24

25.8K 3K 490
                                    


Hi gaes. Sebenernya mau lanjut after lebaran soalnya bagian ini mulai agak nganu, tapi karena masih ada aja yg nungguin yaudah aku post ya.

Kalau mau lanjutannya cepet votenya 2k + komen 500 dong wkwkwk. Thank you

***

Mila tidak tahu seberapa banyak dia menahan napasnya seiring dengan langkah kakinya yang berjalan beriringan dengan Andaru. Dia juga tidak paham dengan dirinya sendiri dan segala pilihannya yang kelewat gila. Katanya, tupai saja tidak akan melompat ke lubang yang salah sebanyak dua kali, namun Mila yang katanya punya otak malah melakukannya. Iya, dia melompat ke lubang yang salah sebanyak dua kali. Atau mungkin saja ini bukan lubang yang salah, mungkin saja ini merupakan jalan yang harus dilaluinya agar selamat.

Semenjak dia berambisi mempertahankan peran utama di series Benang Merah, Mila sadar kalau dia memiliki utang terhadap Andaru. Dan utang itu harus dia bayar, cepat atau lambat. Awalnya, Mila ingin berpura-pura bodoh, mengabaikan utangnya, tidak membayarnya kalau perlu. Sayangnya, perlakuan-perlakuan Andaru yang mendatangkan kenyamanan yang paling dibutuhkannya berakhir membuat Mila takut. Dia takut terjebak dalam permainan bodoh ini. Dia takut menjadi satu-satunya yang kalah sendirian. Dia takut jatuh cinta dengan pria ini. Sekokoh apapun tembok yang dibangunnya, tembok tersebut retak seketika hanya karena pria itu berniat mengatakan kalau dia serius pada Mila di hadapan Bapak dan Ibu-nya. Maka dari itu, Mila tersadar dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan temboknya, menyelamatkan pertahanannya.

Bagaimanapun, dia tidak akan sanggup patah hati sekali lagi. Dia tidak sekuat itu di kala luka lamanya saja belum sembuh. Tidak di saat orang seperti Andaru berhasil menerbangkannya tinggi-tinggi tanpa berniat menangkapnya apabila dia terjatuh.

Mila menegak saliva kesusahan ketika kakinya berhenti di depan pintu apartemen Andaru. Pria yang lebih tinggi itu sudah menekan pin-nya, menekan knop hingga pintu terbuka, sementara Mila belum menggerakan kakinya lagi, memaku di tempat semula.

"Why?" tanya Andaru dingin. "Are you scared?" lanjutnya meremehkan.

Mila membasahi bibir bawahnya sebelum mendongak, menatap tajam Andaru layaknya tidak satupun hal mengenai pria itu yang membuatnya takut. Egonya membuat dia ingin menjadi pemberontak. Langkahnya berjalan berani hingga mereka berdiri hadap-hadapan. Tepat di saat itu pula, Mila melingkarkan tangannya di leher Andaru, mengulang tingkah impulsifnya saat kali pertama melakukannya. Heels tinggi-nya ditambah pria itu yang menunduk membuat bibir Mila menyentuh bibir pria itu dengan mudah. Melumatnya. Seagresif apapun gadis itu terlihat, Mila berharap kalau kecupan demi kecupan yang dia layangkan tidak membentuk rasa apapun pada dadanya. Anggap ini hanyalah scene yang diambil untuk kepentingan syuting semata. Tidak nyata; dia tidak sedang menjadi dirinya.

Sayangnya, Andaru bukan tipe yang mau kalah. Rasa kemenangan Mila berakhir tepat ketika Andaru memainkan lidahnya di rongga mulut Mila, menambah kehangatan di sana, hisapannya terlalu dalam hingga Mila tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Bagaimana bibirnya yang basah memberikan sengatan-sengatan gila pada tubuh Mila. Dia bisa terjatuh, kalau saja kedua tangan Andaru tidak berada di pinggulnya. Dan alunan tangan pria itu turun ke bagian bongkahan pantat Mila, meremasnya yang berhasil bikin gadis itu tidak bisa menutupi erangannya. Tiap sentuhan pria ini benar-benar tidak ketebak dan memberikan efek sinting di sekujur tubuhnya.

Dru melepaskan tautan bibir mereka ketika sadar telah melakukan yang benar. Napas keduanya berderu, jelas ciuman itu terjadi penuh napsu. Dia menatap gadis dalam rengkuhannya yang masih tampak terkejut, raut wajah yang bikin darah pria itu makin berdesir. Nobody has idea how much he wants her body to be his. Tangan kanannya terangkat, membelai rambut lembutnya hingga gadis itu memejamkan mata. "Babe, you look so pretty tonight," bisiknya. Dru menyukai tiap reaksi gadis ini terhadap sentuhannya, membuatnya semakin terpacu untuk memilikinya.

Dan tentu saja di mata Mila, Andaru juga terlihat indah.

Pria itu kemudian mendekatkan mulutnya di telinga Mila. "You gotta finish what you've started," bisiknya halus diikuti dengan jilatan lidahnya pada daun telinga gadis itu yang memerah. Tanpa memberikan ampun pada bagian sensitifnya, bibirnya sudah turun ke leher Mila dengan deru napas yang tidak setabil, menghisapnya penuh hasrat yang bikin Mila kembali memejamkan mata di kala tangan pria itu memijat payudaranya dari luar gaunnya. It feels...good. It feels... perfect. Tanpa sadar Mila bahkan membusungkan dadanya. Menggigit bibir agar tidak mendesah. Semuanya terjadi seperti sihir dan otak Mila bahkan mengharapkan mulut hangat pria itu berada di payudaranya. Menjilatinya. Menghisapnya. Menggigitnya. Terserah. Dia nyaris menyerah. Dia tergila-gila.

Matanya kembali terbuka sempurna saat merasakan pukulan pada pantatnya. Tidak kuat hingga membuatnya kesakitan, tapi cukup untuk membuatnya terkejut. Mila mengangkat kepalanya, mendapati Andaru menatapnya lembut, kontras dengan perbuatan kurang ajarnya barusan. Pria itu kini membelai pipi Mila, tersenyum manis yang bikin kewarasan gadis itu terserap pada tatapannya. "You better take your panties off..."

"..."

"Or you want me to help you?"

"Sebentar!" ujar Mila tiba-tiba. Perasaannya makin tidak enak di kala merasakan cairan yang keluar dalam batas tak wajar. "Aku mau ke toilet."

Andaru berdecak, menunjuk ke arah mana Mila harus pergi, "but, it's too late to run away, anyway," sindirnya.

Mila melangkahkan kaki ke toilet yang berada tidak jauh dari living room, masuk beberapa saat untuk memastikan sesuatu, kemudian keluar lagi dengan raut yang jauh lebih masam. Dia juga tampak pasih dan lelah. Kalau boleh jujur, perutnya mulai terasa keram.

"Kita gak bisa lanjut," ucapnya pelan. "Aku... haid."

Satu alis Dru terangkat, "Terus? Apa masalahnya sama gue?"

Mila menggigit bibir bawahnya, tidak menyangka Andaru akan memberikannya jawaban yang benar-benar tidak berperasaan. Beberapa saat lalu, Mila nyaris lupa kalau ini dimulai dengan pertengkaran, wajar kalau pria itu masih kesal padanya. Apalagi, situasi sekarang menjadikan Mila seolah-olah mempermainkannya sebanyak dua kali, padahal ini semua terjadi di luar kuasanya.

Andaru berjalan mendekat. Membuat Mila sekali lagi menahan napasnya.

"Haven't I warned you about this? You can not stop me," ucapnya sinis. Tangannya sekali lagi membelai pipi Mila, kali ini sentuhannya membuat Mila merasa tidak aman. "And I don't give a shit anymore."

"Tapi aku..." Sumpah, perutnya makin terasa keram, kehilangan semua keinginan untuk melanjutkannya. Mila hanya mau mandi dengan air hangat kemudian tidur.

Tangan pria itu mengusap bibir merekahnya, "You can still use your mouth or..." pria itu menundukan kepalanya. "Thing between your ass."

"..."

Sebentar, apa ini mereka akan... Mila tidak sanggup melanjutkan pemikirannya, bahkan dalam hati.

Jantung Mila berpacu kuat, dalam artian tidak nyaman. Sesuatu dalam dirinya merasa terancam, Andaru juga tidak kelihatan bermain-main dengan perkataannya. Sumpah, ini benar-benar mengerikan sampai Mila tidak bisa menahan air matanya.

"..."

"..."

"MIL JANGAN NANGIS, GUE CUMA BERCANDA!"

***

Love For Rent (Antagonist Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang