Minis

80.2K 7.2K 3.4K
                                    

Minis

Mine and His

Either way, you might be mine.

Or also might be his. 

**

Trian. 

"Lo pernah tau rasanya suka sama orang tapi orang itu gak tau lo ada?"

"Gue pernah. Dan gue pernah ngucapin itu juga, mungkin gue buat dia, tapi dia bukan buat gue."

"Tapi ternyata lebih parah dari itu. Ternyata gue bukan buat dia juga. Karena kalau memang gue buat dia, seharusnya dia tau gue ada disana, buat dia."

"Lo tau, Yan? Itu bahkan jauh lebih buruk daripada ngerasain sendiri. Karena waktu lo sendirian, seenggaknya lo punya diri lo sendiri yang mendukung lo. Tapi saat itu, bahkan diri gue sendiri gak mendukung gue."


Siapa orangnya, The? Siapa orang yang bisa buat lo suka sama dia tanpa tau keberadaan lo? Siapa orang yang buat lo gak bisa mendukung diri lo sendiri?

Dirga?

Apa dia orangnya?

Apa dia orang yang bisa buat lo ngucapin kata-kata barusan? Kata-kata yang entah kenapa jadi terngiang-ngiang di kepala gue, membuat gue terpukul dan lega di saat yang sama. Kalau memang betul Dirga orangnya, gue harus akuin dia hebat. Hebat bisa bikin cewek kayak lo suka sama dia.

"The.."

"Hmm?"

"Gue seneng deh ngobrol sama lo."

Mungkin ada genderuwo yang lagi lewat di tubuh gue saat itu. Kebetulan genderuwonya baik, jadi dia bikin gue yang biasa gak tau diri ini tiba-tiba bermulut manis. Tapi bukan. Bukan karena gue lagi pengen berbuat baik terus bikin dia seneng jalan sama gue. Gue beneran seneng ngobrol sama dia. Dan baru gue sadari, ternyata sejak pertama kali gue ngobrol  dengan dia, mulai dari soal buku, soal kampus, soal film silat, soal Soto Tangkar, soal Mbim, bahkan soal Dirga, ada sesuatu dalam diri gue yang minta Tuhan kasih waktu lebih lama buat ngobrol sama dia lagi.

Gue suka cara dia makan Sotonya tanpa di aduk terlebih dulu. Dia gak mau ganggu karya Abang-abang yang bikin, katanya.

Gue suka cara dia ikutan nyanyi waktu pengamen lewat, bahkan dia request lagu ke pengamennya dan kasih duit lebihan.

Gue suka cara dia relain jeruk nipisnya buat gue cuma karena gue lebih suka jeruk nipis itu daripada dia.

Gue suka cara dia mendeskripsikan sesuatu, cara dia balas omongan gue dengan jawaban-jawaban tangkasnya, atau cara dia dengerin gue ngomong serius tanpa ngibas-ngibas tangan karena terganggu dengan asap rokok gue.

Bisa jadi ini alasan kenapa gue belakangan selalu mikirin perasaan dia. Soal Dirga dan kelakuannya. Ada sebagian batin gue yang pengen nanya, "Lo sebenernya sedih gak sih Dirga suka gonta ganti cewek sana sini, pegang-pegang mereka disaat lo, gak pernah sekalipun berbuat hal yang sama kayak apa yang Dirga lakuin ke cowok lain? Lo selalu nungguin Dirga di depan ruangan kelas, duduk sambil denger lagu, sementara Dirga asik-asikan ketawa sama cewek lain? Lo pulang naik ojek atau kadang bus sendirian, sementara tadi, Dirga anterin cewek gak jelas itu pulang?"

Panjang ya pertanyaannya. Gue berasa kayak Najwa Shihab lagi nanya Pak Joko Wi soal kemajuan Indonesia dari Sabang sampe Merauke tau gak.

Tapi kalau memang gue boleh dikasih kesempatan nanya satu kalimat aja, gue cuma mau tanya, perasaan lo ke Dirga kayak apa sih?

NonversationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang