17: Tanpa Tujuan

33 0 0
                                    

Sesat ditengah padang pasir,
mencari dunia tak endah semua di usir.
Yang di ucap senang di salah tafsir,
yang tak terungkap di pandang tak pula di taksir.

Langit biru tanpa awan melayang,
terik bahang mentari membakar sabtu.
merangkak mengah mencari bayang,
seluas mata memandang hanya satu.
Berdiri lemah rebah mendakap bayang,
waktu berjalan serasa berhantu.
Luka dari kata tiada ditayang,
yang mengubati pula hanya waktu yang tak menentu.
Sesuka datang pula si tukang wayang,
mematikan lagi jalan yang sedia buntu.

Terang sinar mentari petang,
menyambut datangnya kabut malam.
Tiada pula sinar rembulan bintang,
tinggal cuma dingin siulan sayu alam.

Entah apa yang dicari tak tentu,
dari awal yang disuruh "pergi memburu".
Pintu yang diketuk semua pintu berhantu,
lantas diusik pula "tak guna hidup kalau tak berguru".

Dongeng indah seloka puaka,
berbunga lantunan cerita pusaka.
Dongeng cinta bualan jalanan,
jadi hujah ajaran murahan.

Diselubungi kelam pekat malam,
keliling cuma debu pasir berterbangan.
Yang berharga masa silam tenggelam,
yang dikejar hingga leka tinggal angan.
Dingin bayu malam menerpa muka,
debu halus dibawa angin masuk ke mata.
Pejam menahan pedih pancaindera,
lagi diseka lagi terasa buta.

Kaki melangkah tanpa tujuan,
hanya mentari jadi panduan.
Disapa malamnya tanpa bintang,
ditunggu juga mentari datang.

Hadirnya kembali membawa sejuta harapan,
harapan hadirnya satu kesempatan.
Peluang untuk mencari jalan pulang,
untuk menebus semua yang pernah hilang.

Biarkan mentari jadi panduan,
agama pula jadi pegangan.

-Benji Alforock

Rintihan SanubariWhere stories live. Discover now