[ DHS•14 ] PENGKHIANATAN SANG SAHABAT

32.5K 4.8K 613
                                    

HAI SEMUANYA! SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!

TETAP KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR❤️❤️

••••

Teruntuk takdir yang menuliskan cerita hidupku, terima kasih sudah membuatkanku sebuah kisah. Meski tidak ada kebahagiaan, yang ada hanya rasa sakit serta penderitaan.

Teruntuk diriku yang rapuh, terima kasih sudah mau bertahan sampai detik ini. Walaupun aku tahu rasanya begitu sulit untuk menopang badai yang sangat besar.

Teruntuk air mata yang sudah banyak tumpah, terima kasih sudah menemaniku dalam kesendirian yang tiada akhir.

Teruntuk rasa sakit, terima kasih sudah menjadi teman hidupku.

Dan teruntuk kebahagiaan.... walaupun kau belum datang dalam kisahku, aku percaya bahwa suatu saat nanti kau akan memelukku hangat dan menggantikan kegelapan yang membungkusku begitu erat.

- Kay -

Antariksa menatap nanar tulisan di kertas putih yang sudah usang itu. Membaca setiap bait yang membuat dadanya semakin di rundung sesak dan rasa bersalah yang teramat besar pada sosok di balik tulisan ini.

Kepala Antariksa merunduk dengan tangan yang perlahan mengepal kuat, seolah tengah menahan emosi dalam dirinya saat ini.

Langit terlihat menghitam dengan suara ombak yang menghantam batu karang di pinggir pantai. Angin bertiup kencang, membuat orang-orang yang semula berada di sana langsung membubarkan diri, karena tahu bahwa sebentar lagi akan terjadi badai.

Ombak yang datang dari laut perlahan menjalar ke tepian pantai. Sejak dua jam lalu Antariksa terus berdiri di batu karang dengan pandangan lurus ke lautan luas. Rambut sepunggungnya yang coklat itu bergerak-gerak mengikuti arah angin yang menerpa. Telinganya seolah tuli saat orang-orang berteriak agar dia menjauh dari bibir pantai.

"Sampai waktu terakhir lo di dunia, lo masih nggak mendapatkan kebahagiaan," lirih Antariksa menatap langit. "Menyedihkan."

"Siapa yang lo bilang menyedihkan?"

Kepala Antariksa menoleh ke samping, seketika dia terdiam ketika melihat sosok perempuan berambut pendek yang hitam legam berdiri tepat disampingnya. Sosok yang selama ini menjadi alasan dari rasa bersalahnya.

"Gue bahagia kok, An. Gue bahagia karena kenal lo dan Aarav. Gue bahagia karena di kasih kesempatan untuk menjadi sahabat kalian berdua."

"Kalau lo bahagia, kenapa lo pergi lebih dulu?"

"Takdir nggak ada yang pernah tau akan seperti apa, An. Untuk kepergian gue... itu juga merupakan rencana Tuhan. Tuhan tau kalau gue udah capek dan nggak sanggup lagi dengan dunia ini, makanya Tuhan ambil gue."

"Tapi kenapa lo harus pergi di saat gue nggak ada di samping lo?" Suara Antariksa terdengar bergetar. "Lo tau, setelah lo pergi, Aarav juga pergi nyusul lo, dia ninggalin gue sendirian."

Kay tersenyum kemudian menggelengkan kepala dengan pelan. "You're not alone, Antariksa. Lo yang menarik diri untuk sendiri."

"Gue kangen banget sama lo," lirih Antariksa dengan tetesan air mata yang jatuh tanpa dia sadari. Sosok Kay di sampingnya tidak menjawab, hanya tersenyum kemudian perlahan menghilang seperti kabut. Semua itu hanya halusinasi Antariksa yang melihat sosok sahabatnya sejak masih mengenakan seragam putih biru.

DIAMOND HIGH SCHOOL [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now