---01---

1.8K 255 37
                                    

Hari ini, aku kembali mengunjungi SMA-ku dulu. Sekedar menyapa para guru yang pernah mengajarku.

Aku berjalan menyusuri lorong kelas sebelas. Aku ingat. Dulu, di sinilah pertama kali aku bertemu dengannya.

Aku tersenyum tipis sesaat. Mataku terpejam. Dan bayang-bayang pun bermain di otakku. Seperti film yang secara otomatis terputar.

Hari itu, hari Senin, tanggal 4 Januari 2016.

Suara hiruk pikuk dari murid yang aku lewati tak juga aku gubris. Aku hanya berjalan menuju kelasku, XI IPA 3, tanpa berniat untuk mendengarkan obrolan mereka.

Aku melirikkan mataku ke jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.

Masih pukul 06.05 dan suasana sekolah sudah ramai semenjak pertama aku datang.

Aku memiringkan badanku, mrncoba untuk menerobos sekian banyak murid yang berdiri di koridor sekolah. Dan setelah aku berhasil melewati mereka, aku tersenyum sejenak.

Tapi, senyumku mendadak pudar saat aku merasakan seseorang menghantam tubuhku.

Aku terhenyak sesaat sebelum akhirnya mundur beberapa langkah. Aku mengangkat kepalaku dan menatap mata orang yang menabrakku itu.

"Maaf," ucapku dan orang itu berbarengan.

Menyadari ketidak sengajaan itu membuat orang itu berdehem pelan. Ia tersenyum, kemudian menggeser tubuhnya, memberikan jalan untukku.

Aku mengangguk pelan seraya mengucapkan kata maaf sekali lagi. Kemudian, aku berjalan melewatinya.

Tapi, baru juga beberapa langkah, aku kembali menolehkan kepalaku ke belakang, bermaksud melihat siapakah orang itu.

Dan tepat saat itu, pandangannya orang yang menabrakku barusan itu bertubrukan dengan pandanganku.

Ia tersenyum tipis seraya mengangguk perlahan. Tapi, beberapa detik kemudian, ia kembali berjalan menuju tempat tujuannya.

Aku membuka mataku kembali dan mendapati keadaan koridor yang lengang. Berhubung belum waktunya istirahat.

Aku tersenyum sekali lagi, kemudian berjalan menuju kelasku dulu.

Dan akupun kembali mengingatnya.

Seperti matahari yang selalu bersinar, kau akan tetap di hatiku. Sampai waktuku untuk mencintaimu selesai.

The RegretWhere stories live. Discover now