3. Tarian Masa Lalu

995 88 28
                                    

Bagiku, berjalan di atas ketidakpastian, terkadang lebih sulit ketimbang menapaki anak tangga kepastian.

Berbekal keyakinan yang sudah dikuat-kuatkan, Ayumi menyusuri jalanan utama Shirakawago

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbekal keyakinan yang sudah dikuat-kuatkan, Ayumi menyusuri jalanan utama Shirakawago. Gadis itu mengeratkan mantel, memperbaiki posisi syal dan sarung tangan yang membalut telapak tangan dari udara dingin. Salju terus turun. Tak peduli dengan sinar matahari yang redup-redup menyinari desa itu, terhalang awan yang berarak ditiup angin. Jalan-jalan yang tertutup salju, samping kiri-kanan yang tertutup salju, pepohonan yang tertutup salju, bangunan-bangunan kayu yang tertutup salju, dan kenangan yang tertutup salju. Hal yang menimbulkan sesak bagi Ayumi.

Ayumi meremas tas cangklong tersampir di bahu kanan, mencoba mengalihkan pikiran. Ditatapnya sekeliling, menyaksikan kegiatan aktivitas masyarakat sekitar yang tak pernah putus. 

Shirakawago merupakan satu di antara situs tua kebanggaan Jepang, juga salah satu desa terunik di dunia. Desa yang wilayahnya hampir setiap tahun banyak tertutup salju itu memang indah. Terlalu indah hingga Ayumi hampir bisa melupakan semua kenangan dan kejadian demi kejadian yang menerjang hatinya bertahun-tahun yang lalu.

Hampir ... sebelum semuanya luluh lantak dalam sekejap, membuat Ayumi kembali menjadi emosional.

Setelah beberapa hari berusaha menjernihkan pikiran, Ayumi yakin, ada sesuatu yang tidak ia ketahui soal Arata. Tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Arata dan bagaimana keadaan Arata sekarang ini. Ia harus tahu, dan ia membutuhkan kejelasan atas semuanya. Sudah cukup ia merasakan pedihnya kehilangan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Ketika ia tidak pernah lagi menjumpai seseorang yang menjadi dunia-nya. 

Sisi tragisnya, Ayumi bahkan belum sempat melihat bagaimana rupa orang itu. Tak tahu bagaimana raut wajah di balik suaranya yang terkesan dingin. Semuanya. Ayumi menyeka sudut mata yang basah. Umurnya saat itu sepuluh tahun, dan Ayumi belajar apa itu kesepian sekaligus kehilangan ketika untuk pertama kalinya ia bisa melihat dunia dengan normal.

Menyaksikan ayah, ibu, dan Kaiya yang saat itu berusia enam tahun. Menangkap kilau cahaya jingga yang menorehkan bekas di jendela rumah sakit saat itu. Melihat bagaimana wujud fisiknya selama ini. Anak kecil dengan kulit seputih salju serta rambut hitam legam mencapai punggung.

Perlahan, Ayumi kecil menyentuh cermin yang memantulkan bayangannya. Bagaimana kabarnya, ya? Ayumi tiba-tiba terpikir orang itu. Seseorang yang sebelumnya menjadi dunianya. Beberapa minggu berlalu, berganti bulan demi bulan. Ibu bilang mereka akan segera pulang, dan Ayumi bisa bersekolah.

Kabar yang membahagiakan, sebelum Ayumi kecil mengetahui sesuatu.

Mereka tidak pernah kembali. Mereka membangun kehidupan di sebuah kota baru yang berbeda dengan desa lama mereka. Ayumi mungkin belum pernah melihat bagaimana wujud desa dan sekolah lamanya, tapi ia bisa merasakan semuanya. Merasakan adanya kasih, cinta, dan perhatian, terutama saat Ayumi bersamanya. Bersama orang itu, yang selalu berada di sisinya. 

Let Me Freeze These Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang