Part 21

307 17 0
                                    

Suara deringan ponsel mengehentikan langkah Miya, dia yang hendak keluar dari gerbang rumah Thalia selepas selesai mengerjakan tugas bersama, terpaksa berhenti untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan itu.

Tangan Miya langsung bergetar tatkala pesan yang masuk ke dalam ponselnya ternyata dari seseorang yang sangat dia benci dan sangat dia hindari. Pesan itu berisi sebuah ancaman yang dapat membahayakan dua orang sekaligus.

Pikiran Miya berputar, dia tak bisa berfikir jernih. Semua kekhawatiran berkecamuk memenuhi isi kepalanya. Jelas Miya tahu siapa yang mengirimkan pesan itu, namun dia tidak mempunyai waktu untuk sedikit memikirkan dari mana cowok gila itu mendapatkan nomor ponselnya.

Tiba-tiba nama satu cowok melintas di kepalanya, tanpa berlama-lama Miya langsung mencari nama kontak itu dan meneleponnya. Dia tidak tahu kenapa di situasi saat ini malah nama sepupunya itu yang dia ingat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, telepon itu langsung tersambung. "Hallo Rik, lo dimana? Gue butuh bantuan lo."

"..........."

"Gue sama Thalia lagi dalam bahaya. Ada orang yang ngancam gue."

".........."

"Nanti gue jelasin, gue tunggu lo di cafe Mentari sekarang."

Setalah mendapat jawaban dari Erik, Miya langsung mematikan panggilannya. Lalu memesan taksi online, tak butuh waktu lama, taksi itu sudah datang dan Miya langsung bergegas pergi sebelum itu dia menyebutkan alamat yang di tuju.

*****

Angkringan dekat sekolah memang biasa menjadi tempat tongkrongan Erik dan teman-temannya. Tempatnya yang nyaman dengan harga makanan atau minuman yang terjangkau bagi anak sekolah membuat warung ini selalu ramai pengunjung.

"Rik, lo masih suka sama Thalia?" pertanyaan itu tiba-tiba lolos dari bibir Beni. Roni yang menyadarinya langsung menoyor kepala Beni.

"Sekarang gue udah anggap dia kayak adik sendiri, sama kayak Miya." Respon dari Erik membuat Beni dan Roni bernafas lega.

"Pantesan lo masih baik sama dia, darimana asalnya seorang Erik mau di suruh-suruh." Kalimat Tito yang diselingi tawa barusan mengingatkan Erik waktu kejadian di kantin itu.

"Gue emang sakit hati. Tapi cara satu-satunya buat tetep bisa deket dan jagain dia ya dengan kayak gitu."

Ketiga teman Erik hanya manggut-manggut seolah mereka apa maksud dari kalimat yang diucapkan cowok itu. Deringan suara ponsel membuat ketiga teman Erik kompak meliriknya, nama Miya tercetak jelas di layar ponsel yang sedang menyala itu.

"Tumben tuh anak telepon." kata Tito pelan.

"Diem!" bentak Erik yang langsung disambut tawa oleh Beni dan Reno, sedangkan Tito memberenggut kesal.

Tombol panggilan berwarna hijau langsung Erik tekan dan ponsel itu dia dekatkan ke telinganya. Setelah terhubung suara cewek itu langsung terdengar.

"........."

"Gue lagi di angkringan sama temen-temen."

"........."

"Ngancem gimana?"

"........."

"Oke, gue kesana sekarang." Erik langsung memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan bergegas pergi meninggalkan angkringan.

"Kemana lo?" tanya Roni melihat temannya itu yang seperti terburu-buru

"Ketemu Miya."

Motor yang sebelumnya terparkir kini sudah melesat membelah jalan raya, karena saking cepatnya teman-teman Erik tak sempat menanyakan lebih lanjut.

Gamers Couple [Slow Update]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum