Part 16. Another Wound

332 66 0
                                    

______________

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

______________

"Enggh! Kenapa kita pindah?" Erina nyaris tidak mampu menopang beban tubuh sendiri. Seorang lelaki yang justru terlihat macho karena rambut gondrong berkuncir satu memapahnya.

"Kita pindah, Cantik. Kami cuma teasing ke Arga." Suara berat nan serak itu meredam di telinga Erina.

"Heeh!" Erina tersenyum tipis dan terkekeh lemah—tentu tanpa sadar. Dirinya merasa puas dengan jawaban itu. Biarlah sekali-kali ia andil mengajak Arga bermain-main. Mendengar sahutan itu sungguh menyenangkan.

Cahaya redup, tetapi terlihat mewah menyapa indra penglihatan Erina. Mata sayunya berpendar ke penjuru seraya kaki yang semakin masuk ke ruangan. Ia menduga ini hanya ruangan sebelah atau sebelahnya lagi dari tempat tadi di mana Arga berada. Lantas pantatnya mendarat di sofa merah maroon empuk. Tubuh sempoyongannya ikut bergoyang-goyang mengikuti musik EDM yang kurang dari setengah menit lalu dinyalakan oleh seseorang. Kali ini, dirinya begitu menikmati alunan musik yang selalu ia nilai sangat mengganggu dan berisik hingga dapat merusak pendengaran.

Erina mengambil gelas wine yang masih bersih. Saat tangannya akan mengambil botol berisi cairan beralkohol, lelaki yang tadi menyalakan musik menahan.

.
.
.
Maaf, isi bab ini dihapus sebagian demi kepentingan penerbitan.

Untuk versi revisi dan lengkapnya, teman-teman bisa beli dalam versi cetaknya.

Bisa follow akun Fiieureka untuk dapat informasi lebih banyak, ya?

Gamsahamnidaaa,
Fii

Thank You, Erina!Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα