---16---

408 30 6
                                    

Hari Senin.

Hari yang memuakkan untuk sebagian besar pelajar. Apalagi, jika dipadukan dengan tiga pelajaran eksak yang dideretkan. Matematika, Kimia dan Fisika. Lengkap sudah hari Seninmu.

Seperti yang dialami oleh kelas XI IPA 3 setiap hari Senin. Tapi bedanya, hari Senin ini akan lebih buruk lagi, karena akan diadakannya ulangan harian Fisika.

Gita mengembuskan napasnya perlahan seraya menutup buku paket dan tulis di hadapannya. Jantungnya berdetak cepat, seiring dengan langkah Bu Neni, guru Fisikanya, yang berjalan memasuki kelas dengan anggunnya. Bak model yang membuat semua penonton terpana. Suasana yang awalnya ramai menjadi hening. Suara detak jantung dari tiap individu terdengar. Ditambah lagi, suara langkah kaki Bu Neni yang tegas menambah horornya suasana.

Ah, Gita kadang memang suka melebih-lebihkan suasana. Masa iya hanya karena guru Fisika yang masuk ke kelas sambil membawa soal ulangan Fisika, suasana mendadak jadi seperti di film horor yang biasanya Derin tonton? Tapi serius, deh, suasana mencekam yang Bu Neni ciptakan memang menakjubkan.

Bu Neni berdiri di depan kelas. Mata sayunya yang tertutupi oleh kacamata memandang ke sepenjuru kelas. Walau terlihat tidak berbahaya, Bu Neni ini adalah salah satu spesies guru yang patut diwaspadai. Walaupun agak sedikit terganggu pendengarannya, tapi jangan salah kira dengan mata sayunya itu. Gitu-gitu Bu Neni bisa melihat gerak-gerik mencurigakan para pencontek.

Bahkan, Farrel, murid yang bisa terbilang baru di sekolah ini mengetahui satu fakta menyeramkan itu.

Sepertinya Gita tidak akan lolos kali ini. Ia belum belajar dengan benar. Dan bisa dibilang, Gita kurang ahli dalam pelajaran ini. Entah bagaimana nasib Gita selanjutnya.

Pasalnya, Bu Neni tidak tanggung-tanggung dalam memberikan soal remedial. Bisa berlipat-lipat kali lebih sulit daripada soal ulangan harian. Hampir setara dengan soal Olimpiade Sains Internasional. Soal ulangannya saja sudah seperti sedang mengerjakan soal Olimpiade.

Bayangkan, remedial itu biasanya untuk memperbaiki nilai yang kurang dari KKM. Tapi, Bu Neni malah memberikan soal yang lebih susah. Alasannya, sih agar lebih terbiasa dengan soal-soal Olimpiade. Padahal, nilai bisa makin menukik ke bawah. Dari yang awalnya masih di batas 40 menjadi 05. Mengerikan.

Gita sendiri langsung mengurut dada saat mendengar pernyataan Bu Neni yang satu itu awal semester lalu. Makanya itu Gita belajar dengan sungguh-sungguh hanya untuk Fisika. Tapi tetap saja, nilainya tidak pernah mencapai KKM. Menyedihkan.

Gita mengedarkan pandangannya ke sekitar. Raut wajah teman sekelasnya tampak tegang. Andaikan situasinya tidak seperti ini, Gita pasti akan tertawa terbahak-bahak karena tampang mereka yang menyedihkan. Tapi Gita yakin tampangnya pasti tidak kalah menyedihkan. Miris.

Terkecuali untuk Farrel. Cowok itu tampak tenang. Seolah, soal Fisika yang sudah menunggu untuk dikerjakan itu tidak ada apa-apanya.

Tapi, dia Farrel. Cowok yang sepertinya memiliki hobi belajar dan dilengkapi dengan otak yang maha cerdas. Lengkap sudah.

Farrel nyengir saat mendapati Gita sedang memandangnya. Ia melambaikan tangannya, seolah menyapa gadis itu.

"Farrel Arkandra Reyhan!" suara Bu Neni yang tegas dan penuh peringatan terdengar. Walaupun tubuhnya mungil, tetap saja suara Bu Neni menggetarkan hati setiap pencontek. Dijamin, murid yang ingin menyontek pasti mengurungkan niatnya. Luar biasa.

Farrel langsung mengalihkan pandangannya. Ia menatap Bu Neni dan tersenyum polos. Seolah tidak peduli dengan tatapan Bu Neni yang kini penuh peringatan.

Akhirnya, Bu Neni acuhkan saja tatapan tanpa dosa Farrel. "Baiklah. Simpan buku kalian di tas. Hanya ada kertas selembar dan alat tulis. Tidak boleh pakai alas, tipe-x, dan pensil," ucap Bu Neni. Ia berjalan menyusuri kelas, membagikan soal yang ada di tangannya.

The RegretWhere stories live. Discover now