22

25.7K 3.4K 318
                                    

halo guys, makasih yang udah vote and komen di chapter kmrn ya. it means a loooot.

***

Sepuluh menit... gadis yang mengenakan gaun terbuka itu menunggu lebih lama dari yang dijanjikan Andaru. Dia menunggu tiap detiknya dengan banyak tanya, mendambahkan kehadiran pria itu sebagaimana sebelumnya. Andaru seharusnya menjadi orang yang paling Mila hindari setelah malam ini, bukan malah paling dibutuhkannya.

Pada akhirnya, Dru kembali setelah tiga puluh menit meninggalkan Mila sendirian di ruang tamu apartemennya yang sepi. Well, pria itu memang tinggal sendiri, wajar kalau sepi. Namun setelah Mila perhatikan, tidak terdapat banyak barang di sana. Hanya satu sofa 3 seaters berwarna abu-abu yang Mila duduki sekarang. Satu meja, TV, kulkas dan lemari wine. Bahkan meja makan saja tidak ada.

"Gue sebenarnya gak tinggal di sini," katanya seperti menjawab raut penuh tanya Mila. Pria itu keluar kamar dengan mengenakan sweater hitam lengan panjang yang dipadukan celana pendek. Rambut gelapnya masih basah, yang bikin dia kelihatan segar, bau sabunnya bahkan tercium sampai tempat duduk Mila. Mungkin bukan wangi parfumnya saja yang enak, tapi tubuhnya juga. Tanpa perlu Mila tekankan, it's obvios this man looks so fine in black. "Gue memang sesekali tidur di sini, but I don't live here, makanya gak ada banyak barang juga."

"Terus di mana?"

"Di mana-mana. I am nomad."

"Oh," balas Mila seadanya.

Pria yang masih memegang handuk untuk mengelap rambut pendeknya itu kini duduk di sebelah Mila dengan jarak, memandangi siaran televisi yang sama sekali tidak menarik. Walaupun pandangan Mila menegok ke TV, siapapun yang melihatnya tahu kalau dia tidak benar-benar menontonnya.

Tidak ada yang banyak bicara setelah itu, keduanya seperti tenggelam dalam keheningan masing-masing dengan Mila yang mencuri-curi kesempatan mencium wangi tubuh pria itu yang layaknya atomaterapi.

"Mau jalan-jalan gak?" tawar Andaru setelahnya. Sadar kalau di ruangan ini terasa begitu canggung dan membosankan.

"Ke mana?"

"Hmm, keliling Jakarta?" tawarnya. "Gue pernah ngajak lo waktu itu, bareng Ujang dan kucing lo juga, tapi karena mereka lagi gak ada, kita berdua aja dulu."

"Emang kamu gak capek?"

"Besok gue masuk jam sembilan, kok."

"..."

"Atau lo mau gue antar pulang?"

"..."

Mila tidak menjawab.

Andaru memutar bola matanya malas. Agak kesal dengan Mila yang lebih banyak diamnya. Dia berdiri untuk meletakkan handuk, berjalan ke kamarnya, lalu balik lagi membawa jaket dan kunci mobilnya, memilih memutuskan semaunya. Dia menyerahkan bomber jaketnya untuk Mila, toh tetap saja dress cantik yang sempurna di tubuh semapai gadis itu memperlihatkan sebagian besar kulitnya, bikin kedinginan.

"Yuk."

Mila berdiri dengan patuh. Dia memeluk jaket milik Dru erat-erat, teringat kalau cardigan pria itu yang dia pinjam di Singapore masih tergantung sempurna di dalam kamarnya, belum dia kembalikan padahal Mila tipikal orang yang tidak nyaman menyimpan lama-lama barang milik orang lain. Jujur saja, dia merasa agak tidak enak, tapi Dru juga belum mengembalikan kaosnya. Bukankah setimpal?

"Pakai dulu jaketnya," ucap pria itu sebelum Mila melangkah.

Dia bahkan merebut bomber jaket itu kembali dan membantu Mila memakainya.

"It's cold outside."

***

Mila lahir dan besar di kota ini, namun baru malam ini Jakarta terasa benar-benar berbeda. Dia berada di mobil sedan yang kapnya terbuka, melaju dalam kecepatan sedang di tengah jalanan lebar kota Jakarta yang sepi, berbanding terbalik dengan ketegangan yang dirasakannya ketika pria itu mengemudi dengan kecepatan tinggi agar Mila tidak telat ke kampus.

Love For Rent (Antagonist Love Story)Where stories live. Discover now