3. Aspire Band

3.6K 311 47
                                    

3. Aspire Band

“Terkadang hal-hal kecil yang dijalani setiap hari dengan perasaan senang, mampu membuat seseorang merasa jauh lebih hidup.”

***

Selesai latihan band, seperti biasa, anak-anak Aspire tidak langsung pulang. Mereka biasanya akan meluangkan sedikit waktu untuk mengobrol. Mulai dari membahas hal penting, seperti mengenai masa depan Aspire, hingga events kampus selanjutnya yang akan melibatkan mereka. Sampai mengobrol hal yang tidak penting juga. Seperti sekarang contohnya, mereka terlihat asyik membahas hal random.

"Pocky mulu, Bang," celetuk Semesta pada cowok yang berdiri di ambang pintu dengan dua bungkus Pocky di tangannya.

Rajavas Sadega atau yang biasa dikenal dengan nama Javas. Mahasiswa semester 5 jurusan visual communication design sekaligus drummer Aspire itu tertawa renyah mendengar celetukan adik tingkatnya. "Enak, Ta. Mau lo?"

Semesta menggeleng. Semesta memang kurang menyukai makanan manis seperti itu. Kecuali Mentari yang menawarinya.

Tenggara, cowok yang duduk di sofa sembari bersenandung pelan itu ikut menyahut. "Nggak ada bosennya. Tiap hari bawa Pocky ke studio."

"Kayaknya lo nggak bisa hidup tanpa Pocky," imbuh Tenggara. Teman satu angkatan Javas yang menjadi salah satu vocalist di Aspire.

"Kalau Bang Javas bawa cewek, ntar pada kaget," jawab Biru.

Biru memukul paha Semesta saat Semesta mencoba menjahilinya dengan menyenggol lengannya hingga ponsel Biru hampir terjatuh. Kini, berakhirlah mereka berdua saling adu pelototan mata. Saling memberi pukulan kecil dan dorong-dorongan.

Sudah biasa. Biru dan Semesta, sang bassist dan sang guitarist Aspire itu memang selalu seperti itu.

"Heh! Upin Ipin! Gelut mulu!" lerai Caraka pada dua adik tingkatnya yang duduk bersebelahan di karpet. Caraka, sang manager Aspire sekaligus Kakak tertua di Aspire, menggeleng heran melihat tingkah Biru dan Semesta.

Keduanya memang sama-sama pendiam. Bedanya, terkadang Semesta memang sedikit jahil. Semesta sering menjahili Biru dengan hal-hal random yang membuat Biru merasa sedikit terganggu. Meski terkenal sebagai cowok dengan stok kesabaran yang banyak, kalau sudah berhadapan dengan Semesta, rasanya stok kesabaran Biru selalu menipis dan berujung pertengkaran seperti ini.

"Dia yang mulai duluan, Bang," jawab Biru. Selain menjadi teman satu band dan satu angkatan Semesta di Harnus, Biru juga menjadi tetangga Semesta.

Rumah mereka berdua berdekatan. Bahkan bersebelahan. Jadi tak heran jika mereka berdua sudah akrab jauh sebelum gabung ke Aspire. Ya meskipun mereka sering terlihat tidak akur. Ah, hampir tidak pernah akur. Namun, seperti itulah cara mereka berteman.

Sementara itu, Kajev dan Reijiro, sang vocalist dan keyboardist Aspire, hanya memerhatikan dengan tawa kecil mereka.

"Mampus gue!" Semesta menepuk jidatnya. Membuat Biru yang masih duduk di sebelahnya menoleh bingung.

"Napa lo?"

"Mentari," jawab Semesta setengah berbisik agar yang lainnya tidak mendengar. "Gue ada janji sama Mentari."

"Oh..." Biru menganggukkan kepalanya paham. Ia lantas mengarahkan dagunya ke arah pintu. Memberi isyarat agar Semesta segera pergi jika memang ada perlu. "Sana."

Sebenarnya Semesta tak enak dengan yang lain kalau dirinya pulang terlebih dahulu seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ada hal penting yang harus ia selesaikan dengan Mentari sekarang.

PELUK UNTUK SEMESTA (PRE ORDER)Where stories live. Discover now