29. Saingan

84.2K 6.3K 308
                                    

Mari untuk melestarikan vote dan komen di setiap bab cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian pada penulis.

Mari untuk melestarikan vote dan komen di setiap bab cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian pada penulis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gus polisi!" gumam Lahya melihat Alif keluar dari mobil sudah mengenakan seragam dinas kepolisiannya.

Polisi muda itu keluar dari mobil membawa dua payung. Yang satu sudah ia gunakan dan satunya lagi masih tertutup dan ditenteng ditangan kirinya. Lahya menoleh melihat Rama yang diam, seniornya ini pasti mencoba mengingat-ingat siapa yang datang sekarang.

"Mba Aya?!" Lahya melihat Ayasya juga keluar dari mobil kakaknya. Terlihat adik Gus polisi sangat khawatir melihat dirinya. Tergambar jelas dari tatapan matanya.

"Astagfirullah. Kamu basah kuyup gini nanti bisa sakit," ucap Ayasya mengusap wajah Lahya yang dibasahi air hujan. Ia mendekat ke Lahya agar bisa memanyungi tubuhnya juga.

"AYOK PULANG LAHYA!" seru Alif sedikit keras tak mau kalah dengan suara hujan.

Diluar dugaan. Lahya malah bergerak mendekat ke Alif dan berusaha menutupi wajahnya dari Rama. Spontan Alif bergerak menggeser payungnya agar tubuh Lahya tidak kehujanan. Ia bahkan rela sebagian tubuhnya tidak berpayung dan membiarkan seragam dinasnya dihujani langit.

"Dia, Malik?" tanya Rama semakin curiga melihat tingkah Lahya.

Lahya menggeleng. "BUKAN!" jawab Lahya susah payah menutupi identitas Alif, namun polisi muda itu sepertinya sengaja ingin diketahui indentitas aslinya.

Alif bergeser. "Saya Haafiz Alif Faezan. Anggota penyidik kepolisian yang menangani kasus rencana pembunuhan sahabat Lahya."

Rama diam tak berniat menerima uluran tangan Alif.

"Gus, kok-"

"SAYA SENGAJA LAHYA!" tukas Alif tegas membuat Lahya diam mematung.

Lahya menatap manik mata Alif yang terpancar penyesalan telah meninggikan suara dihadapannya. Perlahankedua tangannya turun dengan kecewa. Tak lagi berdaya untuk menutupi wajah Alif. Kenapa sesakit ini mendapat bentakan dari Gus polisi?

Air mata Lahya meluncur begitu saja ikut mengalir bersama sisa air hujan yang singgah di pipinya. Baru saja pagi tadi ia mendapat kata-kata manis dari polisi ini. Lahya tahu ia salah, ia sadar telah mengingkari janjinya untuk tidak berikhtilat lagi. Tapi apakah harus sampai membentaknya?

"Lahya." sesal Alif.

Ayasya yang melihat kakaknya tidak bisa menahan rasa cemburu itu, berakhir menarik Lahya untuk menjauh. Andai ini bukan jalan raya dan keadaan tidak hujan, pasti Ayasya akan memarahi kakaknya itu habis-habisan.

"Kita masuk mobil dulu," ucap Ayasya membukakan pintu mobil untuk Lahya.

"Tapi seragam Lahya basah semua mbak."

Ayasya tersenyum hangat. "Gak apa-apa."

"Kak Rama gimana?"

"Dibawa motor, kan? Gak mungkin ninggalin motornya di sana. Mas Alif juga bawa payung untuk dia."

ALIFWhere stories live. Discover now