yang tinggi. Dan Dina merasa dia sedang dikeroyok sekarang. Apalagi merasakan tangan Varo yang memegang bahunya semakin erat.

      "Din, saya mohon, tolong kasih tau saya di mana Rena diculik," kata Varo.

      Dina tidak menjawab. Dia hanya mendongak menatap Varo yang untuk pertama kalinya menatap penuh harap padanya.

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Where stories live. Discover now