DEVIL INSIDE OF ME

5 0 0
                                    

Genre : Ghost

Tidak seperti siswa-siswi lainnya di sekolah ini yang terkenal serba tebar pesona. Aku hanyalah 'anak culun' yang menghabiskan waktu dengan mojok di perpustakaan ataupun duduk di bangku kosong kantin sambil membaca buku dan menikmati donat keju. Dan seperti anak culun kebanyakan, tidak jarang aku menerima perlakuan buruk dari para jagoan yang merasa tidak ada yang cukup kuat atau berani melawan mereka. Siraman air kotor saat di toilet, tangan yang terikat di tiang bendera, bekas coretan spidol permanen di wajah, semua itu sudah jadi fenomena harian yang selalu kuhadapi tanpa bisa kulawan karena terakhir kali aku melawan mereka, aku berakhir di rumah sakit akibat luka memar disekujur tubuh. Sialnya lagi, tidak terbersit dalam hati mereka yang melihat untuk membantuku. Sebaliknya, mereka malah mentertawakanku seolah penderitaanku hanya sekedar acara TV gratis bagi mereka.


Setiap hari tubuhku selalu gemetaran saking meluapnya emosi dalam diriku tiap kali membayangkan itu saat jam belajar. Namun kali ini luapan emosiku mencapai puncak terburuk, bahkan aku dibuat pingsan olehnya tepat ditengah jam pelajaran. Dan saat aku sadar, bukannya berada di ruang UKS, ternyata aku malah berada di ruang BK. Banyak siswa-siswi yang mengerubungi ruangan ini, tidak percaya dengan kejadian yang tadi terjadi selama aku pingsan.


"Kamu itu apa-apaan hah!? Mau jadi jagoan kamu!?" bentak Pak Sukri selaku guru BK kearahku. Sementara siswa berkacamata yang dibentaknya malah kebingungan.


"Lho emang salah saya apa pak?" aku balik bertanya dengan tenangnya, karena memang aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi saat aku pingsan tadi.


"Heeh mulai ngelawan kamu, kamu itu tadi ngebacok mereka didalam kelas, didepan Pak Teguh! masih nggak sadar juga hah!?" suara si tua bangka itu semakin membahana. Aku terkejut setengah mati saat menngetahui kalau para jagoan yang biasanya menggangguku kini dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi sekarat, anehnya lagi mereka menyalahkanku padahal aku sendiri tidak tahu apa apa.


***

Singkat cerita, mereka men-skorsku selama dua bulan. Orang tuaku tadi sudah dipanggil untuk membuat surat perjanjian. Bukan perasaan bersalah yang menyelimutiku, melainkan perasaan bingung. Bagaimana bisa aku membacok mereka sedangkan aku sendiri pingsan sedari tadi. Terlepas dari kebingunganku, aku malah merengut sendiri sepanjang perjalanan pulang. Mereka terlalu sering menyiksaku dan tidak ada sanksi yang mereka dapat, sementara aku ... malah dihukum berat begini. Kalaupun aku memang mau membalas mereka, sejak kapan aku bisa sampai sebrutal itu?


Dengan cueknya, aku menjalani aktifitas -main game malam mari- seperti biasa sampai aku tertidur. Pagi harinya, seperti biasa aku ke garasi untuk mengeluarkan sepeda. Namun kini aku terkejut lagi melihat Pak Sukri, dan beberapa guru BK yang kemarin memarahiku terbujur kaku dalam keadaan kaki dan tangan terpotong paksa, jantung usus dan organ dalam dikeluarkan paksa. Termutilasi dan bergelimpangan memenuhi area garasiku.


Siapa yang melakukan semua ini? itulah pertanyaan dipikiranku, sampai aku merasa kalau tubuhku seperti dipaksa menengok kearah kaca mobil didekatku. Disana aku melihat bayanganku, namun terlihat aneh. seringainya lebar, matanya merah, seperti ada dua tonjolan di keningnya, dan kulitnya berurat. Dia tersenyum kearahku seakan berbisik 'jika kau belum puas, akan kulakukan lagi yang seperti ini untukmu'.


Beberapa polisi datang dan memborgolku. dengan paksa dimasukkannya aku ke kursi belakang sedan dengan lampu sirine itu. Tiba di kantor polisi, mereka menginterogasiku dengan bengisnya. Persis seperti mereka para jagoan yang selama ini mengintimidasiku, dan semenit kemudian dalam genangan emosi yang meluap-luap, aku pun pingsan, lagi.


***

"Hati-hati saat menyuntiknya, anak ini psikopat gila."


"Iya, tak kusangka dia nekat menghabisi dan memutilasi semua polisi disana dengan tangan kosong."


Samar-samar kulihat beberapa dokter dan perawat memeriksaku yang tengah terbaring di ranjang ini. Aku baru sadar sepuluh detik kemudian kalau sekujur tubuhku terikat cukup kuat. Lagi-lagi perasaan emosi meluap itu muncul lagi. Namun kuatnya ikatan di tubuhku membuatku merasakan rasa nyeri yang luar biasa. Seperti ada sepasang tangan dari makhluk didalam tubuhku yang menekan keluar, juga suara teriakan darinya didalam tubuhku, bukan dari pita suaraku. Makhluk itu mencoba keluar secara paksa, dan saat dia hampir berhasil ...


BLARR ... !!!


Perutku meledak dengan hebatnya. Cipratan darah dan sebagian organ dalamku bertebaran diseluruh sisi dinding. Diatas tubuhku, makhluk itu berteriak nyaring dengan kepalan tangan yang direntangkannya keatas merayakan berhasilnya dia keluar dari tubuhku. Wujudnya mengerikan, sepasang tanduk dikepala, mata merah menyala, sekujur tubuh seperti habis terbakar, seluruh giginya berbentuk taring. Dengan sigap, dia turun dari ranjang yang kutiduri dan berlari cepat mengitari setiap ruangan di rumah sakit jiwa ini. Membantai habis siapa saja yang dilaluinya.


Dulu aku pernah mendengar sebuah kalimat pepatah yang berbunyi:
"Setiap manusia selalu terlahir dengan iblis dalam dirinya, emosi memberinya kekuatan dan pelampiasan memberinya kebebasan. Dan saat dia berhasil membebaskan diri, tidak ada satupun yang bisa menghentikannya."


Dalam pelukan manis kematian, aku mulai menyadarinya sedikit demi sedikit.


Kalimat itu bukan sekedar pepatah.

CLEMENTINE'S ONE SHORT STORYWhere stories live. Discover now