Lie

69.2K 6.8K 6.9K
                                    




LIE

Life and Die

Buat kesayangan gue,

Jangan kenal yang namanya berharap

Dia jahat

Saat dia membawa lo terlalu tinggi

Sampai akhirnya lo terjatuh

Berharap gak mau tanggung jawab

-Audirga


**


Dirga.


Setiap orang punya satu hari yang gak akan pernah dia lupain seumur hidup.

Hari ulang tahun, hari jadian, hari orang yang disayang meninggal, hari pertama kali mereka ketemu cinta pertama.

Tapi buat gue, hari yang gak akan pernah gue lupain seumur hidup ternyata lebih dari satu.

Lucunya, hari-hari itu ada karena orang yang sama.



Theala Radista Queensy.



Pernah waktu itu, sehari setelah ulang tahun Ela yang ke-19, dia minta di temenin nonton di rumahnya. Kita bertiga di kamar -gue, Ela, dan Tendra, tapi Tendra ketiduran dan cuma kita berdua yang masih melek saat itu.

Judul filmnya 500 Days of Summer, bukan film hipster, melainkan cuma segelintir film mainstream yang bercerita tentang friendzone.

A guy and a girl can be friends, but at one point or another, they will fall for each other. Maybe temporaly, maybe at the wrong time, maybe too late, or maybe forever.


Gue gak pernah suka film drama basi kayak gitu. Romance, cengeng, full of drama and bullshit. Tapi satu kutipan itu aja yang bisa gue dengar dengan jelas dan gue ingat sampai sekarang. Karena setiap kali cewek penyuka baju monokrom di sebelah gue ini berada dekat dengan gue, dan setiap kali dia menatap mata gue, kalimat itu yang terlintas di benak gue.

They will fall for each other.

But why do i fall for her alone?


Malam itu, gue merasa kalau Trian pantas untuk menonjok gue untuk kedua kali. Lebih keras, lebih lama. Karena gue pantes dapet semua amarah dia.

Gue pengecut, gue jahat, gue egois.

Gue hanya seorang cowok yang sok kuat yang ngerelain cewek yang udah 4 tahun gue sayangin buat orang lain, dan ketika cewek kesayangan gue itu udah bahagia sama kehidupannya sendiri, gue malah bawa dia ke Apartment gue waktu dia lagi mabok, gue cium dia, gue bilang gue mau tidur sama dia, gue bilang cinta sama dia.

Bukan nekat.

Tapi gak tau diri.

Dan gue benci banget sama diri gue saat ini.

Sebenci-bencinya gue sama Trian, dia tetep temen gue. Silahkan bilang gue sok baik, tapi selama gue ngabisin waktu gue di Frathur, Trian jadi salah satu orang yang paling deket sama gue. Orang yang kebaikannya gak akan pernah bisa gue lupa.

Waktu dia mau nungguin gue yang lagi di bengkel karena abis tabrakan meskipun dia harus telat masuk kelas, mau digebuk senior karena belain gue yang gak mau nongkrong dan keras kepala, mau anterin binder gue yang ketinggalan ke rumah gue karena besok ada ujian padahal rumahnya jauh banget, mau sabar nunggu lulus bareng gue padahal dia bisa lulus lebih cepet satu semester.

NonversationWhere stories live. Discover now