Ketika Kuchisake Onna Jatuh Cinta [ Part C ]

4 0 0
                                    

Sore itu mendung kelam kembali mengerubungi langitnya. Dari kejauhan, Chisa menatap halte itu. Pria berjaket putih tidak ada disana. Tidak terlihat lagi batang hidungnya sejak perpisahan menyesakkan di stasiun bawah tanah waktu itu. Terasa seperti puzzle yang salah satu potongannya hilang entah kemana. Itulah yang disarakannya saat itu. Terus seperti itu selama dua bulan lamanya. Pria itu benar-benar sudah pergi dari hidupnya. Hatinya teriris menyadari bahwa belahan jiwanya pergi dan tak meninggalkan apapun untuknya selain harapan palsu yang tiada berguna lagi.

Cisha berjalan sempoyongan, kembali menjadi dirinya yang kelam seperti sebelum ia bertemu si pria berjaket putih. Kembali penampilannya tak terawat bagai gembel yang sudah setahun merayapi seluruh permukaan trotoar. Cahaya di hatinya yang telah merubahnya menjadi wanita seutuhnya, lagi-lagi padam. Menebarkan kembali suasana sehitam malam mencekam dari lubuk hatinya.

Seolah dewi fortuna belum puas melihat kemalangan Chisa yang ditinggal pergi pria itu. Lagi-lagi Chisa bertemu dengan gerombolan anak-anak nakal itu. Enam anak-anak yang sama yang dulu pernah membullynya dan menggosipinya saat ia berjalan dengan si jaket putih.

"Kemana si tampan berjaket putih itu sekarang? kenapa kalian tidak bersama lagi? oh iya, tentu saja dia baru menyadarinya, kau kan jelek, ha ha ha ha ha," celetuk mereka tanpa memandang perasaannya sama sekali.

Chisa yang semula matanya berair, kini mulai memperlihatkan aura kebengisannya. Rasa takutnya pada anak kecil berjumlah banyak sirna seketika. Ia mencabut celurit di tas tangannya dan secepat kilat berlari dan menyerang anak-anak itu. Bagai serigala yang menyerbu sekawanan domba, dengan membabi-buta, Chisa mengayunkan celuritnya. Jeritan anak-anak nakal itu menggema di sepanjang jalan. Permukaan beton jalan kini dilumuri oleh warna merah. Chisa kembali menjadi wanita pembunuh yang bengis bagai iblis.

Namun sesuatu terjadi dan Chisa dibuat terperanjat karenanya. Aksi brutalnya itu dipergoki oleh dia. Pria yang selama dua bulan ini menghilang dari hidupnya. Ekspresi pria itu benar-benar terkejut, seolah berkata -apa yang kau lakukan? inikah dirimu yang sebenarnya-. Chisa menjatuhkan celuritnya, saking terkejutnya dengan kehadiran pria itu secara tiba-tiba. Ia pun berlari meninggalkan tempat itu ketika si pria berjaket putih memanggilnya.

"Nona cantik, Tunggu!"

"Tinggalkan aku sendiri!" bentak Chisa.

***

Malam pukul 23.00. Chisa duduk di bangku taman di tengah suasana sepi di bawah sinar rembulan. Lagi-lagi ia berurai air mata, rahasia seputar siapa dirinya telah terbongkar pada pria itu. Rahasia yang seharusnya ia pendam selamanya agar pria itu tidak mengetahuinya. Belum lagi kekesalannya pada pria itu yang pergi selama dua bulan tanpa alasan jelas disaat ia mulai percaya sepenuhnya pada pria itu.

"Kau baik-baik saja, nak?" terdengar suara kakek renta berpakaian seperti biksu mencoba mendekati Chisa.

"Jangan takut, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu," lanjut si kakek ketika Chisa mencoba untuk menjauh, khawatir si kakek mencoba menyakitinya mengingat kakek itu seorang biksu.
Si kakek pun duduk bersebelahan dengan Chisa dan menawarinya sapu tangan. Chisa sendiri masih mencoba menutup wajahnya yang terus basah oleh air matanya sendiri.

"Yang kau sembunyikan selama ini sekarang terbongkar ya?" Pertanyaan si kakek membuat Chisa heran, bagaimana kakek ini bisa tahu kalau si pria berjaket putih sudah terlanjur mengetahui siapa Chisa sebenarnya?

"Bagaimana kakek tahu?"

"Ada yang bilang bahwa 'orang bijaksana itu bisa mengerti isi hati seseorang hanya dengan menatap matanya'. Saya tahu siapa dirimu dan saya mengerti perasaanmu. Sepertinya kehadiran pria itu dalam hidupmu telah merubahmu dari gadis pembunuh menjadi wanita normal. Namun, cinta butamu padanya memaksamu untuk menyembunyikan sosok aslimu. Dan setelah dia tahu semuanya, kau khawatir dia tidak akan kembali padamu," ujar si kakek biksu.

"Saya selalu benci pada orang yang mengatakan saya ini menyeramkan, itu sebabnya saya membalasnya dengan menyakiti mereka. Pria itu orang pertama yang benar-benar tulus menerima kekurangan saya, karena itu saya berusaha menyembunyikan sifat asli saya untuk memberikan kesan sebaik mungkin padanya, dan setelah dia tahu semua ini, saya tidak tahu lagi harus bagaimana." balas Chisa dengan terisak-isak.

"Mulailah dari sesuatu yang paling sulit untuk kau lakukan ..., maafkanlah dirimu. Aku percaya kau orang baik-baik. Sifat asli dan auramu akan selalu cantik sekalipun parasmu tak secantik dulu. Memang kau sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rahasiamu darinya, tapi setidaknya kau masih bisa mengubur masa lalumu dengan menggantinya dengan sesuatu yang baru. Selalu ada kesempatan kedua jika kau memang ingin berubah. Dan ketika saatnya tiba, segalanya akan kembali indah, persis seperti yang kau inginkan."

Si kakek menyentuh bahu Chisa. Mendengar kalimat itu, keadaan hatinya sedikit demi sedikit mulai membaik. Ia menyesal telah membunuh semua orang yang mengatakan dirinya jelek. Kini ia mulai bertekad untuk memperbaikinya dengan mengubah dirinya menjadi sosok yang baru.

"Terima kasih, kakek. Sekarang aku ...," kalimatnya terpotong ketika disadarinya si kakek sudah menghilang entah kemana.


BERSAMBUNG KE PART D

CLEMENTINE'S ONE SHORT STORYWhere stories live. Discover now