PART 26

61.3K 5.5K 503
                                    

26

"Ada informasi dari rumah. Tentang—"

"Jangan katakan apa pun dulu." Dean mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Putar balik."

Mobil itu segera mengambil jalan lain untuk kembali melaju ke rumah Dean. Dean tak tenang di sepanjang jalan dan terus memikirkan apa yang terjadi kepada Lucy sekarang. Marina telah melakukan kesalahan besar jika memang terjadi sesuatu kepada Lucy.

Saat mobil tiba di depan beranda rumah, Dean buru-buru melangkah ke kamarnya. Namun, langkahnya berhenti di tengah ruangan saat dilihatnya Marina sedang ditahan oleh penjaga-penjaga lain.

"Nyonya Lucy kabur dan Marina yang membiar—" Belum sempat penjaga itu menyelesaikan perkataannya, Dean sudah menembakkan peluru tepat di kepalanya hingga pria itu jatuh tak bernyawa. Refleks membuat Marina memejamkan mata.

Dean memandang Marina dingin. "Katakan, di mana Lucy."

Marina tidak mengatakan apa pun selain menunggu waktunya tiba untuk mengembuskan napas terakhirnya.

"Bertahun-tahun kamu bekerja di sini dan kamu telah berkhianat."

Marina tersenyum kecil sembari menunduk. "Saya nggak tega melihat Lucy tersiksa. Batin, mental. Dia harus mencari kebahagiaannuya sendiri dan harusnya dia menjauh dari penyebab dia seperti itu. Sementara penyebabnya adalah Tuan sendiri. Jadi, biarkan dia bahagia tanpa harus terganggu dengan keberadaan Anda."

"Beraninya." Dean baru akan menembakkan peluru ke kepala Marina, tetapi dia urungkan karena sampai detik ini perkataan Lucy di masa lalu terngiang. Lucy tidak ingin Dean menyentuh teman-teman Lucy sementara Marina termasuk dari mereka.

Namun, Dean sangat marah sekarang. Dia tidak ingin membunuh Marina dengan tangannya sendiri. "Gerald, habisi dia."

Dean menjauh dari ruangan itu dan mendengar suara tembakan.

***

Bagaimana keadaan Marina sekarang?

Sejak tiba di apartemen yang disewakan Dewa dan Zeline untuknya, Lucy tak tenang memikirkan Marina. Lucy tahu bagaimana Dean. Lucy khawatir terjadi sesuatu kepada Marina.

"Lucy," panggil Zeline.

Lucy menoleh. "Eh? Ya ampun bareng anak-anak?" Lucy tersenyum sumringah melihat Rama dan bayi laki-laki di gendongan Zeline.

"Iya, nih. Gue ke sini hati-hati banget takut ada yang lihat. Siapa tahu kan orang suruhan Dean tiba-tiba datang." Zeline menuntun Rama ke karpet yang terdapat banyak mainan. "Rama, main di sini dulu, ya."

Zeline menuju sofa dan ikut duduk di samping Lucy bersama anak keduanya yang masih berumur 6 bulan.

"Namanya siapa?" tanya Lucy. "Terakhir kali gue lihat masih dalam perut."

Zeline tertawa. "Ya kali lo lihat dalam perut. Zena. Dewangga Bayuzena."

"Dewangga? Kebalik nggak, sih? Biasanya tuh nama bapak ada di belakang nama anak. Ini kebalik."

"Tahu tuh si Dewa." Zeline mencium pipi Zena gemas. "Rama juga. Dewangga Bayurama."

Tangan Zena berusaha menarik kancing baju Lucy di perut, memainkannya.

"Haiii, di dalam sini ada dua bayi, loh." Lucy bicara kepada Zena. "Nanti kalau mereka udah keluar kalian bisa main bareng."

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Zeline.

Sejak tadi Lucy memang hanya berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Gue kepikiran Marina," gumam Lucy sedih. "Gimana dia bisa ketemu sama lo?"

Deal with A Possessive BoyfriendWhere stories live. Discover now