14: Belenggu Jiwa

40 0 0
                                    

Tenang malam berteman kenangan silam,
bersandar lagi dalam lamunan tanpa sempadan,
cahaya malam yang semakin suram,
membakar lagi jiwa yang lelah melawan.

Menari rentak lagu berwarna,
menutup luka jiwa yang merana,
berduka tanpa ada yang tahu,
luka tanpa darah, nangis tanpa lagu sendu.

Agaknya sudah menjadi darah, gembira bila berlalu malam,
bila sendiri hati gundah dalam lara, terpendam jadi dendam,
bersinar diwajah bila fajar menyinari alam,
menanti pintu diketuk, tapi tak satu pun faham.

Khayal sendiri, dalam ilusi dan fantasi,
semuanya indah bila bermimpi,
tiada satu yang datang menyakiti,
kumulonimbus bagai teman sentiasa disisi.

Hari-hari sunyi,
hanya sendu jadi bunyi.
Jasadnya bebas berlari,
tapi hati bagai digari.

Belenggu jiwa lara,
menanti lantang suara,
suara dibawa sang bayu,
berbisik sayu merayu.

merintih sendiri berbisik "dunia tak adil,
berlawan dengan gergasi sedangkan aku kerdil,
logika akal kancil yang terpencil,
harapkan dengan bunyi dengarlah dipanggil."

Belenggu jiwa, hati yang lara,
terkenang kisah indah berdua,
leka melihat indahnya bunga,
disengat lebah pengawal antara.

Bebas diri berlari,
tapi hati digari,
menanti tibanya hari,
telerainya belenggu diri.

Akankah ada lagi?
hari untuk ku menari?

Memori indah membelenggu jiwa

-Benji Alforock

Rintihan SanubariWhere stories live. Discover now