Bitweet

65K 6.1K 2.8K
                                    

BITWEET
Bitter and Sweet

**

Theala.

Ketika kita mengagumi seseorang, entah itu hal kecil atau hal besar, entah mereka sadar atau tidak, kita pasti pernah melakukan sesuatu untuk mereka.
Terkadang kita gak butuh pengakuan. Kadang kita juga gak perlu kata terima kasih. Yang kita perlu hanya kepuasan batin. Kepuasan batin untuk melakukan sesuatu untuk mereka.

Untuk mereka bahagia.
Untuk mereka bangga sama dirinya sendiri.

Trian selalu suka buat acara amal.
Bahkan alasan dia masuk Osis adalah karena dia mau buat program namanya Osis Mengajar. Dia jadi salah satu pendiri Komunitas Cinta Anak Jalanan yang setiap bulan selalu mengadakan acara amal.

Hari itu, ketika pertama kali Trian jadi Senior Osis gue dan dia menulis nama gue untuk pertama kali di Mading -Theala Radista Queensy, gue merasa jadi orang paling bahagia di dunia. Sekalipun gue gak tau Theala Radista Queensy itu siapa. Trian hanya tau Theala Radista Queensy adalah anak 11 IPA 1 yang mengajukan diri jadi Koordinator acara Osis Mengajar.
Gue memutuskan untuk ke Basecamp Komunitas itu sendirian, tanpa siapapun. Dan sehari sebelum Lebaran, gue yang udah sebulan lebih mengumpulkan buku-buku dan baju-baju bekas, ngamen sambil ngajak Kak Jeara di depan Rumah Ibadah akhirnya bisa pergi kesana untuk pertama kali tanpa tangan kosong.

"Makasih banyak ya Kak udah kasih kita semua ini," ujar Dito, salah satu anak yang tinggal di pinggir rel kereta sekaligus salah satu anak yang paling dekat dengan Trian.
"Iya, jangan suka ngamen lagi. Bahaya. Kalau ada apa-apa bilang aja ya," jawab gue sambil mengeluarkan isi dus yang gue bawa. Kak Jeara hanya memperhatikan dari belakang sambil membantu gue, sementara anak-anak yang lain, sibuk kegirangan dengan barang-barang baru yang mereka punya -buku, baju, mainan, makanan.
"Ini semua dari Kakak?" tanya Dito lagi dan gue hanya diam sambil menatapnya. "Bukan," balas gue sambil tersenyum membuat dia mengerutkan kening.
"Terus? Dari siapa Kak?"
Agak lama Dito menunggu, sampai akhirnya gue menyebut nama itu. "Trian. Detrian Bhadrika."

Karena gue tau dia selalu ingin berkunjung kesini tapi gak punya waktu untuk Try Out Ujian Nasional.
Karena gue tau dia selalu mikirin anak-anak disini tanpa bisa berbuat apa-apa.
Karena gue mau semua anak-anak disini tau gimana pedulinya Trian sama mereka.

"Makasih ya Kak. Makasih banget."
"Jangan makasih sama gue," balas gue sambil memberikan box coklat itu ke dia dengan senyum lebar di bibir. "Makasih ke Trian."

Karena dia.
Semua gue lakukan karena dia.

"Kok kamu tau alamat komunitasnya deh?" tanya Trian ketika kita sampai di tempat Soto Tangkar dan makan disana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kok kamu tau alamat komunitasnya deh?" tanya Trian ketika kita sampai di tempat Soto Tangkar dan makan disana. Gue diam aja.
Sebetulnya bukan diam karena gak tau mau jawab apa. Pikiran gue lagi kacau saat itu sehingga gue lebih sering diam.

"Tau aja."
Trian ngunyah sambil ngeliatin gue. Mulutnya penuh sama kuah soto dan gue pengen banget ketawa ngeliat tampangnya kayak gitu, tapi gak tau kenapa, gue gak bisa.

NonversationWhere stories live. Discover now