5. Ketika Dua Takdir Bersatu

623 76 32
                                    

Bersama denganmu, aku seperti teringat masa lalu, dan tragisnya, aku kemudian meyakini bahwa kau bukan masa laluku setelah satu kalimat terlontar darimu.

Tak sadarkah kau kalau itu benar-benar menyakitiku, meski aku tak pernah mengatakannya kepadamu?

Tak sadarkah kau kalau itu benar-benar menyakitiku, meski aku tak pernah mengatakannya kepadamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Maaf merepotkanmu, Nyonya Hana.” Tersirat nada tidak enak dalam suara Fumio. Pemuda itu menarik pergelangan tangan Ayumi untuk mengikuti derap langkah Nyonya Hana. “Maaf juga kalau perempuan ini merepotkan, Nyonya.” Sekonyong-konyong, tidak ada hujan, tidak ada badai, Fumio mengedikkan dagu ke arah Ayumi saat mereka bertiga berhenti di depan salah pintu sembari menunggu Nyonya Hana memilah kunci dan membuka gembok.

Ayumi sontak memelotot garang, melayangkan satu injakan keras ke kaki Fumio yang mana langsung membuat sang empu kaki ketar-ketir.

“Ah, iya.” Ayumi—pura-pura—tersenyum manis bak kembang gula. “Maaf kalau kami merepotkan Anda, Nyonya.” Ayumi mengangguk seraya menekan kuat-kuat kata kami. Bentuk sindiran tajam pada Fumio yang masih menunjukkan sedikit ekspresi kesakitan, yang mana membuat laki-laki itu menjadi sedikit lebih manusiawi. 

Ayumi lantas sedikit membungkuk di hadapan Nyonya Hana yang mana langsung disambut kekehan oleh wanita tua itu. Nyonya Hana mengangguk, berkata kalau dia mafhum dengan kelakuan anak muda zaman sekarang yang energik dan penuh gairah semangat. 

Nyonya Hana membukakan pintu, memberi isyarat kepada Fumio dan Ayumi untuk mengikuti.

Sesaat, Ayumi tertegun sekaligus terhenyak saat memasuki ruangan itu. Benar-benar di luar ekspektasi saat Nyonya Hana mengatakan kalau ia akan mengajak Ayumi dan Fumio menuju basemen. Tempat di mana Nyonya Hana menyimpan arsip dan juga berkas tentang siapa saja yang pernah menjadi anggota dari keluarga besar Apartemen Origin. Untuk jaga-jaga, jelas Nyonya Hana seraya tertawa kecil. 

Wanita tua itu menambahkan kalau ia sering merindukan mereka yang pernah menyewa apato. Nyonya Hana juga mengatakan kalau tidak banyak orang yang menyewa apato di sini. Selain tampilan luarnya jauh dari kata menarik, apartemen ini juga jauh dari keramaian. Karena itulah, Nyonya Hana menganggap mereka yang pernah menyewa apato di sini adalah keluarga yang sangat ia sayangi, termasuk Arata. 

Ayumi tidak terlalu terkejut. Meski sudah empat tahun sejak Nyonya Hana mengirimkan surat untuknya serta beberapa kali berkirim pesan pendek, Ayumi masih ingat dengan fakta itu. Bahwa Nyonya Hana senang menyimpan berkas dan arsip penghuni Apartemen Origin. Begitu yang Nyonya Hana katakan kepadanya.

Ayumi ingat hari itu.

Seminggu setelah ia menerima surat Nyonya Hana, gadis itu diam-diam—tanpa sepengetahuan Aisha, bahkan juga Kaiya—mengirimkan balasan balik. Bertanya apakah Nyonya Hana memiliki informasi lain tentang Arata selain fakta kalau pemuda itu ternyata sudah hampir setahun pulang ke kampung halaman.

Let Me Freeze These Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang