KANAYA 18

58K 3.4K 65
                                    

Setelah mandi dan membersihkan diri, Kana turun ke ruang makan, tidak ada orang tuanya, mereka sedang pergi keluar kota.

"Tadi oma nelpon gue, besok oma kesini" Kana melirik Vani di sebelahnya yang langsung menegang.

"Yeyyyy, kangen banget Quel sama omaa" Rayhan tersenyum kecil lalu mengusak rambut Quel gemas.

Vania hanya menatap dalam diam setiap interaksi dirumah ini, dia iri tapi bisa apa?

"Lo besok balik ke rumah temen lo aja" Vani menengok pada Kana menatap nya sebentar, sebelum kembali menunduk.

"Ih kakak, biarin aja dia dirumah" Quel tentu saja tidak ingin melewatkan saat saat Vani seakan di neraka.

"Quel" tatapan Kana menatap dalam ke mata Quel, yang langsung membuat Quel mendengus malas.

"Selamat makan" Rayvar bersuara membuat makan malam segera di laksanakan.

Setelah makan malam selesai, Kana segera berlalu menuju kamarnya.

"Alur novel udah sampe mana ya?" Kana seakan melupakan bahwa saat ini dia di dalam novel, terlalu menikmati hidup.

Tunggu, Omanya akan kerumah ya? Ah dimana Vani kembali di siksa oleh omanya dan menunjukkan luka nya pada Akra, dan Akra yang merasa kasihan mengobati nya, sikap Akra yang seperti itu lah yang membuat Vania jatuh cinta lebih dalam.

Ngomong ngomong Kana hidup tidak sesuai alur, sepertinya tidak mempengaruhi cerita, karena Kana itu figuran yang hanya memiliki sedikit dialog.

Kana memilih memejamkan matanya untuk bergelung ke alam mimpi.

Namun tiba-tiba Kana membuka matanya karena merasa dirinya melayang dan tidak lagi berada di tempat tidur, Kana mengedarkan tatapannya pada seluruh arah, hanya ruang putih yang tidak berujung.
Ruang putih yang seperti tidak ada ujungnya.

"Naya" Kana segera menengok, dan melihat pemilik tubuh ini, Kana yang asli!

Kana segera melihat tubuhnya sendiri, dan sekarang dirinya adalah Naya.

"Lo..." Naya menatap bingung pada Kana.

"Gue Kana" gadis itu hanya menatap datar padanya, benar benar Kanaya Alandra Calash ya.

"Ini kali pertama dan terakhir gue nemuin lo" Naya mengangguk menjawab.

"Vania, Vaira ada sesuatu tentang mereka" Lagi Naya mengangguk.

"Soal Akra..., itu pilihan lo"

"Dulu gue pernah suka sama Akra, dan gue lebih milih mendem"

"Sampe Akra ketemu Ira, dan yah u know" Naya mengangguk.

"Lo tau? Gue nyesel, nyesel ga milih ngejar Akra dan malah nerima gitu aja, dan akhirnya lebih milih pergi" Naya terdiam menatap Kana.

"Gue ngomong gini bukan karena mau lo ngejar Akra Nay, yang ada di tubuh Kana itu elo bukan gue lagi, itu pilihan lo"

"Yang gue mau omongin itu, lo kejar seseorang yang emang lo suka, jangan terpatok sama novel"

"Jangan terlalu keras sama Vani, dia korban keegoisan penulis, dan gabisa ngendaliin dirinya sendiri"

"Sama Akra juga, jangan terlalu keras Naya"

"Udah?" Naya hanya mengatakan itu.

"Lo harus hati hati sama bokap nya Vani, ah lebih tepatnya lo emang harus hati hati" Naya mengerutkan keningnya.

"Gue..., di dunia sana udah mati ya?"

Kana tidak menjawab, ia hanya mengendikan bahunya acuh.

"Gatau"

KANAYA (REVISI)Where stories live. Discover now