Prologue

877 105 2
                                    

Written by : Fii
-------------------------

Erina sadar, hangatnya sinar matahari yang melewati pagar putih hingga jatuh ke lantai granit teras rumah keluarga Poernomo sore ini mendadak lenyap. Pengakuan seorang perempuan berusia 49 tahun yang baru saja menggema di ruangan membuat hawa dingin menggantikannya. Terlebih lagi ia mendapat tatapan terkejut dari tiga pasang mata, dua di antaranya menguarkan aura tidak kalah dingin. Bahkan sampai mampu membuat tubuhnya menggigil dan beku hingga tidak berani bergerak barang seinchi pun. Untuk menarik napas sekali saja rasanya perlu kewaspadaan ekstra. Seolah ia akan menjadi santapan lezat dua pasang mata itu jika napasnya sampai terdengar.

"Mama gila, ya?!" tuding seorang laki-laki termuda di keluarga Poernomo. Sorot pandanganya seperti membentuk tombak kristal es. Rahang bawahnya pun mengeras.

Erina terperanjat akan suara bertagar milik Arga. Lantas ia beranikan diri menatap sosok beraura panas di jarak sekitar 1,5 meter itu. Ia menangkap pancaran mata Arga yang siap merobek jika dirinya ataupun Miranti bergerak sedikit saja.

"Arga, jaga omonganmu!" Poernomo mencekal dan sedikit menarik lengan kiri atas anak keduanya.

Dari reaksi singkat Arga setelah mendengar penuturan Miranti, Erina bisa langsung tahu kalau posisinya di keluarga ini tidak akan mudah. Ia sudah cukup mendengar tentang masa lalu dan masalah Mariati pasca kematian anak ketiga keturunan Poernomo. Juga tentang orang-orang yang menghuni rumah bergaya modern, tetapi mewah ini.

Arga menyentak tangan papanya tanpa mengalihkan arah tatapan dari Miranti. "Setelah Mama heboh minta cerai, sekarang apa?! Mama bawa anak nggak jelas ke sini!"

Tangan kanan Erina mendapatkan tekanan dari jemari Mariati yang menggenggamnya sejak awal mereka menginjakkan kaki di halaman. Ia pun membalas genggaman itu, tanda memberi kekuatan.

Mata Mariati memerah, antara kesal atau menahan tangis. "Arga milih Mama cerai dengan Papa atau membawa Erina ke rumah ini?" tanyanya dengan suara tertahan.

Seketika suara hening. Pertanyaan itu mampu membuat api kemarahan Arga meredup meskipun masih menyisakan bara di balik tatapannya ke Erina. Untuk beberapa saat, wajah mereka semua dalam mode merenung.

"Yusuf ...."

Bisikan itu menarik fokus Erina untuk menaikkan dagu, menatap sosok pemuda 21 tahun hadapannya. Satu telunjuk Arga bergerak mengarah ke wajahnya.

"Ma?" Arga menargetkan Miranti sebagai lawan bicara, tetapi telunjuknya tetap membidik Erina. "Yusuf, itu nama mantan mama dulu. Jangan bilang kalau dia ini anak hasil perselingkuhan kalian?!"

Erina merasakan tangan sosok ibu di samping kanannya bergetar.

_______***______
Holaaa ...
Fii di sini

Sebelum ke bab 1, gimana prolognyaaa? Apakah kalian dapat mencium bau-bau ...?

Hari ini akan dilanjut satu bab oleh my lovely partner, Mbak kanaya55 dari sisi Arga. Jadi, tetap ikuti kisah Erina, ya!

October, 22 2020; 09.12 a.m
Tararengkyuuu,
Fii

Thank You, Erina!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang