15. Awal Masalah

71.3K 5.2K 118
                                    

Bagian Lima Belas

Suasana ruang keluarga kelihatan ramai, tiga orang anak kecil tampak ribut berlarian berkejar-kerjaran. Dua di antaranya terlihat mirip meskipun berbeda kelamin, satu lainnya lebih kecil dibanding keduanya.

"Kak Fleno, sini kejal Flani kalau bisa." Perempuan dengan rambut dikuncir satu tinggi itu berdiri di belakang kursi sambil menjulurkan lidahnya ke arah laki-laki dengan wajah serupa dengannya itu. Laki-laki yang menerima tantangan itu tak mau kalah, ia mengangkat lengan bajunya agak lebih tinggi seperti menantang perempuan itu.

"Kalau dapat jatah sosis buat nanti sole punya kamu, untuk Kak Fleno ya," balas laki-laki bernama lengkap Freno Guntoro itu dengan huruf konsonan R yang terlafalkan menjadi L persis seperti adiknya ya mengingat usia mereka baru menginjak usia lima tahun. Perempuan itu diam sejenak tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Ok, siapa takut." Sontak, suasana ruangan menjadi ramai dengan tingkah laku keduanya.

Mereka memang saling berkejar-kejaran dan yang bergerak adalah kaki, sayangnya mulut keduanya heboh berteriak seiring langkah kaki mereka yang terlihat satu menghindar dan yang satu mengejar membuat seorang lainnya tidak melepaskan pandangan dari keduanya. "Ih Kak Freno, Kak Frani. Jangan lari-lari, Farhan jadi pusing ini lihatnya," komentar anak laki-laki yang paling kecil dari antara ketiganya.

Kelakuan kembar beda kelamin itu baru berhenti ketika Fabian, papa mereka mengintrupsi keduanya untuk berhenti ribut dan kembali duduk pada sofa.

Dengan berat hati kembar berusia lima tahun itu menuruti perintah papanya, keduanya duduk di sofa dengan Farhan sebagai penghalang dari keduanya. Farhan menengok ke kanan dan ke kiri saat kakak-kakak kembarnya itu menghimpit dirinya. Namun ia tidak mau ambil pusing dan kembali sibuk memainkan permainan pada tabletnya itu.

Fabian masuk ke ruang tengah sambil mendorong kursi roda yang digunakan mamanya untuk duduk. Di belakangnya Fatir dan Feno membuntuti.

Ketiganya akhirnya memilih duduk di sofa, Fatir terlebih dahulu menghampiri Farhan untuk duduk di pangkuannya sedangkan Fabian mengantikan posisi si kecil Farhan dan duduk di tengah-tegah kedua anaknya.

Putri bersama Esti, istri dari Fabian dan Fatir masuk ke dalam ruang tengah sambil membawa makanan ringan dan nampan bersisi teh hangat. Sabtu pagi memang rutinitas Guntoro sekeluarga untuk berkumpul di kediaman Fenita untuk mengobrol.

Feno yang duluan mengambil segelas teh dari nampan yang dibawa oleh Esti memilh duduk di sebelah istrinya yang memang sejak datang sudah disuruh Putri dan Esti untuk duduk saja, karena mereka paham bahwa saat ini Jelita sedang hamil besar.

"Ma, Farel kayaknya pulang ke rumah. Mobilnya ada di depan," ungkap Fatir. Fenita menoleh dengan tatapan kaget. "Oh Mama baru tahu, mungkin karena semalam mama nggak keluar kamar," balas Fenita.

"Ehm, itu juga ada mobil lain di luar. Itu mobilnya Frella kan? Dia menginap semalam?" tambah Fatir. Mendengar perkataan Fatir sontak membuat Fenita jadi ingat. "Oh iya memang, semalam punggung Ara sakit jadi Mama suruh dia menginap. Sekarang ada kok di kamar tamu, coba Esti ke kamar tamu. Bangunin Frella ajak minum teh sama kita di sini," balas Fenita. Esti mengangguk dengan perintah yang diberikan mertuanya itu. Ia segera beranjak untuk menuju lantai dua kediaman Guntoro untuk membangunkan Frella yang berada di kamar tamu.

Sembari Esti membangunkan Frella, suasana ruang tengah tampak hangat dengan obrolan keluarga itu. "Mama kayaknya semenjak ketemu dengan Ara dan mengangkat dia menjadi dokter keluarga kita, sayang banget sama dokter itu," kata Feno sambil menahan tawanya.

"Iya wajar, dari dulu kan memang mama suka sekali sama Ara ditambah kejadian waktu itu mama benar-benar berhutang budi sama dia." Yang lain tersenyum mendengar penjelasan yang dikatakan oleh Fenita, setuju dengan yang dikatakan Fenita barusan. Tak lama Fatir membawa topik Farel pada obrolan.

FallWhere stories live. Discover now