2. Ketika Satu Kepercayaan Bertepuk

1.6K 107 68
                                    

Aku tahu, berpisahnya dua hati yang pernah bertaut, tidak menutup kemungkinan untuk seseorang menyelip di antara keduanya.

Aku tahu, berpisahnya dua hati yang pernah bertaut, tidak menutup kemungkinan untuk seseorang menyelip di antara keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayumi mengendap-endap, memastikan keadaan sekitar aman. Kaiya baru saja pamit. Katanya akan ada turis dari Perancis yang harus ia pandu. Kaiya juga mengatakan kemungkinan ia akan pulang terlambat hari ini. Ayumi mengangguk, mendoakan semoga Kaiya lancar dalam menjalani pekerjaan. Aisha sendiri sudah beberapa hari ini pergi ke Kanazawa untuk satu urusan. Menyisakan Ayumi yang sendirian di rumah sekarang ini. Gadis itu mengusap wajah yang tiba-tiba berkeringat dingin saat mengambil langkah menuju kamarnya.

Di sinilah Ayumi sekarang. Di atas tatami kamar, dengan amplop yang ia letakkan di pangkuan. Gadis dengan rambut tergerai sepunggung itu mengigit ujung kuku, maju-mundur menyentuh benda tersebut. Ayumi bisa merasakan jantungnya jumpalitan tak menentu, seolah ada yang memompanya kuat-kuat di sana. Menimbulkan keraguan saat matanya kembali mendapati amplop tersebut masih rapi, belum diutik sedikit pun sejak Yudai menyerahkannya. Kesibukan benar-benar membuat Ayumi melupakannya seminggu terakhir ini.

Ragu, Ayumi membolak-balik amplop tersebut, sekadar memastikan. Meyakinkan, bukan hanya diri, tapi juga hati. Tatapannya beralih ke nama pengirim yang tertera di ujung kanan atas amplop.

Fujiwara Fumio. 

Nama itu ... Ayumi tidak ingin mengambil spekulasi terlalu jauh. Kejadian itu sudah lama sekali dan ia bahkan—mungkin—tidak akan pernah tahu bagaimana kabar darinya. Laki-laki itu. Ayumi berusaha merenungi lagi kilatan memori yang sempat berkelebat di kepalanya ketika membaca nama Fujiwara Fumio sebelum akhirnya gadis itu menepis praduga tersebut. Mustahil rasanya. Ayumi geleng-geleng seraya memegangi dada, persis saat rasa sesak itu kembali hinggap. 

Sesak lain yang tak pernah Ayumi ceritakan kepada siapa pun, bahkan Yudai atau Kaiya sekalipun. Rasa sesak yang bisa muncul begitu saja setiap kali Ayumi mengingatnya. Kejadian berpuluh-puluh tahun lalu ketika dunia baginya hanya hitam belaka. Rasa sesak yang disebabkan selain teringat Arata dalam setiap mimpi Ayumi.

Ya, Ayumi kerap rindu padanya. Kepada orang itu. Rindu membuncah, bahkan lebih hebat ketimbang mengingat kenangan bersama Arata. Rasa yang tidak menyenangkan. Mengusik sisi lain hati dan ingatan. Hal pertama yang mengajarkan kepada Ayumi apa itu kesepian sebelum akhirnya gadis itu bertemu Arata, dunia yang baru, meski pada akhirnya memiliki ujung yang sama: pergi dan melepaskan.

Tidak, itu tidak mungkin dia, pikir Ayumi. 

Kalau begitu siapa? 

Ayumi menggaruk tengkuk, mengingat-ingat nama yang pernah memiliki hubungan dekat dengannya. Pass! Ayumi sangat hafal siapa saja orang-orang itu, dan hanya ada satu nama yang bermuara pada kemustahilan, jadi coret saja kemungkinan itu. Ayumi kembali mengingat-ingat siapa saja nama-nama teman sekelasnya ketika bersekolah di sekolah menengah atas. Pass juga! Ayumi ingat betul nama teman-teman sekelasnya dan tidak ada Fujiwara Fumio dari list itu.

Let Me Freeze These Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang