PART 5

135K 11.1K 801
                                    


5

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

5

Pria bersetelan jas menunduk saat membukakan pintu mobil untuk Dean.

"Minggir. Gue sendirian. Lo nggak usah." Dean menggerakkan kepalanya, menyuruh sopirnya itu untuk menyingkir.

"Tapi, Tuan. Nanti saya dihukum Bos besar." Pria itu langsung diam saat mendengar decakan dari Dean. "B—baik."

Pria itu menyodorkan kunci mobil kepada Dean takut-takut. "Sa—saya tidak bertanggung jawab. B—Bos besar mengawasi Tuan dari balkon."

Dean mengambil kunci mobil itu, lalu mendongak ke atas balkon.

Daren, ayah Dean, berdiri di atas balkon sembari menatap anak tunggalnya yang sedang berinteraksi dengan sopir pribadi Dean. Laki-laki berperawakan campuran itu sedang menikmati kopinya di pagi hari. Dua penjaga juga ada di balkon menjaga Daren dari bahaya yang terkadang mengintai.

"Bagaimana dia di sekolah barunya?" tanya Daren kepada informan yang ditugaskan untuk mencari tahu apa pun yang dilakukan Dean di sekolah. Informan itu adalah remaja laki-laki berumur 18 tahun yang merupakan siswa baru di sekolah Lucy dua bulan lalu. Semuanya sudah Daren persiapkan sejak awal untuk memasukkan Dean ke sekolah umum karena selama ini Dean bahkan tak pernah menginjakkan bangku sekolah.

Daren baru kembali ke Indonesia malam tadi dan baru sempat bertanya mengenai anaknya.

"Dia melakukan satu kesalahan fatal." Aldy sedikit mendekat. "Tapi, saya tidak bisa ikut campur lebih jauh."

"Kesalahan fatal?" Daren memandang Dean di bawah sana. "Memangnya apa yang sudah anak itu lakukan?"

***

Setelah sarapan pagi, biasanya keluarga kecil Lucy akan melakukan aktivitas harian masing-masing. Mama akan menyiram tanaman di sekitar halaman rumah dan merawat tanaman-tanaman itu penuh cinta, papa sibuk mengurus merpati-merpatinya dengan setelan kantornya itu sebelum berangkat, dan Lucy siap-siap berangkat sekolah menggunakan sepeda kesayangannya yang sudah menemaninya sejak kelas 1 SMP dan tak pernah absen dia gunakan jika ingin ke sekolah.

Kecuali pagi ini.

"Loh, sepeda kesayangan nggak diangkut?" tanya Papa. Langkah Lucy pun terhenti di belakang pagar. Dengan gerakan pelan dia menoleh.

"Hari ini nggak naik sepeda. Ada jemputan." Tak sadar, Lucy sudah bergerak gelisah.

Mama ikut menatapnya heran. "Jemputan? Temen?"

"I... ya," balas Lucy pelan.

"Kok gugup gitu?" Papa berdiri menghampiri anak satu-satunya itu, meninggalkan merpati-merpatinya yang sedang makan. Papa memegang ujung kepala Lucy kemudian mengacak-acak rambutnya. "Hayo, siapa yang jemput?"

"Papa habis pegang Merpati!" Lucy segera membuka pagar sambil berusaha menghindar. "Bauuu!"

Lucy mengambil langkah seribu.

Deal with A Possessive BoyfriendHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin