14. Cemburu

117K 8.1K 312
                                    

"Lahya!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lahya!"

Anak gadis SMA yang baru saja selesai mengganti seragam putih abunya menjadi baju olahraga itu menoleh. Hari ini jadwal latihan paskibra di sekolah. Biasanya Lahya memang sengaja tidak pulang ke rumah lebih dulu, ia memilih untuk tinggal di sekolah menunggu jam latihan.

"Mau ngapain lagi, sih?" gumam Lahya melihat Raden Parama berlari menuju  ke arahnya.

Entah ini hanya perasaan Lahya atau bagaimana? Tapi, akhir-akhir ini ia sering bertemu Rama. Padahal sebelumnya ia hanya bertemu mahasiswa itu saat di lembaga sekolah saja.

Mata Lahya tertuju pada kedua tangan Rama yang membawa sesuatu yang pastinya bisa dimakan. Mahasiswa itu tersenyum dengan nafas terengah-engah saat sampai di hadapan Lahya.

"Mau lanjut latihan, kan?" tanya Rama ditengah kelelahannya sehabis berlari.

Lahya mengangguk. "Kakak ngapain lari-lari gitu?" tanya Lahya penasaran.

"Udah makan siang?"

"Tumben banget." Lahya heran melihat seniornya itu.

"Aku tanya sudah makan belum, Dek?" tanya Rama ulang. "Belum, kan?" tebak Rama mengangkat kedua alisnya.

"Dek!?" ulang Lahya malah tambah heran karena baru kali ini ia dipanggil dengan sebutan itu.

Rama mengulurkan tangannya yang memegang sebotol air mineral. "Ambil!"

"Dapet darimana lagi ini, Kak?" tanya Lahya mengambil botol mineral itu.

"Tadi di ruang guru ada sisa, aku bawa aja. Terus inget kamu," jawab Rama terdengar lebih jujur kali ini. "Ini juga ada sisa potongan brownis."

"Kak, kok, tumben?" tanya Lahya semakin tidak mengerti dengan sikap Rama yang berubah drastis kepadanya. Mahasiswa itu masih mengulurkan tangannya yang terdapat sepotong brownis coklat.

"Udah, cepetan ini. Nanti kalo diliat sama yang lain, nggak enak. Aku bawanya sisa ini. Coba a'," ujar Rama hendak menyuapi Lahya sepotong brownis itu langsung.

"Sini biar Lahya aja," ucap Lahya ingin mengambil brownis dari tangan Rama, tapi mahasiswa itu menolak dengan menjauhkan tangannya.

Rama melotot melihat tangan Lahya. "Emangnya kamu udah cuci tangan? Biar aku, aja."

"Tapi..." kata ragu melihat kesekeliling koridor yang sepi.

"Cepet! Capek aku megangin ini."

Lahya mengangguk membuka mulutnya menerima suapan brownis dari Rama. Ia memang belum cuci tangan, sebenarnya ia bisa bohong jika sudah cuci tangan. Namun, bodohnya ia malah menurut saat seniornya ini ingin menyuapinya secara langsung.

"Enak?" tanya Rama.

Lahya mengangguk. Sumpah. Baru kali ini Lahya berani makan berdiri. Sebab ia tidak menemukan kursi di koridor dekat toilet ini. Ya Allah maafkan lah Lahya.

ALIFWhere stories live. Discover now