Bab 3 | Hortensia

1K 119 2
                                    

Saat fajar kekacuan semalam telah selesai dibereskan, salju turun jadi Chen Yi tidak berniat untuk keluar dari ruangannya. Ia mengenakan pakaian yang santai dan tetap berada di ruangan yang hangat dengan buku di tangannya untuk dibaca. Chen Yi tidak punya kebiasaan sarapan dengan cepat, ia akan makan dua jam sebelum waktu makan siang untuk melindungi perutnya.

Bagi Chen Yi saat-saat ini adalah waktu terbaik dalam menikmati ketenangan dan mengatur suasana hati juga pikiran. Di istana air terlalu dalam, ada banyak konspirasi dan hal-hal rumit lain yang berputar. Ia sendiri tidak lepas dari peristiwa yang berulang kali hampir merenggut nyawanya. Dalam hati Chen Yi, ia kelelahan dengan pertarungan namun di sini hanya ada kematian sebagai jalan keluar dari istana.

Chen Yi memanggil pelayannya untuk menyajikan pangsit hangat untuk sarapan, ia juga minum teh hijau hangat yang ditemani dengan kue beras lembut dengan isian pasta kacang. Istana sedikit sibuk, ada beberapa bencana terjadi di bagian barat Kerajaan dan menelan korban jiwa—Kaisar sedang menyelidiki dan membuat tim untuk dikirim ke barat dalam misi membantu dan mengantarkan bantuan. Meskipun Wang Jiang memiliki sisi bejatnya, namun orang-orang mengakui ia adalah pria yang pantas menjadi putra mahkota dengan kemampuannya.

Ada 400 tentara yang terdiri dari 100 prajurit pasukan berkuda, 200 prajurit barisan tengah dan 100 lagi campuran dari dokter, pandai besi juga tukang yang dibawa. Chen Yi mendengar pengaturan Wang Jiang dan menyetujui, ia juga telah menyerahkan 10000 tael perak untuk dibawa ke barat sebagai bantuan darinya juga 5000 tael perak juga 100 pon biji-bijian untuk pasukan selama diperjalanan. Semua itu dibawa oleh Kasim Wu yang menjadi abdi Chen Yi selama ini, para prajurit menghargai pemberiannya dan mengucapkan terima kasih.

Namun meskipun begitu, banyak orang mengatakan bahwa Chen Yi hanya mencari kepopuleran untuk membuat orang-orang melihat meritnya juga mendukungnya untuk naik sebagai permaisuri. Chen Yi sudah terbiasa, ia mungkin peduli beberapa tahun yang lalu dan ingin membantah, namun kini ia tidak peduli.

Di siang hari, matahari sedikit tersembunyi di balik awan, Chen Yi ingin pergi ke taman air untuk melepas kebosanannya. Tetapi saat ia berjalan dengan Kasim Wu, langkahnya terhenti.

"Yang Mulia Pangeran, hamba selalu merasa bahwa bunga mawar lebih indah ditanam di sekitar kolam ini dibanding bunga hortensia. Saya mempelajari bahwa bunga ini memiliki makna yang tidak baik, sebaiknya menggantinya dengan mawar."

Suara gadis itu selalu menjadi mimpi buruk untuk Chen Yi, rambutnya yang berwarna hitam ditata dengan cantik lagi hari ini ada perhiasan giok di kepalanya dan riasannya begitu cantik, hanfu yang digunakannya berwarna ungu lembut yang sangat mahal dan langka dalam menemukan pewarnanya dan senyuman diwajahnya yang manis dan cantik seperti membawa aroma musim semi lebih awal. Gadis itu adalah Wei Yuanyi, anak dari perdana mentri saat ini juga kekasih pangeran mahkota.

Wei Yuanyi baru berumur 13 tahun, ia telah berhasil mencuri hati pangeran sejak empat tahun lalu dengan penampilannya yang murni, kekanak-kanakan dan ceria. Begitu berbeda dengan tunangan resmi pangeran Chen Yi yang memiliki aura suram dan dingin di sekitarnya. Kasim Wu melirik Chen Yi yang memandang semua itu dengan tatapan kosong seolah ia sedang memisahkan kesadarannya dari tubuhnya, kelelahan psikis Chen Yi telah mencapai tahap kritis yang cukup mengkhawatirkan Kasim Wu—Pertama Chen Yi adalah obat bagi Pangeran dan masih ada beberapa tahapan lagi sebelum Pangeran bisa lepas dari tubuh obat Chen Yi, kedua Kasim Wu tahu satu-satunya yang bisa menopang keinginan hidup Chen Yi saat ini hanyalah statusnya sebagai obat dan tunangan pangeran; Kasim Wu takut bahwa setelah semua ini Chen Yi akan mengambil nyawanya sendiri.

Langkah kaki pangeran dan Wei Yuanyi semakin dekat, membuat Chen Yi yang berdiri di antara bunga hortensia akhirnya berpapasan dengan kedunya. Wajah Wei Yuanyi sedikit memburuk dan pangeran bahkan tidak menyembunyikan rasa kesal dan jijiknya. Itu adalah pemandangan yang biasa dihadapi Chen Yi dengan tenang, ia membungkuk dan memberi salam.

"Salam kepada Yang Mulia Pangeran, semoga kau berumur 100 tahun."

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Wang Jiang dengan kesal.

"Hamba hanya merasa sedikit bosan di halaman istana barat dan berniat melihat bunga sejenak hari ini. Hamba tidak menyangka akan bertemu dengan Yang Mulia Pangeran di sini."

Mendengar hal itu Wei Yuanyi yang kesal tidak disapa oleh Chen Yi lalu mendengus, "tuan, sepertinya berada di istana dalam waktu lama telah membuatmu bahkan lupa akan tata krama dan bersikap rendah diri. Anda bahkan mengabaikan saya di sini?!“

Chen Yi tidak berkomentar karena ia memang tidak ingin menyapa dan tidak akan menyapa gadis kecil di depannya yang bertingkah seolah-olah ia adalah ratu di istana. Suasana menjadi canggung setelah Wei Yuanyi menegur Chen Yi, Kasim Wu ingin menegur balik namun Wei Yuanyi jelas akan mengeluh kepada Pangeran dan mengakibatkan Chen Yi akan semakin buruk posisinya di hadapan tunangannya.

Namun tidak lama kemudian Gu Bai datang dengan sikap hormat dan menyapa semua orang, "Tuan, hamba membawa kabar dari istana naga bahwa Kaisar ingin melihat anda dan Tuan Chen Yi sekarang."

Wang Jiang mengembuskan nafas keras dan berjalan lebih dulu ke arah istana naga tempat Kaisar beristirahat. Chen Yi yang juga diminta datang berjalan beberapa langkah di belakang Wang Jiang bersama Kasim Wu meninggalkan Wei Yuanyi yang mengepalkan tangannya kesal.

Begitu Wang Jiang datang Kaisar ingin menemuinya satu persatu, Chen Yi berdiri di luar kamar tidur Kaisar dengan tenang. Ia dengan tenang mengatur pikirannya sebelum Wang Jiang akhirnya keluar dan berganti dengan Chen Yi untuk menunggu di luar. Chen Yi berjalan mendekati ranjang Kaisar, tubuh Kaisar semakin menua dan lemah, beberapa dokter istana merasa tidak ada banyak upaya dan jalan keluar lagi untuk mempertahankan orang ini.

"Yi-er, kemari...."

Suara parau Kaisar membuat Chen Yi mengingat kenbali hari-hari saat pria ini menjadi seperti dewa untuk semua orang. Chen Yi meraih tangannya dan meletakkannya di pipinya, memandang Kaisar dengan pandangan lembut dan penuh kasih. Orang ini adalah satu-satunya yang peduli padanya dan menjaganya, namun sejak ia terbaring sakit tidak ada banyak hal yang bisa ia lakukan untuk negara ataupun untuk ger kecil yang ada di depannya.

"Sudah bertahun-tahun kamu ada di istana ini, sudah ada banyak pengorbanan yang kamu lakukan. Pria tua ini tidak bisa membalasnya untukmu."

"Hamba tidak pernah menginginkan balasan atau apapun Yang Mulia, selama anda merasa nyaman dan aman... Hamba sudah sangat bersyukur dalam hidup ini."

"Yi-er...," Pandangan mata Kaisar sedikit panas saat mendengarnya, ia yang paling tahu apa yang terjadi di antara kedua anak yang tumbuh di bawah sayapnya itu. "Apa bila kau ingin pergi dari Istana ini, kau bisa mengatakannya. Sebagai orangtuamu aku tidak akan menghalangimu pergi, jika di sini adalah tempat yang menyesakkan maka kamu bisa pergi. Aku sudah memberitahu penasihat tentang wasiat untukmu, anggap saja ini upaya terakhir yang bisa aku lakukan sebagai orangtuamu."

Chen Yi terkejut dengan hal itu dan merenung tidak mengucapkan terima kasih ataupun membantahnya. Ia memejamkan mata dan Kaisar tersenyum ke arahnya—seolah melihat kembali anak berusia belasan tahun itu masih memiliki kecemerlangan di kedua manik mata hitamnya.

"Jika Wang Jiang bukan orang yang bisa membuatmu bahagia, maka pergilah... Seharusnya sejak lama aku tidak menahanmu di sisinya."

[BL] Ger Umpan Meriam Diceraikan 🔞Where stories live. Discover now