Chapter 3

937 37 0
                                    

Sejak pembicaraan terakhir Queen dengan sepupunya seorang dosen yang ternyata juga mengajar di kelasnya, Queen jadi punya teman bicara, tapi itu ia lakukan ketika hanya mereka berdua saja.

Hari ini yang dilakukan Dinda benar-benar tak pernah terpikirkan oleh isi kepala Queen.

" selamat pagi anak-anak" sapa Dinda saat menyapa mahasiswanya, disaat Rain dan anggota yang lain masih berada di dalam kelas.

" ah kalian, beberapa hari ini saya lihat kalian sering datang kesini kenapa?" sindir Dinda tidak saja untuk Rain dan teman-temannya tapi juga untuk sepupunya. Sebagai sepupu Queen, Dinda tau bagaimana sepak terjang Queen. Selama ini dimana pun sepupunya itu berada maka pasti akan jadi incaran lelaki. Dan dia yakin keberadaan Rain dan teman-temannya pasti untuk PDKT dengan Queen. Selamat berjuang mahasiswaku.

" bukan beberapa hari ini buk, udah dari dahulu kala, tapi kali ini kedatang kita didukung oleh anak baru itu" Jelas Tomi yang menunjuk kearah Queen duduk

" ah anak baru, jadi kali ini siapa yang mentargetkan dia, apa kamu Rain?"

" tepat sekali buk, hanya dia yang single diantara kita" balas Dicky. Dinda tersenyum mendengar seruan dari Dicky untuk sekilas dia melihat ke arah Queen yang sudah berwajah kesal.

" benaran Rain? kalau gitu saya mendukung apa yang kamu lakukan" seru Dinda yang pastinya di dengar oleh Queen dan dengan santainya Queen berjalan berniat meninggalkan ruangan, namun langkahnya di hentikan oleh teriakan Dinda.

" jika kamu pergi maka kamu nggak akan bisa masuk kelas ini lagi kecuali jika kamu jelaskan satu point saja yang akan di pelajari kelas hari ini" Dinda hanya sedikit berniat mengerjai sepupunya ini dan dia tau kalau Queen tidak akan menerima tantangan dari dirinya karena itu akan mengungkap siapa dirinya.

" hanya satu point?" ujar Queen yang berjalan maju menghampiri Dinda. dan hal ini tak pernah terpikirkan oleh Dinda seorang Queen menerima tantangan, gak biasanya, karena seorang Queen tidak akan menghiraukan apapun yang berada di sekitarnya.

" hanya satu point saja, ok saya akan melakukanya buk, tapi saya tidak menjamin apa yang saya jelaskan dapat di pahami mahasiswa ibuk. tapi yang pasti jika yang saya jelaskan benar, maka izinkan saya untuk pergi dari kelas ini tanpa ada coretan di daftar hadir" lanjut Queen yang tidak menunggu respon dari Dinda karena dia langsung saja menjelaskan satu Point dari yang akan di ajarkan oleh Dinda setelah melihat apa saja yang akan di ajarkan di buku pegangan dinda. Queen bukanlah seorang dosen tapi bukan berarti dia tidak tau bagaimana caranya mengajarkan apa yang dia ketahui kepada yang lain.

Tidak hanya anggota kelas, Rain dan temanya kaget melihat aksi Queen yang menjelaskan dengan baik meskipun tidak mengalahkan Dinda.

" bagaimana ibuk Dinda Farzana?"

" kamu memang tak bisa di tebak, saya nggak nyangka kamu akan melakukanya?" respon Dinda sebenarnya bukan penjelasan Queen tapi tentang Queen yang menerima tantangan bodoh dari dirinya

" bahkan saya lebih tidak menyangka dengan apa yang ibuk lakukan kepada saya beberapa waktu lalu, jadi sesuai yang saya inginkan, saya akan pergi dari sini, dan saya harap ibuk dapat menjamin tidak ada yang akan melaporkan saya kepada pihak kampus" lanjut Queen sebelum pembicaraan terakhir queen melihat kearah Dicky selalu anak dari rektorat dan setelah itu dia berlalu pergi meninggalkan kelas.

" dia lihat kearah gue, apa maksudnya gue yang laporin dia?" histeris Dicky saat Queen melihat ke arahnya apalagi dengan tatapan yang tajam jangankan Dicky yang lain pasti juga akan takut melihat tatapan itu.

" siapa lagi, karena hanya loe anak rektor disini?" ujar Tomi memperjelas maksud tatapan dari Queen. Dicky dibuat takut oleh ucapan Tomi

" udah ayouk, buk, maaf karena kita mengganggu pembelajaran ibuk" izin  Rain dengan sopan lalu berjalan meninggalkan kelas yang tadi menjadi tempat yang belajar Queen.

Rain berjalan meninggalkan kelas bersama teman-temannya yang lain, akan tetapi mereka berpisah karena seperti biasa tujuan mereka akan berbeda karena hanya Tomi dan Dicky yang satu jurusan. Sedangkan Rwin satu jursan dengan Revan tapi tak satu kelas. Rain yang nggak ada kelas dia berjalan kearah pustaka dan menghabiskan waktu luangnya di pustaka.

Berbeda dengan Queen dia memilih untuk meninggalkan kampusnya dan pergi ke pusat pembelanjaan yang ada di kotanya yang berada tak jauh dari kampus maupun apartemen miliknya.

Selama di perjalanan Queen selalu memikirkan alasan yang jelas kenapa dia memutuskan untuk tinggal dan kuliah kembali, namun yang pasti dia tidak lupa apa niat awalnya, tapi setelah dia menjalani nya dia merasa sia-sia, untuk apa dia melakukannya sedangkan adeknya saja baik-baik saja, kekesalan yang awalnya membuat dia penasaran dengan siapa yang membuat adeknya terpuruk selama beberapa hari. Dari informasi yang dia dapatkan itu semua terjadi karena ulah Rain.

Tapi bagaimanapun dia tetap ingin tau apa yang terjadi dengan Rain dan Barbie, kenapa Barbie sampai sakit hanya karena kelakukan Rain kepadanya? Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Rain kepada Barbie, pertanyaan itulah yang sampai saat inu berkecamuk di dalam pikiran Queen.

Dari yang Queen perhatikan sepertinya Rain bukanlah orang jahat tapi bagaimanapun dia tak harus mengambil kesimpulan secepat itu. Jika Rain baik maka Barbie gak akan semenderita itu.

Saat telah lelah Queen berhenti di sebuah tempat makan yang ada di mall. Kadang Queen penasaran dengan dirinya yang akan selalu memilih memutari mall saat dirinya lagi banyak pikiran dan selama memutari tempat itu tak satu barang yang dia beli.

Akhirnya Queen memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya. Ke rumah dimana ada mamanya dan adeknya.

Sesampai di rumah Queen langsung masuk kamarnya karena tak menemukan satupun orang. Dan yang pasti selama di kamar dia akan mengerjakan tugasnya yang belum lama ini dia dapat. Dia mendapatkan email dari orangnya yang mengatakan kalau ini harus siap esok hari. Bagi Queen yang sudah lama bergelut dengan pekerjaanya tidak akan menbutuhkan waktu lama untuknya.

" kakak lagi ngapain ?" tanya Barbie yang masuk kamar Queen dan melihat Queen sibuk dengan laptop miliknya

" gak ada, kamu gak ada tugas?" jawab Queen lalu menyimpan laptopnya

" ada, tapi gak di kumpul besok?" jelas Barbie dengan santai karena memang dia bukan kakaknya yang akan langsung menyesuaikan tugasnya ketika mendapatkannya.

" ya ampun kakak, jangan gitu, aku pasti kerjain kok, tapi gak sekarang" lanjut Barbie karena mendapatkan pelototan dari Queen

" kakak percaya kok sama kamu, adek apa kamu tidak akan cerita tentang apa yang terjadi dengan kamu beberapa hari ini?" ujar Queen mencoba untuk menggali tentang apa yang terjadi dengan Barbie dan dia yakin kalau dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan meskipun dengan waktu yang lama.

" tentang apa?"

" berarti kamu belum siap untuk cerita" desah Queen

" bukan gitu kak, tapi memang itu gak penting"

" gak penting tapi kamu kayak orang gila gitu?" bukan menjawab tapi Barbie hanya nyegir kearah kakaknya

" kak, aku lupa nanya apa kabar papa disana?"

" kamu nggak ada nelpon sama daddy?"

" gak mau kak, takut aku kangen sama papa, aku suka nangis kalau hanya dengar suara papa dan nggak bisa lihat dan peluk papa" jelas Barbie yang terdengar serak bahkan air mata Barbie jatuh begitu saja dari matanya, Queen yang melihat hal itu ikut bersedih, yang dirasakan oleh Barbie sama halnya dengan yang dia rasakan disaat dia hanya dapat mendengar suara mommy nya, dan itu rasa sangat sesak, bahkan mengeluarkan air mata saja tidak dapat menghilang rasa sedih itu.

Tanpa mereka sadari mama mereka berdiri di depan pintu dan mendengar semua perkataan mereka, begitu juga dengan orang yang tengah terhubungan dengan panggilan, yaitu papa mereka yang tadinya meminta mantan istrinya

Cold CoupleWhere stories live. Discover now