16: Senja Kota Perang

31 0 0
                                    

Masih kedengaran lagi siulan angin pagi semalam,
seiring sinaran mentari mengganti gelapnya malam.
Kicauan burung kelicap riang bersahutan,
berterbangan diatas bunga merah berkembangan.

Mentari masih lagi mewarnai dunia retak yang suram,
cahaya terang menghapus kelamnya duka alam.
Siulan angin dan kicauan burung mengisi sunyinya masa yang pantas berjalan,
deruan sungai membawa kotoran alam yang dibasuh hujan.

Pertemuan antara dua kota perang,
yang satu kelam, satu lagi benderang.
Tak sempurna keduanya, tak juga kurang,
ada yang punya bintang dan bulan, ada yang datangnya mendung awan hujan.

Tak mampu diungkap dengan tutur kata awam, tak juga bisa dibiarkan tanpa pujian.
Ada yang hanya mampu tertawan, ada juga yang melawan.
Selagi adanya cahaya mentari menembusi awan, tak berhenti dongeng melantun bertentangan.

Lelah letih bertarung diatas kota perang,
tanpa kata maaf menghapus kebencian.
Datangnya senja perang yang menawan petang, menghentikan seketika putaran alam.
Senja perang menjadi pengaman kota perang, walau seketika semuanya tenang.
Dunia retak seakan ada yang menatang, yang tadinya sesak kini sedikit senang.

Hari esok pula pasti datang,
penuh dengan drama dan rintangan,
tapi belum pasti ianya milik kita untuk melawan.

Senja Perang Diatas Kota Perang.

-Benji Alforock

Rintihan SanubariWhere stories live. Discover now