17. Pelet Abah

119K 7.2K 56
                                    

Matanya tak lepas menatap anak sulung orang tuanya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Matanya tak lepas menatap anak sulung orang tuanya. Terlihat tidak tenang membaringkan tubuhnya di atas sofa. Ayasya jengah melihat kakaknya yang gelisah. Kakaknya itu memang tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak awal beristirahat pulang dari polres. Bahkan, kegelisahannya menganggu fokus Ayasya yang menyelesaikan tulisan opininya untuk ia terbitkan di portal kampus.

"Mas Alif lagi ada masalah di kantor, ya?"

Alif mengangkat tangannya yang sengaja ia gunakan untuk menutup matanya. "Nggak, Ay."

"Terus kenapa gelisah begitu?" tanya Ayasya kembali melihat isi tulisannya.

Alif termenung menatap plafon ruang keluarga di ndalemnya. Otaknya sibuk memikirkan cara agar bisa mendapat izin dari pak Yasin untuk melamar anaknya. Anak gadis SMA itu benar-benar memenuhi isi kepalanya sekarang. Ia semakin takut banyak hafalannya yang ia lalaikan karena lebih banyak memikirkan gadis itu.

"Mas mu ini lagi pusing mikir restu," jawab Alif apa adanya.

Ayasya tertawa mendengarnya. Bahkan, perempuan itu menyingkirkan laptopnya dari atas paha dan memilih menaruhnya di atas meja. Sepertinya keluhan kakaknya itu lebih menarik daripada isu opini yang akan ia angkat menjadi tulisan ilmiyah.

Alif yang mendengar tawa sang adik hanya bisa menggeleng. "Nggak takut kuwalat kamu?"

"Nggak Mas, bukan gitu. Ayasya ngerasa lucu aja inget cerita Mas yang dikira kesurupan itu. Ibaratnya gini mas, mas Alif ini kan anak kiyai yang jadi abdi negara, tiba-tiba ingin melamar anak SMA. Gimana gak dikira kesurupan? Anak orang sekolah saja belum lulus."

Masuk akal. Alif pun sepemikiran dengan adiknya, tapi ia sudah membicarakan hal ini kepada pak Yasin bahwa ia sanggup menunggu Lahya sampai lulus sekolah. Kedatangan Alif kedua kalinya menemui pak Yasin pun tak membawakan hasil.

"Emang Mas mu ini kelihatan seperti bercanda ingin menikahi Lahya?"

"Nggak Mas. Pak Yasin sebenernya tau Mas nggak lagi bercanda. Mungkin lebih tepatnya pak Yasin masih kurang percaya untuk melepas putrinya begitu cepat untuk memulai hidup bersama laki-laki lain. Apalagi selama hidup pak Yasin hanya punya Lahya."

Alif menunduk. Mengangguk menyetujui. "Bagi seorang bapak, putrinya itu tetap akan menjadi malaikat kecil yang akan ia lindungi sampai kapan pun, sekali pun dari laki-laki yang mencintai malaikat kecilnya itu."

"Betul!" kata Ayasya.

"Mas harus apa lagi? Sore lalu Mas mu ini malah disuruh pulang untuk mencari perempuan lain selain anaknya?"

"Gimana ya, Mas?"

"Bantu Mas mu, Ay."

"Mas kan, polisi. Punya banyak cara untuk pecahin kasus, masa Mas gak bisa cari cara lain untuk dapat restu?"

Alif menggeleng. "Buntu, Ay."

Ayasya menopang dagunya dengan tangannya yang ia letakkan di atas meja. Berpikir keras untuk membantu sang kakak keluar dari masalah percintaan yang terhalang restu orang tua.

ALIFDove le storie prendono vita. Scoprilo ora