PART 17

65.1K 5.6K 477
                                    


17

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

17

Lucy keguguran.

Hal itu membuat kedua orangtua Lucy sangat terpukul dan teman-teman Lucy tak menyangka dengan informasi yang mereka dengar dari sang dokter. Mama menangis sedih. Papa sedang memberi pelajaran kepada Dean yang hanya diam seperti patung disaat papa berusaha memukulnya tanpa ampun.

"Kamu sudah menghancurkan hidup anak saya!" Mata papa berkaca-kaca. Dia mendorong Dean, menarik kerah bajunya, menamparnya, memukul pipinya.

Dean diam. Dia ikut terpukul dengan fakta yang didengarnya. Semua yang dilakukan oleh papa Lucy kepadanya hanya dia anggap sebagai angin lalu. Fokusnya hanya mengenai kondisi Lucy saat ini.

Dia menghamili Lucy dan anak mereka meninggal.

"Papa!" Mama mendatangi suaminya, berusaha melepaskannya dari kemarahan yang tak bisa tertahan. "Papa, ini rumah sakit. Udah. Nggak ada gunanya papa mukul dia. Nggak ada. Sekarang kita fokus ke Lucy." Mama mengatakannya dengan isak tangis. Dipeluknya sang suami, berusaha menenangkan meski dia juga ingin sekali menampar Dean yang telah merusak masa depan anaknya.

"Kamu!" Papa menunjuk tepat ke wajah Dean. "Jangan pernah punya keinginan untuk bersama anak saya karena saya nggak akan membiarkan hal itu terjadi!"

Dean masih berdiri mematung.

Apa yang terjadi?

Clarissa berdiri jauh dari Dean. Dia sangat takut dengan sosok yang aslinya baru dia lihat beberapa jam lalu. Zeline menenangkan sahabatnya itu yang masih trauma. Ke mana perginya pistol yang Dean bawa? Pasti tersimpan di mobil. Dewa juga ada di sana. Beberapa saat lalu memeriksakan diri dan mendapat perawatan karena ulah Dean.

Dean memandang pintu ruangan yang masih tertutup dan merasa sesak.

Dia terlalu sibuk memikirkan Lucy sampai tak sadar ayahnya, Daren, datang bersama seorang bodyguard yang menjaga di jarak beberapa meter.

"Selamat malam. Saya ayah Dean," kata Daren ketika berhadapan dengan papanya Lucy. Dia menjadi perhatian yang lain dan Dean pun melihat ke arah ayahnya tanpa bisa mengatakan apa-apa.

Dari mana ayahnya tahu dia ada di sini?

Papanya Lucy berdiri menghadap Daren. Dia masih sangat terpukul. "Ajar anak Anda untuk sopan santun dan beradab. Jangan membawa anak perempuan orang seenaknya begitu sampai membuatnya masuk rumah sakit karena...." Papa berhenti bicara, tak mampu meneruskan kata yang membuatnya kembali sesak.

"Bukannya anak Anda yang salah?" tanya Daren dingin. "Dia sudah tahu anak saya tidak beres, tetapi dia tetap ikut. Harusnya Anda mengajar anak Anda untuk tidak pergi dengan laki-laki yang baru dikenalinya."

Papa menarik kerah kemeja Daren karena emosi. Lelaki itu menangis. "Apa-apaan?"

"Papa...." Mamanya Luci menarik suaminya menjauh. Dia menggeleng-geleng, lalu papa terduduk di kursi sambil menunduk, memegang kepalanya.

"Maaf. Saya terlalu emosi," kata papa dengan suara yang parau.

"Dean." Daren memandang anaknya yang sama sekali tak ingin memandanginya.

Dean tahu. Daren datang ke rumah sakit itu hanya untuk menjemputnya pulang.

Setelah ini, Daren pasti tak akan membiarkannya ke mana-mana.

"Pulang sekarang dan jangan pernah bertemu anak itu lagi," kata Daren penuh perintah. Dia berjalan lebih dulu dan Dean mengikut tanpa menolak.

Dean melepaskan Lucy begitu saja.

Karena Dean tak bisa membantah setiap perkataan yang keluar dari mulut ayahnya.

***

Lucy membuka matanya dan memandang langit-langit putih kamar rumah sakit. Dia memandang berkeliling ruangan itu dan tak menemukan seseorang yang dicarinya. Hanya ada mama yang memandangnya tersenyum hangat.

"Akhirnya...." Mata mama berkaca-kaca. "Akhirnya kamu sadar."

"Dean mana, Ma?" bisik Lucy. "Papa juga mana? Clarissa? Zeline? Dewa?"

Mama mengangkat punggung tangan Lucy dan menyentuhkannya ke pipinya. "Lucy, kamu udah nggak boleh ketemu sama Dean."

Lucy merasa terpukul. Matanya berkaca-kaca memandang mamanya tak setuju. "Tapi, Ma...."

"Papa kamu, Papa Dean tadi ketemu dan papa kamu marah banget. Dean juga dipukul sama Papa lagi. Papa Dean ngelarang kamu ketemu Dean. Begitu juga sebaliknya." Mama mengusap rambut anaknya lembut. "Lucy, jangan sedih, ya?"

"Tanpa Dean kamu pasti bisa baik-baik aja, kan." Mama tersenyum nanar. "Jauh lebih baik dari sebelumnya."

Air mata Lucy jatuh ketika melihat mamanya menangis. Sudah berapa kali dia membuat mamanya menangis?

Lucy terisak di pelukan mamanya. Lucy ingat. Dia keguguran. Itu artinya dia hamil. Ada banyak darah yang mengalir deras saat perutnya terasa sakit. Dean langsung menghampirinya saat itu, lalu membawanya ke rumah sakit.

"Maafin aku, Ma. Maaf." Lucy memeluk mamanya erat.

Apa yang akan terjadi setelah ini? Bagaimana dia akan hidup? Hidupnya sudah sangat ketergantungan kepada cowok itu.

Bagaimana dia bisa hidup tanpa Dean?

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Deal with A Possessive BoyfriendWhere stories live. Discover now