2. Aroma Petrichor (II)

65 10 2
                                    

"Assalamualaikum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Assalamualaikum..."

Tanpa menunggu jawaban, Adimas membuka pagar dan menyelonong masuk ke dalam kediaman yang terletak di sebelah kanan rumahnya itu. Pura-pura tak melihat sosok Kirana yang sedang duduk lesehan di teras, bersama seorang cowok.

"Waalaikumsalam, Dim. Sini buruan! Kamu pasti belom makan siang. Mami bikin karedok favorit kamu. Nanti titip Kiki bentar, Mami mau antar dulu kue ini ke pengajian. Takutnya telat, nanti berabe."

Cerocosan sumringah maminya di dalam, membuat Kirana cemberut. Mulai memahami maksud beliau mengundang Adimas. Memangnya kenapa kalau ia ditinggal berduaan dengan pacarnya sendiri.

Toh, Bobby juga nggak akan gigit, keluh Kirana dalam hati.

"Tapi Mi, aku rencananya mau makan di rumah aja. Kasihan si Bunda udah masak..." tolak Adimas.

Suara decihan samar muncul dari bibir mungil Kirana. Menebak, pasti cowok itu sedang berlagak sok imut sekarang.

"Ini anak pake malu-malu segala. Mami berangkatnya juga mau bareng Bunda, jadi di rumah kamu nggak ada siapa-siapa. Lagian kayak sama siapa aja sih kamu. Jangankan makan, mandi di sini bareng Kiki juga biasanya sering, kan."

"Aduh, Mi. Itu mah jaman bocil, jangan dibahas lagi..."

Kirana menyunggingkan senyuman tipis. Bayangan bocah lelaki yang gempal dan selalu ngintilin kemanapun ia pergi, melintas di kepala. Selucu itu Adimas versi bocah. Teringat kenangan masa-masa jahiliyah mereka, bibirnya mengguratkan senyuman samar.

Kini, Adimas sudah banyak berubah. Tak hanya fisiknya yang kian menjulang, tampangnya juga makin jutek. Apa gara-gara ketempelan aura Ikhwan, kali! Kirana cemberut. Entah kenapa, ia merasa sikap Adimas semakin dingin padanya akhir-akhir ini.

Tak lama, mami kembali ke teras, ditemani Adimas yang membawa sepiring nasi tutug oncom berbau harum, potongan kacang panjang, timun dan kemangi penuh lumuran bumbu kacang, serta ikan peda goreng.

"Nak Bobby, yakin nggak mau makan sekalian? Kalo si Kiki mah biarin. Dia kalo lagi ngambek memang suka gitu. Mendadak diet," tawar mami, memandangi cowok di samping puterinya.

Adimas ikut melirik.

Tampak Kirana memanyunkan bibir, sementara cowok di sebelahnya mengulum senyuman. Meski bersetelan kasual berupa kaus putih dan jeans, Adimas tahu harga outfit Bobby pasti selangit, kelihatan dari bahannya yang bagus. Belum lagi jam tangannya. Entah merk apa, tapi sepertinya ada blink-blink berliannya di sana. Ditopang rupa ganteng khas oriental ala selebritis Korea, lengkap sudah. Bobby merupakan jelmaan nyata visual tokoh manhwa idaman yang sering diilustrasikan Kirana di buku gambarnya.

"Makasih, Tante. Saya udah makan tadi di kampus." Bobby menjawab sopan.

"Ya udah, Mami tinggal dulu ke depan. Yang akur, ya, kalian," kata mami sambil merapi-rapikan jilbab lalu membawa keresek besar hitam berisi kue basah, bersiap pergi. "Oh iya, Ki. Pokoknya nggak ada acara main ke luar rumah. Tuh, lagi hujan gini. Biar pakai mobil juga suhu udaranya tetap dingin. Mami nggak mau asma kamu kambuh!"

Just Friend's Scenario (Mulai Revisi - On Going)Where stories live. Discover now