---05---

570 144 13
                                    

Aku berjalan di koridor sekolahku, Verdana High School, dengan lesu.

Aku tidak bisa membayangkan saat aku masuk kelas nanti, aku dihadapkan oleh kenyataan bahwa Farrel telah menjadi milik Vira.

Tiba-tiba, aku merasakan satu sentuhan di pundakku. Aku menolehkan kepalaku dan mendapati Farrel sedang tersenyum lebar ke arahku.

"Selamat pagi, Agita Adeeva," sapanya.

Aku memutar bola mataku, kemudian melanjutkan jalanku ke kelas.

"Ehhh... bales dulu, dong. Masa langsung pergi gitu aja," gerutu Farrel sambil berjalan di sebelahku.

"Pagi," balasku jutek.

"Kok gitu banget, sih?" tanya Farrel heran. Ia menahan lenganku. "Lo berubah banget, Git. Kan lo udah janji. Gimanapun keadaannya, lo nggak akan berubah."

Aku menghela napas perlahan. "Tapi nggak bisa kayak kemaren lagi, Rel," balasku. "Lo udah jadi milik Vira dan gue nggak bisa ngedeketin lo lagi. Bisa-bisa disebut PHO gue."

Farrel melepaskan cekalannya. Ia mengembuskan napasnya lirih, kemudian berkata, "Oke kalau itu mau lo." Ia tersenyum manis ke arahku. "Ke kelas yuk. Sebentar lagi bel."

Aku membalas senyumannya sambil mengangguk. "Yuk." Kemudian berjalan ke kelas, beriringan dengannya.

Tapi, perjalanan kami harus berhenti karena seseorang memanggil nama Farrel. Sontak saja, aku menolehkan kepalaku ke belakang. Sementara Farrel mendengus pelan di sebelahku.

"Hai, Farrel!" sapa Vira riang. Tangannya sedikit mendorongku agak menjauh dari mereka berdua.

"Hm," balas Farrel asal. Matanya menatapku dengan tatapan puppy eyes-nya. Sementara aku segera berlalu, pergi dari hadapannya.

*****

Aku duduk di bangkuku sambil menyalin tugas Fisika milik Kirei. Sesekali, aku melihat arloji yang melingkar di pergelangan tanganku.

Lima menit lagi sebelum bel berbunyi.

Tiba-tiba, seseorang meletakkan tas di bangku sebelahku. Aku pikir itu Vira. Jadi, aku kembali melanjutkan menyalin.

"Gue duduk sini, ya Git," ujar orang itu. Aku menolehkan kepalaku dengan heran dan mendapati Nathan sedang berdiri dengan lesu.

"Hah? Kenapa emangnya?" tanyaku heran. "Udah lo duduk di sana aja. Jangan di sini."

Aku bisa melihat Nathan mengembuskan napasnya lirih. "Vira yang suruh. Dia mau duduk sama Farrel," jawabnya.

Sontak saja, rasa sesak kembali menghampiri dadaku. "Oh, yaudah. Duduk aja di sini," ujarku pada akhirnya. Aku memaksakan seulas senyum untuknya.

"Makasih, ya," ujar Nathan pelan. Sementara aku hanya mengangguk sambil lanjut menyalin PR.

Beberapa saat kemudian, bel berbunyi. Teman-teman sekelasku yang masih di luar langsung masuk ke dalam kelas.

Dan tepat saat itu, Vira juga masuk ke kelas bersama Farrel. Vira tampak asik berbicara di sebelah Farrel. Tapi cowok itu hanya diam saja.

Farrel menoleh ke arahku, kemudian melebarkan matanya saat melihat Nathan duduk di sebelahku.

"Eh, Nath. Lo ngapain duduk di sana?" tanya Farrel. "Duduk sama gue aja, yuk." Tangannya menarik tangan Nathan.

"Ngomong sana sama pacar lo," balasnya sinis dengan penekanan di kata pacar.

Sontak saja, Farrel melepaskan tangan Nathan. Ia melirik Vira sinis. "Terserah lo, deh," ujarnya dingin sambil berjalan ke tempat duduknya dengan Vira yang sudah terlebih dahulu duduk di sana.

The RegretWhere stories live. Discover now