52. Wes Angel

87K 8.1K 2.4K
                                    

Mari melestarikan vote dan komen di setiap bab cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian pada penulis.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Lahya menatap pantulan dirinya di cermin meja riasnya. Kebaya yang dibelikan ummi Intan pas ditubuhnya. Wajahnya juga sudah terpoles make up hasil karyanya sendiri. Lumayan hasil belajar dari Nadine yang hobinya make up karena sepupunya itu selebgram.

"Kebiasaan deh," ujar Lahya melihat tas suaminya jatuh dari atas meja. "Dibilangin kalau taruh barang itu diperhatiin."

Lahya membereskan tas suaminya. "Nah, kan, ada kameranya. Hishh..." geram Lahya melihat kamera mahal suaminya jatuh begitu saja karena keteledoran pemiliknya.

"Buku apa ini?" gumam Lahya membuka buku yang isinya tulisan arab semua. Ia tidak tahu apa isinya, tapi karena arab semua membuat Lahya mencium buku catatan kecil itu sebelum memasukkannya dalam tas.

"Hm?!" Heran Lahya melihat ada robekan kertas kecil keluar dari sela buku catatan kecil itu. "Lahya Deemah binti Yasin?"

Lahya berjalan keluar kamar. Matanya menatap Alif yang sibuk di depan laptop. Sepertinya suaminya itu tengah berdiskusi dengan anggotanya secara online. Dengan langkah kecil ia mendekat pada suaminya.

"Kalian cek dulu riwayat kriminalnya, nanti kita lanjut di kantor," ujar Alif menatap istrinya. Alif mematikan panggilannya dan menutup laptopnya.

Senyum Alif merekah. Ia menutup mulutnya kagum melihat kecantikan istrinya di jam 6 pagi. Alif menyandarkan punggungnya ke sofa tidak kuat. Sekarang kenapa? Kenapa tidak ada senyum dari istrinya?

"Mas udah buang sampah sayang," ucap Alif cepat.

"Pakai singlet begitu?" tanya Lahya dengan tatapan mengintimidasi.

"Pakai jaket sayang," jawab Alif cepat mengangkat jaket yang ada di sofa.

Alif berdiri dan berlari kecil. "MasyaAllah, cantik sekali anak pak Yasin," ucap Alif tidak tahan pengen menguyel-uyel istrinya.

Kaki Lahya mundur. Ia sengaja menghindar. "Maksudnya ini buku apa Mas? Kok, di dalamnya keselip potongan kertas nama Lahya?"

"Mas ketauan deh." Kekeh Alif membuka buku catatan milik abahnya yang sekarang sudah jadi miliknya. "Ini buku amalan dari abah biar Mas bisa pelet kamu. Soalnya saingan jalur darat full, jadi Mas milih jalur langit."

Lahya mundur selangkah lagi saat Alif gemas dengan dirinya. "Terus kalau peletnya nggak mempan?"

"Mas kasih foto kamu ke abah plus silsilah keluarga kamu dari buyut-buyut. Biar abah sendiri yang pelet kamu buat Mas," tawa Alif mengajak istrinya bercanda.

"Kalau Lahya jatuh cintanya sama abah gimana?" tanya Lahya diluar prediksi BMKG.

Volume tawa Alif merendah. Diusap engkuk lehernya. Ia mendesis, lalu menjawab "Gimana ya? Nggak lah. Sembarangan. Sekarang kan kamu cintanya sama Mas." Alis Alif naik-turun dengan percaya diri.

ALIFWo Geschichten leben. Entdecke jetzt