Part 13

398 31 0
                                    

Sudah satu tahun lebih Thalia tidak merasakan pelukan hangat seorang ibu dan saat ini Thalia kembali merasakannya. Dari pelukan ini Thalia merasakan kasih sayang seorang ibu memang tidak ada dua nya, dia juga merasa bahwa inilah cinta yang sesungguhnya, tidak ada yang mampu menandingi cinta dari keluarga apalagi dari seorang ibu.

Sejak kemarin malam Thalia terus saja tersenyum bahagia melihat sosok ibu yang selama ini dia rindukan. Terpisah jarak yang sangat jauh membuat rasa rindu itu terus semakin membesar seiring berjalannya waktu.

"Mama kenapa pulang nggak kasih tau Thalia dulu?" tanya Thalia di sela kesibukannya memilin rambut panjang Alice (Mama Thalia) yang selalu tergerai indah. Memang itulah kebiasaan Thalia sejak kecil jika sedang bermanja-manja dengan sang mama, yaitu membelai rambutnya yang panjang dan lebat sedangkan Alice mengusap rambut putri bungsunya itu.

"Kan biar jadi kejutan gitu," ucap Alice sambil terkekeh dan masih mengusap puncak kepala Thalia.

Mendengar jawaban sang mama, bukannya tersenyum Thalia malah mencebik kan bibirnya tanda tidak puas dengan jawabannya.

Melihat tingkah sang putri, Alice semakin gemas dengan Thalia. Padahal dia tidak lama meninggal kan gadis itu, tapi dia sudah seperti di tinggal lama saja.

Mengingat sesuatu, Alice mencoba bertanya kepada Thalia. "Emm, kamu baik-baik aja kan sayang selama mama tinggal? Nggak ngerepotin om Diego sama tante Monica kan?"

Sekilas info, Diego adalah adik dari Alice sekaligus suami sahnya Monica sahabatnya Alice selama masa sekolah.

"Thalia baik-baik aja ma, nggak ngerepotin om sama tante kok. Kalau mama nggak percaya tanya aja langsung sama mereka," ucap Thalia santai.

Namun dia sedikit masih tidak percaya dengan ucapan Thalia, bukan karena hal merepotkan Monica dan Diego justru Alice takut akan hal yang selalu dia khawatir kan jika meninggalkan Thalia sendiri di rumah. Meskipun di rumah ada pembantu dan satpam yang berjaga 24 jam. Karena kedua kakaknya berada di Jogja tinggal bersama neneknya, mereka datang kemari pun karena di suruh oleh Alice karena terlalu khawatir dengan anak bungsunya.

"Ya udah kalau gitu sekarang kamu istirahat ya, udah malem. Nanti besok telat berangkat ke sekolah."

"Iya ma, tapi mama besok yang anterin ke sekolah ya," Thalia meminta dengan wajah memelas.

Dari dulu Alice memang tak bisa menolak keinginan sang putri, maka dari itu tak butuh lama berfikir Alice langsung mengangguk dan tersenyum dalam artian mengiyakan ucapan Thalia barusan.

Mau lihat bagaimana reaksi Thalia? Dia sudah senang luar biasa, karena bisa kembali di antar oleh sang mama ke sekolah setelah vakum selama satu tahun. Sebelum beranjak menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamarnya berada, Thalia sempatkan mencium pipi Alice lalu mengucapkan selamat malam.

Setelah Thalia sudah tak terlihat oleh pandangan Alice, dia menghembuskan nafas kasar. Rasa khawatir akan keadaan putrinya membuat Alice tidak bisa tenang, mungkin mulai sekarang dia tidak akan mengambil pekerjaan yang bisa menjauhkan ia dan putrinya itu.

Tristan yang sedang menuruni anak tangga mengernyit heran melihat mama nya masih duduk santai di ruang keluarga sembari memandang lurus ke depan, entah apa yang di pandangi karena televisi pun sedang tidak menyala.

Ia menghampiri Alice lalu mengecup pipinya singkat. " Mama kenapa belum tidur? Kok malah ngelamun disini, udah malem tau."

Alice yang menyadari kehadiran putra sulungnya langsung menyuruh Tristan duduk di samping Alice dan tentu saja Tristan menuruti perkataan mama nya itu.

"Kak, gimana keadaan kantor?" tanya Alice. Semenjak meninggalnya Michael - suami Alice sekaligus ayah dari Tristan, Johan dan Thalia- semua urusan kantor di serahkan kepada si sulung yang sudah tiga tahun lulus kuliah.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now