Chapter 2 - Reasonable

528 118 8
                                    

A/N:

Hi! I'm baaack!

Sebenernya author nungguin votesnya buat nyampe 300, tapi lama deh yaa, jadi author update aja! Happy reading!

XOXO,

Rachel_Ea💜

***

Terhitung hari ini, sudah genap enam bulan aku bekerja di Bian Consulting cabang Bandung yang berlokasi di Dago. Aku beruntung karena bisa dipertimbangkan menjadi karyawan, padahal sudah lebih dari empat tahun lamanya, aku berjibaku sebagai ibu rumah tangga.

Sedikit cerita, sebelum menikah, aku sempat menyelesaikan studi S2 dan bekerja di salah satu perusahaan konsultan asal Singapura. Dengan modal ijazah S2 dan pengalaman setahun bekerja—meski bukan di perusahaan konsultan, Bian Consulting memberiku masa probation selama tiga bulan. Aku menjalaninya dengan tekad yang besar. Tentu saja, tiga bulan pertama kulalui dengan pontang-panting, sebab menjalani hidup sebagai wanita karier sekaligus ibu dari dua anak tidaklah mudah. Syukurlah, Bian Consulting dapat melihat keseriusanku dalam bekerja, hingga aku dinyatakan lulus dari tahap probation dinyatakan sebagai karyawan tetap.

Setelah menyandang status sebagai analis tetap, aku dipindahkan ke tim yang dipimpin oleh Mateen Rajata di divisi government and public service. Tim Mateen beranggotakan lima orang, dengan posisi senior analis yang dipegang oleh Irsyad, Kumala, dan Grita. Sisanya adalah analis muda yaitu aku dan Latifa.

Pada jam istirahat makan siang, tersebar desas-desus kalau Mateen telah mendapat promosi dan akan segera pindah ke kantor pusat. Kupikir, kabar itu hanya isapan jempol belaka, rupanya tidak. Setelah jam istirahat makan siang selesai, Mateen meminta tim kami untuk berkumpul di ruang rapat.

"Siang, semuanya," sapa Mateen ramah. Seperti biasa, lelaki berusia awal 40-an itu menebar senyum semangat kepada semua stafnya. "Maaf banget karena gue ngumpulin kalian dengan mendadak karena gue rasa, gue nggak punya banyak waktu buat nyiapin perpisahan."

"Mas, lo serius ditarik ke Jakarta?" Irsjad menyuarakan pikiran kami.

"Betul, dan itulah kenapa, dalam waktu sebulan belakangan ini, gue mengejar kalian buat menyelesaikan tiga proyek yang kita pegang," jelas Mateen sambil membuka pintu ruang rapat dan mempersilakan seseorang masuk. "Anyway, let me introduce you to calon partner baru kalian."

Seorang lelaki bertubuh jangkung berhasil membuatku terperangah. Daripada menjadi partner di kantor kami, lelaki yang akan menggantikan Mateen itu lebih cocok menjadi model kover majalah Tatler atau Men's Fitness. Dia memiliki paras yang tampan dan sangat menarik, perpaduan antara ganteng dan manis, yang membuatnya tidak bosan untuk berlama-lama dipandangi. Di balik kemeja slimfit yang dikenakannya, lelaki itu memiliki perawakan yang nyaris sempurna.

"Nah, semuanya, kenalin calon partner baru kalian, Elbani Juanda."

Lelaki yang namanya disebut itu melempar senyum tipis. "Halo semua, saya Elbani. Mungin satu-dua dari kalian pernah bertemu saya sebelumnya."

Selagi Mateen bercerita sedikit perihal kepindahannya dan sepak terjang Elbani, aku menatap lamat-lamat calon partner baru kami. Entah kenapa, wajahnya tidak terlihat asing bagiku. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya, atau malah pernah bertegur sapa? Aku tak tahu pasti dan karenanya, aku berusaha sekuat tenaga untuk mengingat-ingat di mana aku pernah bertemu dengan lelaki itu.

Aku segera mengalihkan wajahku saat tatapan Elbani dan tatapanku bersirobok. Kuharap, dia tidak sadar kalau aku sempat memandanginya.

Begitu selesai memperkenalkan Elbani, Mateen meminta kami semua untuk memperkenalkan diri. Satu per satu dari kami menyalami lelaki itu dan memperkenalkan diri dengan singkat.

Private MessageWhere stories live. Discover now