Part 9

541 43 11
                                    

Kelas yang awalnya bersih dan rapi kini berubah menjadi kapal pecah, orang-orang yang berada didalamnya terlihat frustasi dan tak sedikit yang terus-terusan mengumpat kecil melihat pemandangan yang terpampang nyata itu. Mereka seperti melihat adegan laga namun dengan versi konyol, alih-alih memilih menghindarinya, justru kebanyakan dari mereka berkumpul dalam satu titik, mereka sangat terpaksa untuk menyaksikannya.


Bukan tanpa alasan, kebanyakan dari mereka terjebak dalam situasi ini karena pintu utama kelas sudah terhalang oleh meja dan tiga kursi diatasnya, bukan mereka tak ingin membukanya, tapi mereka paham jika membukanya akan terkena senggolan keras dari sang pemeran utama, sebab perkelahian terjadi tepat di dekat pintu masuk kelas. Tak lupa juga kertas dengan tulisan yang sangat besar sudah tertempel dengan kalimat "SELAMAT MENYAKSIKAN AKSI LAGA MAUT MOBIL BEMO DIATAS REL KERETA API".

Tak perlu berfikir jauh siapa dalang dari semua itu, jika mereka berdua sedang berkelahi seperti ini Jhonson lah yang menjadi penata ruangannya. Masalah pintu utama dan tulisan kalimat itupun Jhonson lah pelakunya.

Bimo dan Darrel berlarian dari satu sisi ke sisi lainnya, mendorong kursi dan meja yang sudah tidak berada dalam posisi sebelumnya. Bahkan meja guru yang semula rapi dengan adanya kain untuk menutupi meja dan vas bunga kini sudah tak beraturan, kainnya kini sudah beralih menjadi ikat kepala oleh Bimo dan bunganya sudah terselip indah ditelinga Darrel.

Bimo sekarang sudah berubah menjadi pahlawan nasional dan Darrel telah bertransformasi menjadi Noni Belanda.

"Hey kamu Noni Belanda, menyerahlah dan ikut saya ke markas," ucap Bimo seraya menunjuk Darrel yang sedang duduk cantik di salah satu kursi.

"Maaf saya tidak merasa bermasalah dan saya tidak akan mengikuti perintah anda," jawab Darrel santai sambil mengibaskan rambutnya bak iklan shampo.

Kesal dengan tanggapan yang Darrel lontarkan, Bimo lantas mengambil kursi dan menggulingkannya ke arah Darrel. "Keterlaluan kamu ya, jika kamu tidak ingin ikut ke markas saya maka kembalikan sandal saya yang sudah kamu curi."

Seketika semua orang yang ada di kelas tersebut mendadak tersedak dan ada juga yang membulatkan matanya. Bagaimana tidak, pertarungan yang tadi terjadi itu hanya karena sebuah sandal dan kerusakan yang terjadi setelahnya seperti sudah terkena puting beliung.

"Parah mereka berdua, otaknya udah geser ke belakang kali ya?"

"Bedak Jhonson bukain pintunya woy, gue pengen kencing sumpah nggak tahan ini, sampe nggak kuat diri gue."

"Njir emang bener-bener ya, cuman karena sandal doang ributnya udah kayak nggak kebagian emas."

"Bentar lagi masuk elah, ketahuan guru bisa dihukum massal kita."

"Salahin tuh mereka berdua, gila kali mereka yang berulah kita semua yang kena."

"Jhonson burik buaya, bukain nggak pintunya, gue udah nggak tahan sumpah."

Celetukan itu terus saja terdengar diiringi dengan sorakan dan umpatan-umpatan kecil dari murid yang ada di dalam kelas, tak sedikit pula yang terlihat pasrah dan lebih memilih memejamkan mata dibanding melihat asli yang tengah di suguhkan temannya sendiri.

Brukk...

Tiba-tiba saja pintu terbuka dan meja beserta kursi yang menahannya sudah berhamburan, seorang cewek sedang berdiri tegap dengan berkacak pinggang, matanya meneliti setiap penjuru ruangan dan berhenti tepat diantara kumpulan manusia dan dua makhluk luar binasa.

Mata bulat dan tajamnya menatap bergantian ke arah kiri dan kanan, mereka yang melihat tatapan tersebut langsung menelan ludahnya kasar dan ada juga yg mengumpat pelan.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now