6. Keputusan yang Patah-patah

651 75 38
                                    

Saat itu aku sadar, bahwa cinta itu seperti percikan kembang api pada malam tahun baru. Berlomba-lomba menerangi langit malam, sebelum akhirnya semua hilang tanpa bekas, seolah tak pernah terjadi apa-apa.

 Berlomba-lomba menerangi langit malam, sebelum akhirnya semua hilang tanpa bekas, seolah tak pernah terjadi apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayumi mengeratkan mantel, terus berjalan bersama Fujiwara Fumio yang menyejajarkan langkah dengannya.

Kanazawa .... Tempat yang Ayumi kenal dengan sangat baik. Di mana kenangan bersama Arata dimulai dan terjadi.

Ayumi mengusap wajah, menenangkan diri. Beristirahat satu malam di Apartemen Origin sedikit banyak membantu memulihkan, bukan hanya tenaga, tapi juga perasaan Ayumi yang sempat terombang-ambing.

Setelah mengetahui satu fakta penting tentang Arata, Ayumi bersikeras untuk pergi ke Kanazawa saat itu juga. Hampir ... sebelum Fumio menahan pergelangan tangan Ayumi, meminta agar gadis itu jangan terburu-buru. Pemuda itu menyarankan agar Ayumi beristirahat barang semalam terlebih dahulu, melihat kondisi gadis itu yang seolah menjadi lemah ketika mereka menemukan berkas Arata dan mendapatkan sepotong jawaban. Terlebih, hari mulai beranjak sore, membuat Fumio mengambil langkah tegas dengan—tak sengaja—membentak Ayumi kalau mereka saat ini harus berpikir dengan logis dan tenang. Bukannya gegabah. 

Fumio yang saat itu benar-benar sudah frustrasi hanya melambaikan tangan, melangkah menuju pojok ruangan. Pemuda itu mencoba memberikan sedikit ruang kepada Nyonya Hana untuk membujuk Ayumi setelah pemilik Apartemen Origin itu menyentuh bahunya, memberi isyarat kepada Fumio agar tidak bersikap terlalu keras. Fumio menghela napas, mengangguk sebelum ia melirik Ayumi yang rupa-rupanya juga curi-curi pandang.

Fumio bersedekap dengan badan menghadap dinding, mencuri dengar Nyonya Hana yang membujuk Ayumi untuk beristirahat dulu barang satu malam. Fumio baru bisa bernapas lega saat Nyonya Hana mencolek bahunya setelah beberapa saat, mengacungkan jempol tanda berhasil membujuk Ayumi. 

Dari kejadian kemarin, Ayumi tahu bahwa sebenarnya Fumio adalah pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Laki-laki dengan anting di telinga kanan itu bahkan rela menanggung biaya inap Ayumi selama satu malam di apato yang kebetulan kosong, bersebelahan dengan apato Fumio. Hampir, sebelum Nyonya Hana menggeleng, menolak ketika Fumio menyodorkan sejumlah uang. Simpan saja, kata Nyonya Hana. Mereka berdua pasti membutuhkannya saat perjalanan menuju Kanazawa nanti. 

Pada malam harinya, ketika Ayumi mengirimkan pesan pendek kepada Kaiya, terdengar seseorang mengetuk pintu dari luar. Tergesa, Ayumi membukakan pintu, mendapati Fumio yang berpenampilan siap keluar.

Sebelah alis Fumio terangkat, bertanya apa Ayumi menginginkan sesuatu untuk dimakan. Gadis itu hanya tersenyum canggung, menggeleng pelan. Dia sudah terlalu banyak merepotkan Fumio sampai saat ini. Fumio hanya mengangkat bahu, melambaikan tangan seraya berlalu dengan cepat hingga Ayumi tak melihat punggung pemuda itu lagi. 

Let Me Freeze These Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang