Part 26

290 14 2
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi, Lala langsung beranjak dari tempat duduknya menuju pintu kelas. Melihat temannya yang terkesan terburu-buru sejak tadi, Nuri menaruh curiga tentang apa yang akan dilakukan Lala.

Biasanya Lala selalu menarik tangannya untuk pergi menuju kantin bersamanya, tapi kali ini gadis itu justru meninggalkan Nuri.

"Hari ini gue perasaan di tinggal mulu sama tuh anak satu. Ada urusan apaan sih, jadi kepo kan gue."

Nuri berceloteh sambil memasukkan buku-buku dan peralatan tulis lainnya kedalam tas sampai tak ada yang tersisa satupun, ia tak ingin ada barangnya lagi yang hilang meskipun hanya sebuah pensil.

Kalian tau? Satu pensil hilang sehari apalagi baru beli itu menimbulkan kesal yang mendalam. Apalagi di tambah dengan pasangannya yang juga hilang, lengkap sudah.

Nuri pernah diomeli oleh sang bunda hanya karena menghabiskan satu pack pensil dalam satu minggu. Bundanya sempat bertanya apa dia memakan pensil itu? Jelas bundanya tidak akan tahu jika di kelasnya banyak pencuri-pencuri pensil dan sejenisnya yang sangat handal.

Setelah semua selesai dan tak ada yang tertinggal, Nuri beranjak menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah bergejolak meminta pemasukan. Sampai di kantin Nuri tidak menemukan Lala, apa dia tidak lapar? Biasanya anak mungil itu akan langsung menuju kantin, katanya isi perut terlebih dahulu lebih penting dari hal apapun.

Suasana kantin sekolah lumayan ramai, Nuri bahkan harus mencari kursi kosong yang akan ia duduki nanti ketika makan. Banyaknya orang yang berlalu-lalang membuat ia sedikit sulit menemukannya.

Tepat di samping penjual batagor yang tadi sedang banyak antrian, Nuri menemukan satu kursi kosong dan satu sosok yang mengisinya di kursi lain. Ia tahu siapa sosok itu, dengan badan mungilnya yang mudah untuk di kenali oleh siapapun.

"Lo jahat ngantin nggak nunggu gue."

Gadis mungil itu terkejut sampai membuat ponselnya yang ia taruh di bawah meja diatas roknya sedang diarahkan ke sudut kantin terjatuh, ia mencebik kesal pada orang yang sudah mengganggu misinya menjadi detektif.

"Bisa nggak lo nggak usah ngagetin orang, jantungan terus wafat lo mau tanggung jawab?"

"Yaelah neng sensi amat, lagi dapet ya?"

Lala tidak menanggapi ucapan Nuri, ia memilih untuk menyimpan ponselnya dan melanjutkan kembali menyantap sepiring batagor dan es jeruk yang sudah ia pesan sebelumnya.

Dari tadi Lala di buat khawatir karena ada satu dari kumpulan orang itu terus saja memperhatikannya, Lala yang menyadari hal itu lantas berusaha untuk bersikap biasa saja meskipun ia sendiri takut bukan main jika misinya ini gagal.

Ketika di perjalanan hendak menuju sekolah, Leon secara tiba-tiba menyuruhnya untuk menjadi detektif. Mengikuti kemanapun Thalia dan Miya pergi, karena sejak pagi tadi ia tidak menemukan kedua kakak kelasnya itu, Lala langsung berinisiatif ke kantin karena biasanya mereka akan berkumpul di sudut kantin sekolah ini.

Kekhawatirannya tadi benar-benar menjadi nyata, Lala melihat Thalia beranjak dari kursinya setelah satu orang yang mengamatinya tadi membisikan sesuatu, entah apa itu. Thalia berjalan santai menuju meja Lala yang sekarang di temani oleh Nuri.

"Loh, kalian berdua aja nih?" satu kalimat itu membuat Lala langsung melihat ke arah sumber suara dan benar saja saat ini Thalia sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Iya kak, biasa lah. Kakak kayak yang nggak tau aja, hehe." Itu bukan Lala yang menjawab melainkan Nuri, ia masih tergugup memandangi Thalia. Barulah ketika mata itu beradu dengan mata Lala, gadis itu langsung memasang wajah berseri tanpa raut gugup sedikitpun. Lala berusaha untuk tetap biasa saja seolah ia sedang tidak melakukan kesalahan apapun.

Gamers Couple [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang