1. Satu Hari di Musim Dingin

3.1K 174 99
                                    

Andai melupakan semudah yang kukira, kemana lagi aku harus melabuhkan hati?

Andai melupakan semudah yang kukira, kemana lagi aku harus melabuhkan hati?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Rasanya, sudah lama sejak terakhir aku mengantar surat ke sini.” Yudai menerima gelas pemberian Ayumi, meniup-niup teh hijau yang menguarkan uap pelan, dan menyeruputnya perlahan-lahan. “Kapan, ya?”

“Empat tahun yang lalu.” Ayumi tersenyum, duduk menghadap Yudai seraya bertopang dagu. “Yah, lumayan lama juga kalau diingat-ingat.”

“Oh, wow! Ingatanmu kuat sekali, Ayumi. Tidak heran kau dulu selalu menjadi yang terbaik di sekolah. Aku sendiri bahkan sudah lupa kapan terakhir kali bertandang ke sini.”

Ayumi mengibaskan tangan. “Pintu rumah kami selalu terbuka untukmu, Yudai. Kau saja yang sering mengelak setiap aku menyuruh Kaiya mengundangmu.” Ayumi tertawa kecil saat mendapati wajah pemuda di depannya sedikit bersemu. 

“Ah, maaf.” Yudai meletakkan gelasnya. “Pekerjaan tukang pos ini menjajah waktuku. Kecuali kau mau bernegosiasi dengan bos kami. Mungkin aku akan mempertimbangkannya.” Kali ini, seringai jail menghiasi wajah Yudai.

“Ayolah!” Ayumi mengerang. “Beri saja satu-dua alasan yang masuk akal. Asal kau tahu, Kaiya sering mengeluh kesepian akhir-akhir ini.”

“Kaiya? Tour guide sepertinya tidak mungkin kesepian. Jangan-jangan kau yang sering kesepian? Apa ini semacam trik lama? Maaf, Ayumi, tapi aku sudah terlalu banyak termakan tipuanmu.”

Ayumi tertawa. “Kau benar. Aku jenuh. Mengurus penginapan dan membuka kedai. Aku yakin kau juga merasakan hal yang sama.”

“Kau saja yang begitu.”

Keduanya tertawa bersama.

Ayumi mengusap sudut mata. Ah, kapan terakhir kali ia tertawa lepas seperti ini, ya? 

Rasanya sudah lama sekali.

Begitu tawa mereka reda, Ayumi lantas menyodorkan beberapa tusuk dango kepada Yudai. “Coba ini dan berikan pendapatmu.”

“Oh!” Yudai terkesima pada tusuk pertama. “Dango-mu yang terbaik, Ayumi. Terakhir kali aku memakan dango seenak ini saat kita bersekolah di Kanazawa. Ini enak sekali!” Yudai mencerocos dengan mulut penuh dango.

Ayumi terkekeh, sadar bahwa ada beberapa hal yang tidak pernah berubah.

Yudai adalah salah satu laki-laki yang persahabatannya awet dengan Ayumi. Pemuda itu adalah beberapa yang mengulurkan tangan terlebih dulu. Bersama Yudai, untuk kedua kalinya, Ayumi sadar persahabatan antara laki-laki dan perempuan bukanlah hal yang mustahil.

“Kau terlalu sibuk.” Ayumi mencubit gemas lengan Yudai. “Datang saja ke kedai. Ada lebih banyak dango dan makanan lain yang siap kusodorkan untukmu.” Ayumi mengedipkan sebelah matanya.

Let Me Freeze These Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang