Ketika Kuchisake Onna Jatuh Cinta [ PART F / AKHIR ]

6 0 0
                                    

"Chisa-kun, pria ini ingin menemuimu. Aku mempertemukan kalian disini agar ia bisa menjelaskan sesuatu padamu. Sebaiknya kau tetap disini sembari mendengar penjelasannya" Ternyata ini bukan soal pekerjaan Chisa, melainkan soal hubungannya dengan pria itu, si bos sendiri pun berlalu meninggalkan mereka berdua disana.

"Jadi kau ingin menjelaskan apa?" tanya Chisa dengan raut wajah jutek. Rasa kesalnya karena si pria pergi begitu saja dan rasa malunya karena pria itu mengetahui siapa Chisa sebenarnya di masa lalu, bercampur menjadi satu. Pria itu sendiri menatap wajah Chisa dengan rasa bersalah.

"Aku ingin minta maaf karena selama ini aku tidak menemuimu, harusnya aku menjelaskannya padamu saat di stasiun itu. Tapi aku khawatir kau akan kecewa padaku."

"Memangnya kau kemana saja selama dua bulan itu?"

Si pria menghela napas panjang sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Saat pertama kali kita bertemu di jalan perumahan itu, sebenarnya aku bukan pulang dari pusat perbelanjaan. Dulu aku pernah di penjara selama beberapa tahun, saat kita bertemu itu, aku sedang diizinkan untuk keluar dari penjara selama beberapa minggu karena aku dinyatakan sudah berkelakuan baik. Dan saat terakhir kita berpisah, itu karena aku sudah harus kembali ke penjara. Aku tidak pernah menceritakan ini karena aku takut membuatmu kecewa soal diriku ini. Aku mengajakmu ke karnaval karena aku berpikir mungkin itu akan menjadi terakhir kalinya kita bertemu, jadi aku ingin meninggalkan sesuatu yang berkesan padamu. Sejujurnya aku menyukai kebersamaan kita selama ini, bahkan aku sangat senang mengetahui kalau kita bisa dipertemukan lagi saat ini."

Chisa pun menjawab ucapan pria itu sembari tertunduk. "Sebenarnya aku berpikir mungkin kau yang akan kecewa padaku. Sebab aku ini bukan seperti yang kau pikirkan ... ."

Belum selesai Chisa berbicara, pria itu menggenggam kedua tangan Chisa, menatap matanya dalam-dalam "Aku tidak kecewa sama sekali padamu. Aku pernah dengar desas-desus tentang gadis yang membunuh orang yang bilang kalau luka robek di pipinya membuat wajahnya terlihat jelek. Aku mengatakan kau cantik bukan karena kasihan padamu ataupun takut kau akan membunuhku. Aku mengatakannya karena memang itulah kenyataannya, bagiku bekas lukamu itu tidak sedikitpun menyamarkan wajahmu yang sejak awal memang cantik. Kau tidak perlu risih pada dirimu sendiri, aku pun tidak risih dengan keadaanku saat ini."

Kini Chisa mengangkat kepalanya, balik menatap pria itu "Memangnya apa yang terjadi padamu?"

Saat itulah pria itu memegang sesuatu yang menempel di depan kedua telinganya. Sesuatu yang terlihat seperti plester, dia membuka kedua plester itu hingga terlepas. Dua buah bekas robek lebar terlihat pada pipi pria itu, persis seperti luka robek yang dimiliki Chisa. Plester di pipinya didesain sedemikian rupa hingga tersamar dengan warna kulitnya. Tidak ada yang mengira bahwa pipi mulus itu adalah plester penutup bekas luka robek.

"Satu lagi persamaan kita berdua," ujar pria itu sembari nyengir. Untuk sesaat mereka berdua tertawa kecil, hingga kemudia Chisa kembali tertunduk.

"Maafkan aku, aku terlalu egois berpikir kalau kau akan menyukai wanita sepertiku. Kau orang pertama yang bersikap begitu baik. Sepertinya cintaku ini bertepuk sebelah tangan."

Sembari menutup lagi bekas lukanya, pria itu berucap, "Sama sekali tidak, sebenarnya aku juga menyukaimu. Itu sebabnya aku berusaha menjelaskan semua ini padamu begitu aku sadar kalau kita dipertemukan kembali."

Sesaat mereka berdua terdiam, merenungi kesalahan mereka masing-masing hingga pria itu melanjutkan ucapannya.

"Sebagai ucapan permintaan maaf, bagaimana kalau kita pulang bersama-sama? aku ingin memperbaiki hubungan kita yang sempat terputus karena kesalahpahaman ini, aku menginginkan ini jadi kumohon padamu."

Ternyata benar apa kata kakek biksu di taman, --dan ketika saatnya tiba, segalanya akan kembali indah, persis seperti yang kau inginkan. Chisa pun mengangguk tanda setuju sebelum kembali untuk melanjutkan jam-jam terakhir kerjanya. Terasa lega perasaan pria itu karena Chisa sudah mau mendengar isi hatinya.

"Nona cantik," panggil pria itu sembari menggenggam tangan Chisa sebelum gadis itu kembali ke toko. Chisa pun menoleh kearahnya.

"Masih ingat anak-anak yang kau serang waktu itu? mereka baik-baik saja, aku sudah mengantar mereka ke rumah sakit dan saat ini mereka mungkin sudah pulang." Kini Chisa yang merasa lega mendengar kabar itu.

Sore hari pun tiba, waktunya bagi toko buku itu untuk tutup. Chisa sendiri pamit pada bosnya dan meminta maaf pada Miku dan Kyoko karena hari ini ia akan pulang bersama pria berjaket putih itu. Dari kejauhan, Miku dan Kyoko menatap cemberut mereka berdua.

"Enak banget Chisa-chan bisa pulang bareng cowok ganteng," rengek Miku.

"Iya, kita aja belum pernah seberuntung itu," timpal Kyoko.

"Ada yang mau sama kita nggak ya?" tanya Miku. Kyoko pun menatap serius kearah Miku selama beberapa saat sebelum ia terlihat seperti menahan tawa.

"Heeh, apa yang lucu?!" sergah Miku. Kyoko malah semakin tertawa, membuat Miku jengkel karenanya. Mereka pun kejar-kejaran sepanjang trotoar itu sementara si bos hanya menahan tawa melihat kedua pegawainya itu.

Seminggu telah berlalu, Chisa kembali menjadi gadis ceria yang menyenangkan. Si bos, Miku, Kyoko dan terlebih lagi pria berjaket putih merasa bersyukur melihat kondisinya yang sudah lebih baik. Selama seminggu itu pria berjaket putih menemani Chisa baik pergi maupun pulang. Hatinya senang karena bisa terus bersama wanita yang dia sukai. Chisa sedikit tertawa geli melihat Miku dan Kyoko yang selalu cemberut karena iri melihatnya pulang bersama pria itu. Namun yang pasti, keadaan mereka berempat sekarang sudah kembali seperti dulu, bahkan lebih baik.

***

[ Epilog yang (sepertinya) agak panjang ]

Langit senja kembali ke peraduannya diiringi oleh lembar hitam berhias bintik-bintik bercahaya yang menutupi angkasa laksana tirai merah yang menutup panggung opera. Suasana jalan itu masih lembab oleh sisa-sisa tumpahan air dari langit yang sempat menyerbu bumi. Orang-orang dan banyak kendaraan masih hilir mudik seperti semut-semut yang bertebaran di tengah tumpukan gula. Area trotoar itu masih jauh dari sepi.

Chisa dan pria berjaket putih melangkah bersebelahan. Keduanya sama-sama mengenakan jaket putih dan masker pink bergambar doraemon. Di kantong putih mereka bertumpuk buku-buku novel berjudul sama --when the demons become an angels. Sempat mereka menghabiskan sepanjang jalan dengan menceritakan isi novel favorit mereka itu yang berkisah tentang sepasang kekasih yang memulai hidup baru bersama. Chisa sendiri sekarang terlihat makin cantik walaupun bekas lukanya masih belum sembuh setelah mereka berdua menjalani operasi beberapa hari sebelumnya.

"Kau yakin tidak ingin punya luka robek lagi?" tanya si pria.

"Seseorang pernah bilang padaku, bahwa terkadang ada masa lalu yang jauh lebih baik jika dikubur selamanya," balas Chisa. Pria berjaket putih itu pun merangkul Chisa dengan mesranya sementara yang dirangkul menempelkan kepalanya ke pundak pria itu. Mereka berdua sama-sama mengalami masa-masa sulit, dan kini mereka berjanji untuk selalu bersama dan melupakan mimpi buruk itu selamanya.

"Eh tunggu sebentar," ujar Chisa dengan ekspresi terkejut.

"Kenapa?" pria itu menatapnya heran.

"Kita sudah puluhan minggu bertemu, tapi sampai sekarang kita belum berkenalan." Mendengar ucapan Chisa, keduanya tertawa terbahak-bahak menyadari bahwa mereka melupakan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan sejak pertama mereka bertemu.

"Ya sudah, kau dulan," kata si jaket putih.

"Namaku Kuchisake Sairenji Onna. Teman-temanku memanggilku Chisa. Yoroshiku onegaishimasu," ujar Chisa sembari sedikit membungkukan tubuhnya --seperti adat orang jepang saat berkenalan.

Setelah ikut membungkuk, pria itu pun memperkenalkan dirinya.

"Senang bertemu denganmu juga. Aku seorang imigran dari Palm Springs, California USA. Namaku Jefferson Danver McCormack."
.
.
.
.
.

"Kau boleh memanggilku Jeff."

THE END

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CLEMENTINE'S ONE SHORT STORYWhere stories live. Discover now