Part 2

1.8K 65 6
                                    

Suasana di bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta sore itu cukup ramai, banyak orang-orang yang berlalu lalang di sekitar bandara entah untuk menjemput kerabat, untuk pergi berlibur, pulang dari berlibur atau pun yang lainnya.

Thalia yang sedang duduk di luar cafe dekat bandara dengan ponsel yang ada di genggamannya mendesah kasar, pasalnya orang yang dia tunggu sedari tadi belum juga memunculkan bau-bau keberadaanya.

Bosan harus menunggu, akhirnya Thalia memilih untuk memainkan game kesayangannya yaitu Mobile legend. Gerakan tangannya begitu lihai memainkan games yang sedang populer.

Setengah jam sudah Thalia memainkan games tersebut, tapi dia tidak menyadari sesuatu jika kursi yang ada di depannya sudah di isi oleh seseorang.

"Udah lama?"

Pertanyaan seseorang yang sangat Thalia ketahui itu jelas membuat dia sesegera mungkin menyelesaikan permainannya. Dengan kecepatan super, Thalia menyelesaikannya dan menaruh ponselnya di atas meja.

"Ka Han kemana aja sih lama banget? Gk tau apa kalau nunggu itu bosen? Ini itu udah sore ka, nggak kasian ngeliat adeknya sendirian nunggu? Coba belum makan, masih pake seragam sekolah, muka udah kumel, uang nggk punya. Ah lengkap sudah derita nunggu ka Han pulang."

Thalia terus saja mengoceh di depan kakak keduanya, Johan Alexander. Maklum saja, Thalia yang tabiatnya anak paling bontot harus belajar hidup mandiri dan terpisah dari dua kakak laki-lakinya.

Johan sendiri sedang menempuh studynya di Universitas Gadjah Mada, sedangkan kakak yang satunya lagi sedang mengurus perusahaan keluarganya di Yogyakarta.

"Udah ngocehnya? Ayo pulang!"

"Gk mau, ka Han nyebelin."

"Mau ini nggak?" Pertanyaan yang di barengi dengan keluarnya sesuatu dari dalam tas Johan membuat Thalia membelalakan matanya tak percaya.

"Ini.. ini kan.. ka Han kok ka Han bisa tau sih kalau Thalia lagi pengen itu." Thalia terus saja menatap barang yang masih berada di dalam genggaman Johan.

"Mau ini kan?" tanya Johan.

Thalia mengangguk mengiyakan pertanyaan Johan.

"Yaudah, ayo pulang" titah Johan.

"Siap bos laksanakan" ujar Thalia yang langsung melesat begitu saja pergi dari cafe dan meninggalkan Johan yang masih terpaku di tempat duduknya.

"Punya adek kok kelakuannya kayak gitu. Ngidam apa nyokap pas hamilnya?" Johan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya yang semakin dewasa semakin absurd.

"KA HAN CEPETAN, KATANYA TADI DI SURUH PULANG." Teriakan Thalia mengundang tatapan mengandung tanda tanya dari setiap pelanggan dan pelayan cafe yang masih berada di tempatnya. Belum lagi orang-orang yang berlalu lalang di sekitar cafe tersebut, memandang penuh kecurigaan.

Dengan membungkukan badan seolah mewakilkan kata perminta maaf yang tak bisa di ucapakan kepada orang-orang di sekitarnya, Johan sesegera mungkin pergi dari cafe menuju parkiran. Malu. Satu kata yang tercipta di pikiran Johan karena kelakuan adiknya itu.

Adek sialan, di kasih hati malah minta empedu!

***

Sudah tiga jam berlalu, namun Thalia masih enggan beranjak dari sofa yang di duduki saat ini. Mager? Ya bisa di bilang seperti itu.

"Anteng banget chatan sama pacarnya" ucap Johan yang tiba-tiba muncul di belakang Thalia dengan membawa segelas coklat dingin.

Johan memang mengetahui hubungan antara Thalia dan Jhonson. Mereka memang berpacaran cukup lama dan sering bertemu di waktu tertentu. Johanpun mengetahui bahwa keduanya adalah pecinta game.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now