14. Xin-chan~

2.9K 322 9
                                    

All Xin pov

Flashbak on

Hmmmmm...

Haahhhhh

Udara pagi yang segar. Aku menyukai nya.

Oh yaa namaku Yang Xin. Umurku 5 tahun. Asli dari Desa Tiongkok. Mungkin jarang yang tau desa Tiongkok.

Tiongkok berada di kepulauan China selatan dan jauh dari pulau Negara besar lainya. Dinamakan kepulauan China karena pulaunya kecil kecil dan terpisah. Mungkin ada sekitar 27 pulau di sini. Dan aku tinggal di pulau inti yaitu Tiongkok. Disini bahasa yang digunakan sama seperti di negara besar yg lain akan tetapi budaya disini sangat berbeda.

"Xin!!!"panggil seseorang. Aku menoleh.

"Tenten-nee! Ada apa?" Ucap ku pada gadis bercepol dua yang lebih tua daripadaku.

"Hosh hosh.... Gomen Xin mengganggu mu. Kita harus pulang sekarang."

"Eh? Kenapa tiba tiba nee-san?"

"Ituu.. Jangan tanya kepadaku. Paman san bibi yang memintanya."

"Huft.. Baiklah ayo!"
.
.
.
"Tadaima!!" Teriak ku dan Tenten-nee saat sampai dirumah.

Duk duk

"Okaeri..." Seorang wanita paruh baya terlihat sangat terburu buru. Itu adalah ibuku.

"Okaasan! Nande?!"

Tak ada jawaban. Ibu terlihat sangat khawatir. Itu terlihat dari wajahnya.

"Tenten-nee! Ada apa?!" Tanyaku seraya berlari mengikuti ibu bersama Tenten-nee.

"Aku juga tidak tau."

Brak!

Terdengar suara pintu yg digeser dengan kasar oleh ibu.

"Jii-chan!!"

Pria tua berbaring lemah di atas kasur lipat. Ada apa dengan kakek? Kondisinya semakin memburuk setelah ia didapat pingsan di dekat hutan.

"Kaa-san! Ada apa dengan Jii-chan!!" Teriakku panik.

"Sepertinya virus langka sudah menjangkitinya." Ucap seorang pria. Ia adalah dokter.

"Lalu... Apa yang harus kita lakukan?!" Tanya ibuku panik.

Tak ada jawaban dari dokter tersebut. Ia sedang mencoba cara traditional untuk melakukannya. Tapi, yah namanya dokter bukan pada pengobatan traditional.

"Lao Mey, kapan Biksu datang." Tanya Ayahku.

"Aku tidak tau." Jawab ibuku.

Tak lama seorang berkepala botak dengan kain orange yang menyelimuti badannya lengkap dengan beberapa tasbih di tangannya datang menghampiri kami bersama Yao Xu, pelayan rumah. Ia mulai melakukan beberapa pengobatan traditional kami.

Lama kami semua menunggu di luar. Mungkin hampir sekitar 2 jam kami semua menunggu. Ada aku, Tenten, Yang Lao (ayahku), Lao Mey (Ibuku), dan Xiao Lay Chieng (nenekku).

"Buddha.. Selamtkanlah Leng Feng suami ku." Ucap nenek sambil terus mengepalkan tangannya berharap Buddha mendengarkan doanya.

"Baa-san. Tenanglah. Aku yakin Buddha akan mendengar doa nenek." Tenten-nee berusaha menenangkan.

"Hiks... Tenten-chan.. Nenek tidak mau kalau Leng Feng sampai meninggalkan ku." Nenek tetap menangis tersedu-sedu. Aku hanya bisa melihatnya. Tak tau apa yang harus aku lakukan.

Drak!

Dokter bersama Biksu keluar dari kamar Kakek.

"Dokter bagaimana keadaan Leng Feng?!!" Nenek mulai mennyerbu dokter dan Biksu.

Only You [Gaara x Reader] (Discontinue) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum