---11---

396 86 11
                                    

Matahari pagi hari ini begitu terik. Ditambah lagi, amanat pembina upacara yang belum selesai di menit kedua puluh membuat Gita melontarkan gerutuannya sedari tadi.

Gadis itu menundukkan kepalanya, berusaha menghindari sinar matahari yang menerpa wajahnya dan membuat pandangannya menjadi sedikit silau.

Gita mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang sedari tadi belum ia temui. Tapi, ia tidak dapat menemukannya.

Tanpa sadar, Gita mengembuskan napasnya lesu. Agak aneh rasanya saat dia tidak ada di sebelahnya.

"Lo kenapa, sih? Dari tadi gue perhatiin, lo kayaknya gelisah banget. Nyariin seseorang?" ucap Nathan tiba-tiba. Cowok itu memang berdiri di sebelah Gita.

"Enggak, kok," elak Gita. "Gue nggak nyari siapa-siapa."

Nathan menatap Gita tak percaya. Ia menaikkan sebelah alisnya heran. "Serius? Kok gue ngerasa lo lagi nyariin seseorang, ya? " ujarnya curiga. "Atau jangan-jangan... lo nyariin Farrel, ya?"

"Eh... eng-enggak," elak Gita. Ia menolehkan kepalanya ke arah lain, enggan menatap Nathan yang sedang tersenyum menggoda ke arahnya.

"Jujur aja lah, Git. Nggak bakal gue kasih tau siapa-siapa, kok," bujuk Nathan. "Lo suka, kan sama Farrel?"

Refleks, tangan Gita memukul lengan Nathan. "Apaan, sih? Enggak, Nath." Gita bersidekap. "Sok tau banget, ya lo."

Nathan terkekeh pelan. Ia hampir saja membalas ucapan Gita seandainya tidak ada suara deheman di sebelahnya.

Sontak saja, tubuh Nathan menegang. Ia kembali menegakkan tubuhnya. Sementara matanya melirik ke arah Gita yang sedang menahan tawanya.

*****

Gita menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sementara telinganya ia sumpal dengan headset. Ia mengembuskan napasnya bosan. Sementara matanya terpejam, menikmati suasana free class yang tidak se-seru biasanya.

Tiba-tiba, Gita merasakan seseorang duduk di sebelahnya. Ia membuka matanya dan mendapati Natta sedang menatapnya penuh tanda tanya.

"Lo kenapa, Git?" tanya Natta heran.

Gita mengangkat kepalanya. Lalu mengembuskan napasnya perlahan. "Gue bosen, Natt," jawab Gita jujur.

Natta terkekeh pelan. Matanya melirik bangku sebelah Nathan yang kosong. "Gara-gara Farrel nggak masuk, ya?" tebaknya.

Spontan, Gita melebarkan matanya sambil menggeleng cepat. "Enggak, kok. Bukan gara-gara Farrel," elaknya. "Gue bosen aja gitu. Masa iya kita free class terus?"

Natta terkekeh pelan, lagi. "Alasan," ujarnya. "Bilang aja kalau lo bosen gara-gara Farrel nggak masuk."

Sedikit, batin Gita.

Tiba-tiba, Gita merasakan handphone miliknya bergetar. Dengan cepat, tangannya merogoh saku seragamnya, kemudian melihat layar, mencari tahu siapa yang meneleponnya di jam 8 pagi ini.

Farrel is calling...

Natta yang penasaran langsung mengintip ke layar handphone Gita. Dan saat ia tahu, senyum menggoda langsung terbit di bibirnya. "Oh... ditelpon sama pacar," godanya.

Sontak saja, Gita merasakan wajahnya memanas. Ia menundukkan kepalanya. "Apaan, sih? Udah sana lo balik ke bangku lo," ujarnya sebal sambil mendorong Natta pelan.

Natta terkekeh. "Bye, pacarnya Farrel," goda Natta. Ia menekankan kata pacar yang membuat Gita mendengus kesal.

"Udah sana." Gita mendorong Natta sekali lagi.

The RegretWhere stories live. Discover now